Politisi PDIP Respons Kritik Ibas: Kita Catat Sebagai Masukan dan Cambuk Kerja Keras
Merdeka.com - Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menyatakan Covid-19 makin 'mengganas'. Dia khawatir RI disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
Politisi PDIP Hendrawan Supratikno mencatat kritikan Ibas. Menurutnya, hal itu sebagai cambukan agar bekerja lebih keras dalam menangani pandemi.
"Kita catat sebagai masukan sekaligus cambuk agar kita bekerja lebih keras lagi," katanya lewat pesan singkat, Kamis (8/7).
-
Bagaimana cara kita menanggulangi keadaan buruk? Berubahlah selagi kamu dalam kondisi terbaikmu, sebelum muncul hal-hal buruk. Akan terlalu lambat untuk membetulkan atap saat musim hujan terlanjur datang. Pinjamlah payung selagi matahari masih bersinar.
-
Bagaimana Dede Sunandar menghadapi masa-masa sulit? Meskipun kami merasa terpuruk, tetapi ada orang dari luar kota yang datang ke Jakarta untuk pengobatan,' ucap Dede Sunandar di Kawasan Gunawarman, Jakarta Selatan, belum lama ini.
-
Bagaimana PS HW berharap masalah ini diselesaikan? 'Jika setelah terjadi investigasi terbukti terjadi pelanggaran, kami harap Komite Disiplin PSSI dapat memberikan sanksi kepada wasit yang bersangkutan.
-
Kenapa penting untuk bersyukur dalam kesulitan? 'Dalam kesukaran aku telah berseru kepada Tuhan. Tuhan telah menjawab aku dengan memberi kelegaan.' – Mazmur 118:57.
-
Kata motivasi apa yang cocok untuk menghadapi masa sulit? “Jika kamu mengalami neraka, satu-satunya caramu bisa keluar darinya adalah terus berjalan.“
-
Bagaimana cara berdoa di masa sulit? Doa adalah salah satu bentuk ikhtiar yang sangat penting dalam Islam. Ketika menghadapi masa-masa sulit, berdoa dengan khusyuk dan konsisten adalah cara untuk memohon pertolongan dan petunjuk dari Allah SWT.
Hendrawan memahami bahwa saat ini adalah masa-masa sulit. Dia berharap situasi dan kondisi sekarang tidak membuat negara lemah menangani pandemi.
"Kita tahu ini masa-masa yang sulit, badai yang sempurna, dan berharap konsentrasi kebersamaan kita dalam menghadapi sikon ini tak boleh kendur atau terganggu," ucapnya.
Hendrawan menambahkan, menu harian saat ini adalah kecemasan. Sebab, ada ketidakpastian kapan badai pandemi dan resesi ini akan berakhir. Tetapi, kondisi ini tidak perlu direspons dengan kecemasan.
"Rasanya tidak perlu kita menambah kecemasan dengan asesmen yang dapat mengurangi energi gotong royong berskala besar yang sedang terus kita galakkan," pungkasnya.
Kritik Ibas
Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menyatakan Covid-19 makin ‘mengganas’. Keluarga, sahabat dan orang-orang di lingkungan sekitar banyak yang terpapar. Tidak sedikit yang meninggal dunia.
Ibas mempertanyakan sampai kapan bangsa ini akan terus seperti sekarang. Dia khawatir RI disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
"Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya," ujar Ibas, Rabu (7/7).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat ‘tidak berdaya’ menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua. Kurangnya tabung oksigen, misalnya, menurutnya menunjukkan antisipasi yang lemah dari Pemerintah.
"Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat," kata Ibas.
Kasus tabung oksigen ini, menurutnya, merupakan preseden buruk. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala-gejala yang muncul sebelumnya.
"Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. Lalu muncul kasus-kasus baru. Kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi," papar legislator dari dapil Jawa Timur 7 itu.
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin. Jika vaksin yang sebelumnya tidak cukup manjur, segera sediakan vaksin yang lebih baik. Kemudian percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrem menurutnya harus menjadi prioritas.
"Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang ‘cespleng’ demi melindungi rakyat. Kemudian lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim. Sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya," tandas dia.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebagaimana diketahui, jagoan PDIP tumbang di sejumlah Pilkada versi quick count.
Baca SelengkapnyaSekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut, menteri-menteri PDIP merasa ada kondisi batin yang kurang pas saat bekerja di kabinet Jokowi.
Baca SelengkapnyaAnies melanjutkan, bila harus berjuang dan mendapat tekanan kuncinya adalah dihadapi.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan Cerita Titik Terendah dalam Hidupnya
Baca SelengkapnyaAHY tidak menginginkan masyarakat tergantung pada bantuan jangka pendek.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto mengingatkan terkait kondisi politik saat ini.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikannya di penghujung rapat kerja (raker) bersama Komisi I DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan tantangan yang dihadapi Indonesia semakin berat ke depan, seperti perang antarnegara, krisis pangan, dan perubahan iklim
Baca SelengkapnyaHasto menilai utang beli Alutsista TNI kurang pas saat rakyat masih susah.
Baca SelengkapnyaDisertasinya berjudul ‘Telaah Kebijakan Publik atas Peran DPR Mengintegrasikan Kebijakan Fiskal dan Moneter Dalam Postur APBN untuk Penanganan Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaSandiaga mengaku mendapatkan intimidasi dan tekanan politik saat 2017 dan 2019.
Baca Selengkapnya