Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Polisi Dukung Ada Kampung Siapkan Rumah Angker untuk Isolasi Pemudik Bandel

Polisi Dukung Ada Kampung Siapkan Rumah Angker untuk Isolasi Pemudik Bandel Ilustrasi rumah berhantu. ©Shutterstock.com/WitthayaP

Merdeka.com - Kabag Ops Korlantas Polri Kombes Benyamin mengaku pihaknya terbantu dengan adanya penerapan susulan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di sejumlah daerah. Bahkan dia mengapresiasi adanya wilayah yang menerapkan kebijakan karantina sendiri.

"Di beberapa tempat menyusul dengan adanya PSBB ini menolong kita juga menahan pergerakan manusia ke luar. Jakarta ini kan paling tinggi. Ada juga bahkan yang tidak PSBB tapi kampungnya membuat PSBB sendiri. Dengan tidak menyalahi," tutur Benyamin saat diskusi melalui Telegroup Discussion Divisi Humas Polri di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (30/4).

Benyamin pun mengapresiasi sejumlah wilayah yang menerapkan karantina khusus bagi pemudik bandel. Seperti dengan mengisolasi mereka di rumah angker.

Orang lain juga bertanya?

"Ada yang mengancam masyarakat Jakarta kalau mudik dimasukkan ke tempat yang angker. Ini juga merupakan cara penyampaian yang lumayan. Apalagi katanya di masyarakat Indonesia setan itu lebih menakutkan daripada hukum," jelas dia.

Yang pasti, lanjut Benyamin, Polri akan bekerja keras menegakkan aturan larangan mudik Lebaran 2020. Hal itu demi menjaga seluruh masyarakat dari semakin merebaknya penyebaran virus Corona atau Covid-19.

"Kami berupaya optimal, 24 jam anggota tidak berhenti terus bergantian," Benyamin menandaskan.

Sebelumnya, perantau bandel yang tetap mudik ke Sragen, Jawa Tengah, saat pandemi virus corona kena batunya. Ada lima orang yang dijebloskan ke rumah angker yang disiapkan kepala desa setempat untuk mengisolasi pemudik bandel.

Awalnya, ada dua warga dari Desa Jabung, Kecamatan Plupuh yang menjalani karantina di rumah angker tersebut. Kini, pemudik yang menjalani karantina di rumah angker itu bertambah tiga orang dari Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah.

Kepala Desa Sepat, Mulyono mengatakan, Satgas Lawan Covid-19 Sepat memang menyediakan rumah kosong berhantu sebagai tempat karantina untuk warga yang membandel.

"Sekarang tiga orang warga itu masih menghuni rumah kosong itu," ujar Mulyono.

Bermula dari Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati mendapat laporan ada dua orang warga di Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen, yang enggan karantina mandiri di rumah. Mereka lantas dimasukan ke dalam rumah angker tersebut.

"Salah satu desa di Plupuh tadi padi melapor. Ada dua warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri tetapi di tengah jalan melanggar komitmen itu. Akhirnya, dua warga itu dimasukan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar. Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampau dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar," ujarnya.

Yuni, sapaan akrab Bupati Sragen, juga memerintahkan Camat Miri, untuk membersihkan rumah angker di tengah sawah sebagai tempat karantina warga yang menolak karantina mandiri di rumah selama14 hari.

Pemudik Wajib Karantina Mandiri. Dia mengatakan pemudik yang pulang harus datang ke posko Lawan Covid-19 di desa dan mendatangani perjanjian melaksanakan isolasi atau karantina mandiri selama 14 hari. Kalau pemudik di Sragen menolak karantina mandiri, desa bisa mengambil tindakan tegas, salah satunya memasukkan mereka ke rumah angker.

"Bagi pemudik yang tidak bisa ditahan untuk pulang dan harus tetap pulang tidak apa-apa tetapi harus taat aturan. Kalau tidak mau ikut aturan untuk karantina mandiri ya masukin ke rumah kosong berhantu saja. Di Miri ada rumah yang sangat menyeramkan. Saya minta camat untuk membersihkan rumah itu untuk karantina orang-orang yang bandel. Ya, di tengah sawah Desa Jeruk," ujarnya.

Pada akhirnya, pemudik bandel itu meminta dipulangkan karena rindu dengan keluarga, ketakutan, dan ada yang sering mimpi seram. Menanggapi hal, Satgas Lawan Covid-19 Desa Sepat memulangkan mereka semua.

Mereka kemudian diminta membuat surat pernyataan untuk berkomitmen menjalani karantina mandiri dengan pengawasan keluarga dan lingkungan usai keluar dari rumah angker. Penjelasan itu disampaikan Kepala Desa Sepat, Masaran, Sragen, Mulyono, saat dihubungi Solopos.com, Minggu 26 April 2020.

