Polri Tangkap Pemuda Asal Payakumbuh Coba Bobol Website KPU
Merdeka.com - Seorang pemuda asal Payakumbuh Sumatera Barat berusaha membobol website Komisi Pemilihan Umum (KPU). Saat ini, pelaku berinisial AA sedang diperiksa di Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri.
Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, pelaku mencoba meng-hack website KPU sebanyak dua kali yaitu tanggal 16 April 2019 dan 17 April 2019. Namun, pada saat beraksi kedua kali, terdeteksi alarm.
Selanjutnya gugus tugas yang terdiri Badan Siber dan Sandi Negara, Polri dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) memperkuat server sambil melacak untuk melakukan upaya mitigasi berupa penegakan hukum.
-
Siapa yang mengklaim meretas situs KPU? Pelaku kejahatan siber dengan nama anonim 'Jimbo' mengklaim telah meretas situs kpu.go.id dan mendapatkan data DPT dari situs tersebut.
-
Bagaimana Hacker serang sistem pemilu? Ditemukan bahwa aktivitas yang sering dilakukan oleh pemerintah Rusia dan China adalah upaya untuk menghambat situs otoritas pemilihan, mengakses informasi pribadi pemilih, hingga memindai sistem pemilihan online untuk dicari kelemahannya.
-
Apa yang dilakuin hacker di PDN Surabaya? Terbaru, Pusat Data Nasional (PDN) Sementara 2 di Surabaya yang dikelola Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), terkena ransomware. Akibatnya data-data yang berada di dalamnya terkunci.
-
Kapan serangan siber pemilu terjadi? Laporan tersebut menyatakan bahwa proporsi pemilu yang menjadi sasaran serangan siber ini telah meningkat, dari 10 persen pada tahun 2015 menjadi 26 persen pada tahun 2022.
-
Siapa pelaku ransomware yang menyerang PDNS 2? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi bahkan menyebut pelaku ransomware ini meminta uang tebusan USD 8 juta atau sekitar Rp 131 miliar.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
"Ketika alarm berbunyi masuk kepada ranah penegakan hukum maka gugus tugas menginformasikan Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri dan langsung ditangkap pelakunya," ucap Dedi di kantornya, Rabu (24/4).
Pelaku ditangkap 22 April 2019 kemarin di kediamannya kawasan Payakumbuh. Selain menangkap pelaku, polisi menyita CPU dan komputer yang digunakan untuk meng-hack website KPU.
Dedi menjelaskan, pihaknya masih memeriksa intensif pelaku. Sementara ini, diketahui pelakunya bekerja sendirian.
"Masih kami dalami apa motivasinya, kenapa melakukan ilegal akses. karena ini bisa mengganggu kinerja KPU. Kalau server KPU setiap saat diganggu terus," ujar Dedi.
Reporter: Ady Anugrahadi
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat diimbau hati-hati dalam mengakses dan memberikan data akun media sosial.
Baca SelengkapnyaKPU hingga kini masih menelusuri dugaan peretasan tersebut.
Baca SelengkapnyaSeorang peretas dengan nama anonim "Jimbo" mengklaim telah meretas situs kpu.go.id dan berhasil mendapatkan data pemilih dari situs tersebut.
Baca SelengkapnyaPelaku berhasil meretas akun WhatsApp dan Instagram korban dengan modus menyebarkan link ke facebook dan Instagram.
Baca SelengkapnyaDPR geram dengan kabar dugaan kebocoran data 204 juta pemilih oleh KPU.
Baca SelengkapnyaKPU melakukan pengecekan melalui Sistem Informasi Data Pemilih (Sidalih) terkait kebocoran data pemilih tersebut.
Baca SelengkapnyaData pemilih bocor diduga usai diretas oleh hacker Jimbo.
Baca SelengkapnyaJFPE ditangkap polisi lantaran mencuri barang-barang milik mahasiswa yang indekos.
Baca SelengkapnyaKPU RI meminta bantuan terhadap Satgas Cyber, Badan Siber Sandi Negara (BSSN) serta BIN terkait adanya dugaan kebocoran data pemilih
Baca SelengkapnyaKetua Bawaslu Makassar, Abdillah Mustari membenarkan domain website Bawaslu Makassar diretas. Hanya saja peretasan sudah dilakukan sejak lama.
Baca SelengkapnyaDiduga data pemilih ini dijual hacker sebesar Rp 1,2 miliar.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca Selengkapnya