Polda Kaltim Selidiki 2 Bocah NTT Diduga Korban Perdagangan Anak di Samarinda
Merdeka.com - Dua bocah asal Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Fikri (12) dan Ifan (10), yang diduga jadi korban perdagangan anak, hari ini bertemu orangtuanya. Kasus itu kini dalam penyelidikan Ditreskrimum Polda Kalimantan Timur.
Saifuddin, menjemput kedua anaknya itu, di rumah penitipan Dinas Sosial, di Jalan DI Panjaitan, tempat tinggal keduanya selama 3 hari ini. Tidak ada keterangan dia kepada wartawan yang menemuinya, saat berada di Dinas Sosial Samarinda Jalan Dahlia, Senin (25/3).
Informasi diperoleh merdeka.com, kedua bocah itu, kabur dari Panti Asuhan, lantaran bermasalah di panti. Namun belakangan, di tengah jalan, keduanya diduga dibawa pria tak dikenal, ditempatkan di kapal-kapal yang bersandar di dermaga di kawasan Samarinda Seberang.
-
Mengapa pelaku memperdagangkan bayi? Motif ketiga pelaku memperdagangkan bayi-bayi malang itu hingga kini masih diselidiki.
-
Bagaimana anak-anak dikorbankan? 76 anak-anak itu dibelah dadanya dan dalam keadaan telanjang dengan pakaian berada di sampingnya. Dada mereka telah dipotong terbuka dari tulang selangka hingga ke tulang dada. Tulang rusuk mereka dipaksa terbuka, yang kemungkinan untuk mendapatkan akses ke jantung mereka.
-
Dimana anak-anak dikorbankan? Sejauh ini, para peneliti baru bisa mengidentifikasi sisa-sisa 64 anak dari total 106 anak yang ditemukan pada 1967, di sebuah tangki air bawah tanah yang dikenal sebagai chultun, di situs Chichén Itzá, Meksiko Selatan.
-
Di mana kerangka dua bocah ditemukan? Dikutip dari laman Smithsonian Magazine, Rabu (3/7), kerangka bocah ini ditemukan di pemakaman di Huanchaco, kota di pantai Pasifik utara Peru.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
-
Kapan anak-anak dikorbankan? Tulang-tulang itu berasal dari abad ke-7 dan ke-12, sebagian besar darinya disimpan pada masa kejayaan Chichén Itzá selama 200 tahun, sekitar tahun 800 hingga 1000 M.
Sebulan ini, keduanya dijadikan peminta-minta di jalan, dan mengamen. Luka-luka di badannya, diduga akibat penganiayaan pria tak dikenal itu, lantaran tidak memenuhi target mengumpulkan uang Rp 1 juta dalam sehari mengamen dan mengemis di jalan.
Tiga hari ini, tim remaja, anak dan wanita (Renakta) Ditkrimum Polda Kaltim, melakukan penyelidikan. Namun penyisiran di kawasan dermaga di Samarinda Seberang, urung membuahkan hasil.
"Kami cek di Samarinda Seberang, belum kami temukan. Kemungkinan, mereka (pelaku perdagangan anak) sudah tahu kami bergerak menyelidiki," kata Kanit II Renakta Ditkrimum Polda Kaltim, Kompol Kurdi, ditemui merdeka.com, Senin (25/3).
Keberadaan Fikri dan Ifan, diketahui orangtuanya, Saifuddin, setelah membaca pemberitaan. "Kita minta lampiran kartu keluarga dan akta kelahiran, benar itu orangtuanya. Informasi ada perdagangan anak, indikasinya harus kita buktikan," ujar Kurdi.
Diketahui, Fikri dan Ifan, diamankan tim relawan dan Dinsos Samarinda, Jumat (22/3) dini hari, di taman bermain, kawasan Jalan Slamet Riyadi. Keduanya mengaku kabur dari tampungan anak jalanan, lantaran tidak tahan ditarget Rp 1 juta per hari. Apabila tidak terpenuhi, tidak jarang mereka dianiaya pakai balok oleh seorang pria, yang kini masih dicari polisi.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
“Saat ini satgas TPPO Polda sumbar sedang melakukan penyelidikan dengan instansi terkait,” kata Kombes Pol Dwi Sulistyawan
Baca Selengkapnya7 ibu hamil itu ada dari Bali dan luar Bali dan saat ini masih dilakukan pendalaman terkait dugaan perdagangan bayi.
Baca SelengkapnyaD pun menjual korban melalui berbagai aplikasi kencan (dating apps) dan aplikasi pesan singkat dengan harga Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu.
Baca SelengkapnyaKepolisian saat ini sedang mendalami keterkaitan keduanya terkait penemuan jasad seorang laki-laki tersebut.
Baca SelengkapnyaAnggota DPR Charles Honoris Ungkap Kasus Warga Jakarta Korban TPPO
Baca SelengkapnyaSatu korban dibuang di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaKeduanya diamankan polisi saat berada di sebuah kamar hotel di Baturaja, Ogan Komering Ulu.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial MF ditangkap polisi atas laporan menjual anak di bawah umur.
Baca SelengkapnyaDengan memasarkan dua anak tersebut, dua muncikari itu mendapat keuntungan Rp50 ribu-150 ribu.
Baca SelengkapnyaPria tak dikenal itu membawa mereka ke suatu tempat dan diancam agar tidak teriak.
Baca SelengkapnyaAksi mereka diketahui polisi saat melintasi wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPeristiwa ini terjadi di kawasan Panyileukan, Kota Bandung pada Senin (23/9).
Baca Selengkapnya