Polres Gowa bedah gubuk derita Kakek Bunga jadi rumah layak huni
Merdeka.com - Kehidupan Kakek Marica Daeng Bunga (79) dan Sultan Daeng Bani (69) sungguh miris. Selama ini tinggal di gubuk yang jauh dari kata layak. Keduanya tinggal di Dusun Paku, Desa Julubori, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.
Anggota polisi secara gotong royong membangunkan rumah layak huni untuk keduanya. Kapolres Gowa AKBP Shinto Silitonga didampingi Ketua Bhayangkari Cabang Gowa Oni Shinto Silitonga beserta rombongan, secara resmi menyerahkan rumah hasil bedah kepada Kakek Bunga, Kamis (29/3).
Rombongan Kapolres Gowa disambut Kapolsek Pallangga AKP Amin Juraid bersama para kanit, Ibu Ketua Bhayangkari Ranting Pallangga dan Kepala Desa Julubori Ilyas Laja serta masyarakat setempat.
-
Kenapa Pak Sunandar tinggal di gubuk? 'Enak lah cocok di sini,' kata Pak Sunandar saat ditanya alasan tinggal di gubuk itu oleh pemilik kanal YouTube Hardi ArtVenture.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Apa yang membuat kehidupan Pak Suji memprihatinkan? Pria Purbalingga Ini Hidup Sebatang Kara di Gubuk Reyot Tengah Hutan, Kondisinya Memprihatinkan Pak Suji (75 tahun), hidup sebatang kara di sebuah gubuk reyot yang sangat memprihatinkan.
-
Siapa yang mendiami Dusun Butuh? Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani.
-
Kenapa Pak Suji memilih tinggal di gubuknya? 'Rame sih rame, tapi memang dari dulu sudah tinggal di sini, jadi sudah betah di sini,' kata Pak Suji dengan menggunakan Bahasa Jawa logat ngapaknya.
-
Siapa yang tinggal di gubuk reyot itu? Seperti inilah gubuk yang ditempati Samudi, seorang kakek berusia 66 tahun warga Kampung Cipalid, Desa Banjarsari, Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak.
Suasana haru Kapolres Gowa dan rombongan saat bertemu dengan Kakek Bunga dan Sultan Bani, dengan kondisinya yang sudah tua dan penglihatan yang kini tidak normal lagi.
"Menyedihkan bila melihat gubuk derita sang kakek, namun sekarang kembali senang melihat tawa kakek Daeng Bunga di rumah barunya," kata Shinto kepada wartawan.
Shinto sempat memeluk kedua kakek tersebut sebagai rasa hormat dan penghargaan terhadap sang kakek yang kini telah berusia 79 tahun.
Usai berbincang-bincang, Shinto kemudian memberikan sambutan kepada warga setempat yang hadir. Dia menuturkan bahwa dengan adanya program bedah rumah ini, menjadikan suatu momen yang sangat berarti dalam hal kemanusiaan agar tertanam jiwa yang santun dan peduli terhadap sesama.
Selain itu juga dapat dijadikan suatu pelajaran guna ke depan lebih peduli kepada sesama, tanpa memandang suku, ras dan agama. Karena yang dibutuhkan di sini adalah keikhlasan dalam berbuat sesuatu.
Sebelum diresmikan dan menyerahkan rumah tersebut kepada pemiliknya, Shinto Silitonga dan istri melakukan pengguntingan pita untuk selanjutnya masuk ke dalam rumah, melihat hasil renovasi yang dilakukan Polsek Pallangga, dan selanjutnya mencicipi makanan tradisional Bugis Makassar. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaDua kakak beradik itu pun bertahan hidup dengan memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaPria ini tinggal di gubuk yang terletak di tengah kebun jati milik seorang warga bersama anaknya.
Baca SelengkapnyaPada tahun 2021, rumahnya terbakar. Sehingga dibangunlah gubuk reyot yang kundisinya sangat tidak layak itu.
Baca SelengkapnyaSudarto, anak kedua pasutri itu datang dari Bengkulu untuk menemui kedua orangtuanya setelah mengetahui video di media sosial.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaDi usianya yang tak lagi belia, dia terpaksa tinggal sebatang kara. Bahkan, tempat tinggalnya hanya berupa gubuk sederhana berdinding karung goni.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah kakek pembuat gula merah berusia 82 tahun ini memprihatinkan bahkan nyaris roboh.
Baca SelengkapnyaAkses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.
Baca SelengkapnyaPasangan tersebut tinggal di rumah yang terbuat dari tiang kayu dan berdinding bambu dengan kondisi yang sudah rapuh.
Baca Selengkapnya