Polemik Jalur Cepat Bikin Visa untuk Liburan ke Bali Seharga Rp5,5 Juta
Merdeka.com - Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana atau Cok Ace merespon kasus mafia visa dan karantina di Bali. Dia tidak setuju apabila proses pembuatan visa yang cepat dikatakan sebagai mafia.
Dia mengakui, ada perusahaan travel mempromosikan bagi wisatawan asing yang ingin ke Bali bisa menggunakan jalur cepat. Tapi dengan harga yang sangat mahal mencapai Rp5,5 juta. Padahal harga resmi dari pemerintah hanya Rp1 juta.
"(Kalau) yang visa, yang jelas dalam beberapa flayer, beberapa promosi salah satu perusahaan menyampaikan bahwa untuk jalur paling cepat bayar Rp5,5 juta, yang medium Rp4,5 juta. Itu, saya baca dari beberapa flayer dari instagram dan lain sebagainya," kata Cok Ace, di Gedung DPRD Bali, Senin (21/2).
-
Apa yang terjadi di Bali? Tanah longsor menimpa sebuah rumah di Banjar Dinas Ngis Kaler, Desa Tribuana, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, pada Jumat (7/7) pagi.
-
Apa yang dibahas oleh industri pariwisata Bali saat bertemu Pj Gubernur? Selain membicarakan sejumlah isu di bidang pariwisata, pertemuan yang berlangsung di Ruang Adi Sabha Kantor Gubernur Bali itu juga membahas mekanisme pungutan wisatawan mancanegara (wisman) yang mulai diberlakukan 14 Februari 2024.
-
Kenapa Megawati meminta Bali tidak fokus hanya pada pariwisata? 'Boleh (memikirkan sektor pariwisata), tapi kan terukur dengan kecil pulaunya. Ini nggak, ayo diantem beeemm. Lalu rakyatnya nanti kan kasihan, tidak menikmati,' tutur Megawati.
-
Siapa yang ditolak visanya? Selain itu, ia pernah ditolak sebanyak delapan kali ketika ingin mengajukan permohonan visa ke Amerika serikat.
-
Kenapa Kemenkumham meninjau kesiapan lokasi AALCO di Bali? Kehadirannya untuk memastikan semua persiapan kegiatan yang dilaksanakan di Bali Nusa Dua Convention Center 15–20 Oktober 2023 berjalan lancar.
-
Apa yang Megawati minta ke Gubernur Bali terkait krisis air? Megawati meminta Provinsi Bali tidak hanya berfokus kepada urusan pariwisata saja. Sebab, pemerintah setempat juga harus memikirkan bagaimana keberlangsungan hidup rakyatnya sendiri.
Dia mengaku telah melaporkan ke Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Dia persoalkan harga yang terlalu mahal dipatok sejumlah perusahaan travel.
"Jangan sampai (harga) terlalu jauh timpang, kalau kita lihat resminya dari pemerintah kan tidak sampai (segitu). Kalau cari untung yang wajar-wajar saja," imbuhnya.
Dia juga menyebutkan, untuk saat ini baru satu perusahaan yang diketahui mempromosikan harga visa ke Bali yang cukup mahal. Namun, pihaknya mengklaim bahwa hal itu wajar karena ada permintaan pasar.
"Yang muncul baru satu saya lihat seperti itu, dan menawarkan jalur cepat istilahnya. (Sebenarnya) Hal yang wajar-wajar saja mungkin ada pasar yang memerlukan seperti itu. Tapi ini, di luar menimbulkan harga mahal sekali, beberapa kali lipat," ungkapnya.
Selain itu, menurut Cok Ace, sebenarnya hal itu seperti dagang. Kalau ada yang mau beli silakan saja dan perusahaan tersebut baru diketahui menawarkan dua Minggu ini lewat media sosial.
"Sebenarnya, kalau saya katakan mafia kurang pas, karena dia jujur mengungkapkan. Namanya dagang silakan kalau mau beli. Di Instagram dia muncul, saya baca di medsos jadi dia (perusahaan travel) tidak ada disembunyikan, alamat jelas, nomor teleponnya ada. Kira-kira sudah dua minggu yang lalu (menawarkan)," ujarnya.
Seperti diketahui, sebelumnya Gubernur Bali Wayan Koster mengadu ke Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, terkait dugaan mafia visa dan mafia karantina.
Koster menerangkan, ada banyak hotel di Bali yang ditetapkan sebagai hotel karantina melakukan pungutan di luar harga normal. Harga per kamar yang sudah dipublikasikan ke tamu, kemudian ditambah lagi dengan alasan bahwa itu adalah hotel karantina.
"Mereka charge ke tamu hingga Rp500 ribu per kamar per hari. Alasannya karena itu untuk biaya karantina," kata Koster, Jumat (18/2) lalu.
Sementara, terkait mafia visa, harga normal visa adalah Rp1,5 juta dan bahkan hanya Rp1 juta. Oleh beberapa travel agen harga tersebut dinaikkan. Kenaikan itu menurutnya juga tidak masuk akal.
"Di sana disebutkan bahwa untuk proses bisa yang lancar harus membayar sebesar Rp3,5 juta. Kalau ingin yang ekspres harus membayar Rp4,2 juta. Kalau ingin yang super ekspres harus membayar sebesar Rp5,5 juta. Ini menyulitkan turis asing yang akan datang ke Bali," ujarnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agar tidak menimbulkan dampak buruk maka penanganan WNA bermasalah itu perlu dilakukan maksimal.
Baca SelengkapnyaMegawati Soekarnoputri menyinggung pengelolaan pariwisata Bali yang tidak terkontrol.
Baca SelengkapnyaBelum bisa dijelaskan secara rinci sejak kapan pungli dilakukan. Saat ini, kasus pungli ini mash terus didalami.
Baca SelengkapnyaMenparekraf Sandiaga Salahuddin Uno mengomentari kasus pungli petugas Imigrasi kepada turis asing di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Baca SelengkapnyaMenteri Hukum dan HAM (Menkumham), Supratman Andi Agtas menyatakan akan mengkaji visa on arrival (VoA) dari WNA yang kerap bikin masalah di Bali.
Baca SelengkapnyaTuris asing tidak keberatan membayar sebesar Rp150.000, tetapi mereka mempertanyakan apa yang akan dilakukan pemerintah dengan uang pungutan itu.
Baca SelengkapnyaLuhut mengaku tak akan rugi jika kehilangan 5.000 turis bermasalah di Bali.
Baca SelengkapnyaBanyak orang Indonesia yang terjebak janji manis travel atau pihak tertentu yang menawarkan haji furoda.
Baca SelengkapnyaTernyata ada WNA China jadi joki untuk ujian bahasa Inggris. Sekarang dia ditangkap.
Baca SelengkapnyaKepala Kantor Kemenkumham Bali Romi Yudianto angkat bicara soal lima petugas Imigrasi Ngurah Rai yang diduga melakukan pungli terhadap WNA.
Baca Selengkapnya103 WNA Ditangkap di Bali, Diduga Lakukan Kejahatan Siber
Baca SelengkapnyaGibran juga sempat menyinggung rencana pembangunan Bandara di Bali Utara.
Baca Selengkapnya