"Ketiga orang itu minta pulang karena sudah tidak betah lagi dan katanya sering mimpi seram. Ada yang menangis juga karena ketakutan dan bosan. Kalau melihat penampakan hantu belum. Akhirnya ya kami pulangkan tiga hari lalu [Kamis (23/4/2020)]. Mereka harus membuat surat pernyataan lagi untuk sanggup karantina mandiri. Orang tua, keluarga, dan lingkungan ikut mengawasi selama masa isolasi," ujar Mulyono.

Dia mengatakan sekarang rumah angker di Sragen untuk karantina itu kosong lagi. Kebijakan karantina di rumah berhantu itu, kata Mulyono, ada sisi baiknya terutama bagi para pelaku perjalanan (PP) atau pemudik yang lain.

Dia mendapat laporan ada pemudik yang takut pulang ke rumah karena tidak mau dimasukkan ke rumah angker di Sragen itu untuk menjalani karantina.

(mdk/ray)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Polri Ingatkan Pemudik Lapor RT Jika Tinggalkan Rumah Kosong dan Kendaraan
Polri Ingatkan Pemudik Lapor RT Jika Tinggalkan Rumah Kosong dan Kendaraan

Imbauan itu sesuai dengan perintah Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Baca Selengkapnya
Mudik Lebaran 2023, Naik Sepeda Motor Bakal Disetop Polisi
Mudik Lebaran 2023, Naik Sepeda Motor Bakal Disetop Polisi

Kepolisian melihat banyak bahaya mengintai pemudik menggunakan sepeda motor. Terlebih bagi yang membawa anak-anak.

Baca Selengkapnya
Pengungsi Bangun Tenda Depan Kantor UNHCR Ditertibkan, Kini Ditampung di Ditjen Imigrasi
Pengungsi Bangun Tenda Depan Kantor UNHCR Ditertibkan, Kini Ditampung di Ditjen Imigrasi

"Menampung mereka di rumah detensi yang ada di Direktorat Jenderal imigrasi," kata Camat Setiabudi Iswahyudi

Baca Selengkapnya
Sekda Imbau Pemudik Tak Ajak Saudara Adu Nasib ke Jakarta Tanpa Skill Memadai
Sekda Imbau Pemudik Tak Ajak Saudara Adu Nasib ke Jakarta Tanpa Skill Memadai

"Agar tidak mengajak sanak keluarga atau tetangga untuk mengadukan nasibnya ke Jakarta," kata Joko

Baca Selengkapnya
Pengungsi di Jakarta Selatan Ditampung di Posko Depan Kantor UNHCR, Polisi dan TNI Gantian Berjaga Pagi hingga Malam
Pengungsi di Jakarta Selatan Ditampung di Posko Depan Kantor UNHCR, Polisi dan TNI Gantian Berjaga Pagi hingga Malam

Pengungsi ditertibkan itu tinggal di tenda yang dikhawatirkan membahayakan diri mereka, menimbulkan penyakit, dan mengganggu ketertiban.

Baca Selengkapnya
Dicap Negatif jadi Kampung Narkoba, Masyarakat di Wilayah Ini Kesulitan Cari Kerja
Dicap Negatif jadi Kampung Narkoba, Masyarakat di Wilayah Ini Kesulitan Cari Kerja

Memberikan dampak buruk bagi pencari kerja yang tinggal

Baca Selengkapnya
Lakukan Langkah Ini saat Mudik Agar Rumah Tak Dibobol Maling dan Kebakaran
Lakukan Langkah Ini saat Mudik Agar Rumah Tak Dibobol Maling dan Kebakaran

Rumah kosong ditinggal pemilik pulang kampung kerap menjadi sasaran pencurian dan kebakaran.

Baca Selengkapnya
FOTO: H-8 Lebaran, Warga Ramai-Ramai Mudik Lebih Awal untuk Hindari Kemacetan dan Tiket Mahal
FOTO: H-8 Lebaran, Warga Ramai-Ramai Mudik Lebih Awal untuk Hindari Kemacetan dan Tiket Mahal

Pemudik terpantau mulai memadati terminal-terminal di Jakarta dan sekitarnya meski Lebaran masih 8 hari lagi.

Baca Selengkapnya
Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI
Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI

Hutan Kota UKI Cawang Diduga jadi Tempat LGBT, Ini Tindakan Pemprov DKI

Baca Selengkapnya
Pemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang
Pemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang

Pemudik Bermotor dapat Pengawalan Polisi dari Pelabuhan Merak hingga ke Tangerang

Baca Selengkapnya