Polemik Film Soekarno, citra kemerdekaan hadiah Jepang
Merdeka.com - Sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam menilai fase Jepang pada 1945 di Indonesia adalah bagian yang masih menjadi perdebatan dalam sejarah. Menurut Asvi, dibutuhkan tafsir yang hati-hati dalam penggambarannya. Asvi menilai jika salah tafsir pada fase ini, maka dikesankan, kemerdekaan Indonesia adalah pemberian dari Jepang.
Dalam film 'Soekarno: Indonesia Merdeka' Hanung Bramantyo dengan berani membuat settingan filmnya pada fase Jepang. Dalam konteks tafsir sejarah, Asvi memiliki cacatan akan penafsiran dalam film itu.
Berikut penuturan Asvi saat ditemui Islahuddin wartawan merdeka.com di Gedung Widya Graha LIPI, pekan lalu:
-
Kenapa konflik terjadi? Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
-
Kenapa film Indonesia menurun di tahun 60an? Hal itu diakibatkan oleh perang dingin yang berlangsung antara Amerika Serikat dan Uni Sovyet.
-
Kenapa Bima Prawira kecewa dengan film Kramat Tunggak? 'Aku lebih sebagai ke pekerja seni, aku kecewa production house yang sekarang jadi perkara,' papar Bima Prawira. 'Kita sebagai pekerja seni, bekerja seperti ini, seperti itu, kita bertanggung jawab dan malah mengecewakan dan terkena masalah hukum,' lanjutnya.
-
Kenapa Hana Hanifah tidak mau mediasi? Setelah sidang, Hana Hanifah dengan yakin mengatakan bahwa dia sudah siap untuk bercerai. Dia bahkan menolak mediasi dengan suaminya karena ingin segera menyelesaikan proses perceraian.
-
Kenapa Rhoma dan Ani berkonflik dalam 'DARAH MUDA'? Rhoma dan Ani dihadapkan pada konflik cinta dan perbedaan generasi dalam film 'DARAH MUDA' (1977).
-
Siapa yang protes terhadap Hana? Saat itu lalat di sini populasinya sudah tidak terbendung dan sangat meresahkan warga. Karena itu dari warga sini sepakat untuk menutup peternakan saya.
Apa film ini terkesan kalau kemerdekaan Indonesia diberikan oleh Jepang?
Itu yang saya takutkan disalah pahami, kalau kemerdekaan kita itu hadiah dari Jepang dalam film itu. Dalam film itu kan seolah-olah digambarkan yang menolak hanya Sjahrir. Seharusnya tidak demikian. Soekarno sendiri mengumumkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu sesuatu yang tidak sesuai dengan skenario Jepang.
Settingan Jepang, kemerdekaan Indonesia pada 24 Agustus 1945, tapi Bung Karno dalam dialektika dengan pemuda itu proklamasi dibacakan pada 17 Agustus. Bahwa dalam buku Cindy Adams dikatakan demikian itu tidak benar. Kalau Bung Karno memilih tanggal 17 Agustus karena itu tanggal keramat dan hari Jumat dan lain-lain itu tidak benar.
Saya ingin katakan, tanggal 17 Agustus itu hasil dialektika perbedaan pandangan Bung Karno dengan para pemuda dengan kaum yang lebih tua, sehingga didapat tanggal 17 itu dan menurut hemat saya sangat menolong citra bahwa kemerdekaan itu bukan hadiah dari Jepang, tapi berkat apa yang dilakukan pemuda dengan "menculik" Soekarno dan menyebabkan tanggal itu menjadi kompromi dengan yang lebih tua.
Bagaimana dengan adegan penculikan Soekarno-Hatta oleh pemuda ke Rengasdengklok?
Ada dua tafsir akan hal itu. Adegan itu benar, tapi penafsiran tentang hal itu ada dua. Hatta sendirinya dalam bukunya pada bagian awal mengatakan "Ini buang-buang waktu satu hari." Tapi pada waktu belakangan Hatta mengirim fotonya dengan tanda tangan untuk pemuda yang menculiknya.
Artinya ada perubahan sikap juga dari Hatta sendiri yang ketika marah pada awalnya, katakan telah membuang waktu satu hari. Tapi di sisi lain ketika memberikan foto dan tanda tangan semacam ada rekonsiliasi dengan kalangan pemuda pada waktu belakangan.
Tapi saya sendiri melihat adegan penculikan itu sangat-sangat penting untuk memperlihatkan kemerdekaan kita bukan buatan Jepang tapi hasil dari dialektika perbedaan pandangan antara kelompok pemuda dengan yang lebih tua.
Hatta terlihat powerfull dan mendiktekan Bung Karno serta debat dengan Ahmad Subarjo saat penulisan naskah proklamasi?
