Polisi sebut jajanan anak mirip alat kontrasepsi tak berbahaya

Merdeka.com - Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya menilai makanan ringan anak yang diduga berisi mainan menyerupai alat kontrasepsi tidak mengandung bahan berbahaya. Hal itu dipastikan setelah diselidiki oleh Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri pada Senin (1/2) kemarin.

"Hasil Puslabfor Mabes Polri menyatakan unsur barang plastik atau karet yang diduga menyerupai alat kontrasepsi tersebut non-identik dan tidak mengandung bahan berbahaya atau bukan merupakan alat kontrasepsi sejenis alat kondom," kata Kasubdit Industri dan Perdagangan Dirkrimsus, AKBP Agung Marlianto, saat jumpa pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (4/2).

AKBP Agung Marlianto menyatakan saat ini pihaknya bekerjasama dengan BPOM masih melakukan pemantauan terhadap penjualan mainan dalam makanan tersebut yang beredar di masyarakat. Dia meminta masyarakat tidak melakukan publikasi terhadap berita yang tidak berdasarkan bukti dan hanya mengedepankan asumsi yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

"Ini perlu diklarifikasi adanya berita yang beredar di media sosial di warung atau kios di Bekasi mirip alat kontrasepsi tidak benar. Ini juga tidak mengandung bahan plastik kondom atau alat kontrasepsi," kata dia.

Menurut dia, jajanan tersebut boleh beredar karena juga mempunyai izin dari BPOM Serang, Banten. Pihaknya juga sudah menyelidiki ke PD Supergirl Utama Food terkait mainan tersebut.

"Perusahaan ini tidak menjual bebas harus melalui agen-agen yang telah ditunjuk oleh perusahaannya. Serbuk susu yang terdapat dalam kotak kado cara memakannya dengan langsung dimakan atau dicampur dengan air tidak dengan cara dimasukan ke dalam balon mainan. Balon mainan tersebut hanya sebagai hadiah agar anak-anak tertarik," kata dia.

Ancaman pidana, pasal 45 ayat 2 jo pasal 28 ayat 1 undang-undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi eletronik yang berbunyi; setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi eletronik.