Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Polri Koordinasi ke Kominfo soal Dugaan Serangan Hacker ke BIN dan 10 Kementerian

Polri Koordinasi ke Kominfo soal Dugaan Serangan Hacker ke BIN dan 10 Kementerian Gedung Mabes Polri. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Sistem jaringan internal 10 kementerian dan lembaga negara diduga disusupi kelompok hacker asal Tiongkok. Mabes Polri langsung berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyikapi masalah itu.

"Ya dikoordinasikan ke kementerian tersebut," kata Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Argo Yuwono, saat dikonfirmasi, Senin (13/9).

Argo belum membeberkan secara rinci seperti apa langkah-langkah yang akan dilakukan. Pihaknya lebih dulu berkoordinasi.

"Dikoordinasikan," ujarnya.

Sebagai informasi, dugaan ini berdasarkan laporan dari Insikt Group, divisi riset ancaman dari Record Future. Dikutip dari situs The Record, Minggu (12/9), aksi peretasan ini diperkirakan dilakukan oleh Mustang Panda.

Mustang Panda merupakan kelompok peretas asal Tiongkok yang dikenal kerap melakukan aksi mata-mata siber dan memiliki target operasi di wilayah Asia Tenggara.

Para peneliti Insikt Group mengatakan mereka menemukan aksi penyusupan ini pertama kali pada April 2021.

Ketika itu, mereka mendeteksi ada malware command and control (C&C) yang dioperasikan oleh kelompok Mustang Panda dan berkomunikasi dengan host yang ada di jaringan pemerintah Indonesia.

Setelah ditelusuri aktivitas tersebut ternyata sudah terjadi sejak Maret 2021. Namun belum diketahui sasaran dan metode pengiriman malware yang dilakukan.

Selain BIN, para peneliti tidak mengungkap kementerian atau lembaga lain yang menjadi target aktivitas ini.

Lebih lanjut disebutkan peneliti dari Insikt Group sebenarnya sudah memberi tahu pihak berwenang Indonesia mengenai adanya penyusupan pada Juni tahun ini, dan disusul pada Juli. Namun, tidak ada umpan balik.

Kendati demikian, salah satu sumber yang familiar mengatakan kepada The Records, otoritas setempat sudah melakukan identifikasi dan membersihkan sistem yang terinfeksi pada akhir bulan lalu.

Namun, para peneliti Insikt masih menemukan host yang ada di dalam jaringan internal institusi pemerintah Indonesia masih berkomunikasi dengan server malware Mustang Panda setelah dilakukan pembersihan tersebut.

Serangan Thanos

Terkait adanya dugaan penyusupan ke jaringan internal 10 kementerian dan lembaga di Indonesia--salah satunya BIN--pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan pihaknya sudah mencoba melakukan profiling terhadap sosok yang dianggap melakukannya.

Dari profiling tersebut diketahui sosok dalam aksi ini adalah kelompok hacker bernama Mustang Panda yang sebagian besar anggotanya berasal Tiongkok. Kelompok ini diketahui membuat private ransomware yang dinamakan Thanos.

"Ransomware ini dapat mengakses data dan credential login pada device PC yang kemudian mengirimkannya ke CNC (command and control) bahkan hacker bisa mengontrol sistem operasi target. Private ransomware Thanos mempunyai 43 konfigurasi yang berbeda utk mengelabui firewall dan anti virus, sehingga sangat berbahaya," tutur Pratama dalam keterangan resmi yang diterima, Minggu (12/9/2021).

Kendati demikian, Pratama mengatakan masih perlu menunggu bukti lebih lanjut terkait adanya laporan ini, seperti pada kasus eHAC dari Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu. Sebab, menurutnya, bisa saja ini baru klaim sepihak.

"Kalau mereka sudah share bukti peretasannya seperti data dan biasanya upaya deface, baru kita bisa simpulkan memang benar terjadi peretasan. 10 kementeriannya yang mana juga masih belum jelas. Namun bila ini spionase antar negara, memang bukti akan lebih sulit untuk didapatkan, karena motifnya bukan ekonomi maupun popularitas," tutur chairman lembaga riset keamanan siber CISSRe (Communication & Information System Security Research Center) ini.

Meski masih perlu menunggu bukti lebih lanjut, laporan ini tetap menjadi menjadi trigger bagi semua Kementerian dan Lembaga pemerintah di Indonesia untuk mulai melakukan pengecekan sistem informasi dan jaringannya.

Ia menuturkan, perlu dilakukan security assesment di sistemnya masing-masing, lalu memperkuat pertahanan, meningkatkan SDM, dan membuat tata kelola pengamanan siber yang baik di institusinya masing-masing.

"Pada pertengahan 2020 juga terjadi isu serupa di lingkungan Kemenlu dan beberapa BUMN. Saat itu ada warning dari Australia bahwa email salah satu diplomat kita mengirimkan malware aria body ke email salah satu pejabat di Australia Barat," terangnya.

Pratama menuturkan, email dari diplomat Indonesia sudah berhasil diambil alih oleh peretas, yang diperkirakan kelompok Naikon asal Tiongkok.

Hanya belum diketahui persis apakah email saja atau perangkat yang diretas, karena banyak malware yang dibuat bertujuan menyamai kemampuan malware pegasus yang bisa mengambil alih smartphone.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
VIDEO: Menko Polhukam Ungkap Data Intelijen soal Aksi Tolak Hasil Pemilu 2024
VIDEO: Menko Polhukam Ungkap Data Intelijen soal Aksi Tolak Hasil Pemilu 2024

Menko Polhukam Hadi Tjahjanto memimpin rapat koordinasi perkembangan situasi usai pemungutan suara dan penetapan hasil suara Pemilu 2024

Baca Selengkapnya
5 Pembelaan Menkominfo Budi Arie Dicecar DPR soal Kusut Data PDN Diretas Ransomware
5 Pembelaan Menkominfo Budi Arie Dicecar DPR soal Kusut Data PDN Diretas Ransomware

Budi Arie dicecar oleh anggota komisi 1 dengan pertanyaan-pertanyaan seputar peretasan yang terjadi

Baca Selengkapnya
Didesak Mundur Buntut Server PDN Dibobol Hacker, Ini Jawaban Menkominfo
Didesak Mundur Buntut Server PDN Dibobol Hacker, Ini Jawaban Menkominfo

Budi Arie akhirnya menjawab desakan agar mundur dari kursi Menkominfo.

Baca Selengkapnya
Besok, Komisi I DPR Panggil Kominfo dan BSSN Buntut Server PDNS Diserang Ransomware
Besok, Komisi I DPR Panggil Kominfo dan BSSN Buntut Server PDNS Diserang Ransomware

Rapat kerja bersama Kominfo dan BSSN dilakukan untuk mendalami masalah bocornya PDNS yang tak kunjung

Baca Selengkapnya