Iya kalau kita lihat dari konsep, Hatta itu lebih kuat. Tapi Bung Karno memiliki kelebihan lain yang tak dimiliki Hatta, yakni retorika, pidato, penampilan di depan umum. Hatta kalah jauh, tapi keduanya saling mengisi. Dalam adegan itu Bung Karno menuliskan, karena sudah capek kondisi fisiknya, bahkan setelah itu demam. Bahkan saat pembacaan proklamasi Bung Karno membutuhkan Hatta dengan menunggu kedatangannya. Dia tidak mau sendirian untuk membacakan naskah proklamasi itu. Mereka saling mengisi.
Film itu terasa tamasya akan Soekarno dalam banyak buku yang dijejalkan, misal dari buku yang ditulis Ramadhan KH hingga Cindy Adams?
Iya seperti itu. Di satu sisi saya juga mendengar, katanya Hanung membaca semua buku tentang Bung Karno. Tapi seyogyanya meminta saran dari sejarawan, karena buktinya mereka ada perubahan-perubahan artinya mereka tidak konsultasi dengan sejarawan yang profesional. Dikritik, diperbaiki, dikritik diperbaiki, lumayan juga. Artinya ada protes yang panjang, kalau mereka melibatkan sejarawan sejak awal hal itu tidak perlu terjadi.
Dalam pembuatan film biografi semacam ini, apa memang sutradara harus bongkar pasang mendengar masukan yang ada?
Ini terkait dengan Soekarno . Sosok proklamator. Orang sudah banyak tahu tentang dia, banyak buku juga buku tentang Bung Karno. Maka ketika muncul dalam penggambaran yang lain, orang akan bertanya-tanya, ini ada kesalahan atau memang ingin menimbulkan kesan itu. Nah berbeda dengan tokoh yang tidak begitu dikenal. Sehingga agak bebas pembuat filmnya. Katakanlah Hasyim Ashari, mungkin di kalangan NU, iya. Tapi di luar itu atau di luar Jawa mungkin orang tidak begitu kenal.
Jadi kontroversinya tidak banyak. Kalau ini, orang sudah tau banyak tentang Soekarno dan orang sudah banyak membaca buku tentang Soekarno . Maka ketika menemukan apa yang mereka ketahui selama ini, terus ada yang lain dari film, mereka akan mempertanyakan atau mengkritik.
Apalagi setting film ini fase Jepang yang memiliki aspek yang sangat sensitif. Aspek yang juga dalam sejarah juga menjadi perdebatan, menyangkut misalnya tentang kolaborator itu. Apakah Bung Karno itu kolaborator Jepang atau bagaimana? Itu juga menjadi perdebatan dalam sejarah. Walaupun dalam film ini coba digambarkan cukup bersimpati kepada Soekarno yang ingin memanfaatkan Jepang.
Apa memang film tokoh penting akan selalu dibumbui kontroversi?
Film tokoh terkemuka di luar negeri itu bukan hanya satu. Jadi misalnya film tentang Churchil di Inggris, bukan satu film, ada belasan film jumlahnya. Nah film-film itu mengambil aspek tertentu, demikian juga tentang Soekarno . Kini dalam waktu yang bersamaan ada juga film Soekarno yang di Ende. Saat ini sudah selesai, sayang tidak untuk bioskop, diputar di TVRI. Film itu didanai oleh Dirjen Kebudayaan.
Jadi harusnya kita bisa melihat dari berbagai sisi film itu. Banyak film tentang pokok itu dan itu sebabnya saya tidak sepakat juga saat Rachmawati Soekarnoputri mengatakan, pemainnya yang bisa membawakan karakter Bung Karno hanya Anjasmara. Itu tergantung kita mau menekankan aspek apa. Kalau aspek flamboyannya, Ario Bayu cukup mewakili. Mungkin Anjasmara untuk sisi yang lain.
Bahkan film Soekarno yang di Ende itu diperankan Baim Wong. Jadi banyak orang yang memainkan karakter Bung Karno. Nanti penonton yang bisa menilai. Ini kayaknya yang cocok, cocok bagi dia misalnya untuk pemerannya. Jadi gak ada masalah dengan pemerannya. Kalau Rachmawati akan buat film tentang hari-hari terakhir Bung Karno, ya silahkan untuk tokoh pemeran yang diinginkan untuk tahun 1965 sampai 1970 misalnya atau ada lagi yang ingin bikin film pada masa demokrasi terpimpin.
Artinya masih terbuka lebar untuk pembuatan film lain tentang Bung Karno?
Iya. Walaupun film ini dimulai dengan sesuatu yang buruk dengan suasana yang buruk. Suasana pertengkaran. Lain kali film yang akan datang tidak terulang lagi. Menurut hemat saya, penonton dirugikan, karena kita tidak enak dengan film yang berawal dari pertengkaran. Harusnya kan ada yang bilang, bagus filmnya dan lepas dari nuansa tadi. Orang juga akan menganggap uang yang Rp 200 juta dan dikembalikan dalam karung dan lain-lain.
Komentar anda secara keseluruhan film ini?
Intinya saya menyayangkan konflik awal film ini dan sampai sekarang belum selesai. itu yang mempengaruhi peredaran distribusi atau penerimaan orang tentang film ini. Sangat disayangkan. Suatu awal yang baik tentang Bung Karno yang akan diikuti oleh film yang lainnya tentang sosok yang sama menyangkut berbagai aspek.
Ini juga pelajaran juga bagi para sineas, bagi Rachmawati juga, bahwa ada sesuatu kekeliruan yang telah mereka lakukan dalam konteks ini yaitu saya dari sisi itu menyayangkan perseteruan itu terjadi dan berlarut-larut. Bahkan ketika muncul perbedaan paham atau apa pun, kalau pun mereka mewakilkan pada pengacara jadi yang ngomong pengacara sesama pengacara masalah ini tidak akan menjadi sepanas ini. Mereka akan mencari solusinya, ketika Raam bilang uang Rp 200 juta bilang belum dikembalikan seolah-olah Rachma menyolong uang itu. Kemudian dibalas lagi dengan uang yang dikarungkan. Ini kan dua-duanya salah. Satu pelajaran juga untuk film berikutnya jangan sampai ada konflik semacam ini.
Apa dengan konflik ini malah banyak orang yang penasaran untuk menonton?
Tidak juga, malah orang akan menonton film Habibie itu karena itu film yang sangat bagus dari sisi sejarah. Film yang dari sisi pemanfaatan sejarah yang bagus dan mampu dan sanggup menghapus citra Habibie sebagai orang yang melepaskan Timur Timor dengan cerita percintaan Ainun Habibie, tentang kesetiaan dan lain-lain. Satu film yang menurut saya "film sejarah yang berhasil".
Kesan orang setelah nonton Habibie pasti kisah cinta saja, padahal selama ini Habibie dikritik orang karena lepasnya Timur Timor. Di situ juga disinggung, tapi bukan yang utama. Itu film yang berhasil dari motif untuk membuat citra positif akan Habibie dan menghilangkan citra negatifnya.
Secara keseluruhan bagaimana Anda melihat Bung Karno dalam film itu?
Bung Karno itu manusia biasa. Dia seorang laki-laki mempunyai kelemahan sebagai lelaki yang juga mempunyai cinta dan semacamnya. Dia juga gambarkan juga di situ, jelang 17 Agustus 1945, Bung Karno melamun memikirkan Fatmawati. Padahal seorang dia seorang presiden atau negarawan. Memang tidak lepas dari itu. Menurut saya boleh saja penggambaran seperti itu, pada saat-saat yang sangat genting dia masih ingat perempuan. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia menyebut jika Indonesia kembali merana. Namun bukan karena penjajahan, melainkan 'Dinasti Kurawa'.
Baca SelengkapnyaSosiodrama ini merupakan hasil kolaborasi Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Komunitas Reenactor Bangor.
Baca SelengkapnyaFoto-Foto lawas kenangan Prabowo Subianto dan Titiek Soeharto.
Baca SelengkapnyaAnggi berharap sinema memberi ruang yang sama dan egaliter pada semua film.
Baca SelengkapnyaHasto juga menyinggung bagaimana di Rangkasbitung ada sosok petani yang berani melawan kolonialisme Belanda.
Baca SelengkapnyaBerikut ini adalah jawaban atas pertanyaan apa tujuan penculikan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok.
Baca SelengkapnyaApa tujuan para pemuda menculik Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok?
Baca SelengkapnyaHubungan Hoegeng dengan Soeharto memang renggang setelah mengusut kasus korupsi
Baca SelengkapnyaFilm produksi era Kolonial Belanda ini tuai pujian saat ditayangkan di luar negeri, namun masyarakat Pribumi merasa kecewa dengan hasilnya.
Baca SelengkapnyaIntip rekomendasi film biopik Indonesia yang angkat kisah hidup tokoh-tokoh terkenal Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski dikenal penakluk wanita, lamaran Presiden Soekarno pernah ditolak oleh wanita cantik ini.
Baca SelengkapnyaAda lima film Jepang yang mengangkat tema dan elemen budaya Indonesia dalam alur ceritanya, selengkapnya di sini.
Baca Selengkapnya