Pontang panting polisi buru kelompok teror Din Minimi dan Santoso
Merdeka.com - Isu terorisme masih jadi perhatian khusus pemerintah sepanjang tahun 2015 ini. Bahkan di akhir tahun yang tinggal beberapa hari lagi, pemerintah menyatakan Indonesia siaga penuh terhadap kemungkinan kelompok teror yang ingin merusak keamanan Tanah Air.
Sepanjang tahun ini memang ada dua kelompok teror yang pergerakannya sangat dipantau. Di samping kelompok teror Negara Islam Irak dan Syam yang belakangan semakin menunjukkan eksistensinya di sejumlah negara termasuk Indonesia.
Waspada ini dilakukan karena pemerintah tak ingin peristiwa bom Bali I dan II, serta ledakan di Hotel JW Marriot dan sejumlah peristiwa teror lainnya kembali terulang. Belum lagi setahun terakhir, kelompok teror telah mengguncang ketenangan di sejumlah negara dan terakhir di Paris, Prancis.
-
Kapan teror suara ketukan terjadi? Pada awal video, terlihat sebuah rekaman CCTV yang memperlihatkan suasana teras rumah warga. Waktu di kamera CCTV menunjukkan angka 03.08 WIB dan tak ada seorang pun di luar.
-
Di mana teror suara ketuk pintu terjadi? Pasalnya, terlihat sebuah video yang memperlihatkan kejadian aneh seperti suara ketuk pintu rumah pada jam 3 dini hari. Namun anehnya saat dicek di CCTV, tidak ada seorang pun yang berdiri di depan pintu.
-
Kapan peristiwa langka ini terjadi? Para peneliti memperkirakan, mikroba yang tertelan oleh sel alga sekitar 100 juta tahun yang lalu telah berevolusi menjadi bagian integral dari mesin sel.
-
Apa definisi terorisme menurut UU 5/2018? Sementara, menurut pasal 1 angka 2 perpu 1/2002 UU 5/2018, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas serta menimbulkan korban yang bersifat massal.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Di mana teror pembakaran terjadi? Pelaku pembakaran misterius di Kampung Tipar, RT 02, RW 06, Kelurahan Mekarsari Kecamatan Cimanggis, Depok mulai terungkap.
Semua kekuatan dikerahkan untuk mengejar kelompok-kelompok teror tersebut. Bahkan di beberapa lokasi yang diduga menjadi basis kelompok tersebut dijaga ketat.
Seperti apa sepak terjang dua kelompok teror yang kini tengah diburu?
Dua kelompok teror yang paling diburu adalah Din Minimi dan jaringan teroris Santoso di Poso. Dua kelompok teror ini disebut-sebut sangat membahayakan dan sadis saat menghabisi korbannya.
Cerita kelompok teror Din Minimi memang tak terlalu sering terdengar. Aksi teror kelompok ini baru terendus di awal tahun tepatnya Maret 2015.
Pada 23 Maret lalu, dua personel Kodim 0103 Sersan Satu Indra Irawan (41) dan Sersan Hendri (36) diduga diculik oleh belasan anggota dari kelompok bersenjata di Dusun Alue Mbang, Desa Alue Papeun, Kec Nisam Antara, Aceh Utara, Nangroe Aceh Darussalam. Mereka diculik setelah mobil yang dikendarai ditemukan tanpa penumpang di pedalaman Aceh Utara.
Sehari setelah kabar penculikan itu, ternyata keduanya ditemukan tewas di Desa Bate Pileh. Posisi mayat tangan terikat dan telungkup. Di tubuh mereka juga terdapat luka tembak.
Saat itu, dugaan kuat pelaku penembakan adalah kelompok bersenjata Din Minimi. Dugaan itu diperkuat setelah kepolisian berhasil menangkap juru masak Din Minimi, Amiruddin (22) alias Pong, Minggu (28/6) di Desa Keurto, Kecamatan Lapang, Kabupaten Aeh Utara. Pong banyak bercerita kiprah kelompok ini yang selalu membuat kriminalitas.
Kelompok Din Minimi membantah telah pembunuh dua anggota Kodim. Din Minimi melalui kuasa hukumnya dari Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA), Safaruddin, mengaku tidak mengetahui soal tewasnya dua prajurit itu.
"Benar, tidak terlibat Din Minimi dalam kasus ini," tulis Safarudin melalui pesan pendek, Selasa (24/3).
Safaruddin menyebutkan, informasi terakhir yang diperoleh dari Din Minimi, mereka hanya menculik Panglima Muda Wilayah Pasee, Aceh Utara, Yah Mud. Sedangkan soal terbunuhnya dua anggota TNI itu kliennya sama sekali tidak tahu.
"Yah Mud memang mereka yang ambil, untuk menyampaikan aspirasi ke pimpinan GAM," lanjut Safarudin.
Safarudin melanjutkan, Din hanya meminta supaya Pemerintah Aceh memperhatikan nasib mantan serdadu Gerakan Aceh Merdeka. Sebab menurut dia banyak rekan-rekannya justru hidup miskin dan tidak sesuai dengan janji pemerintah termaktub dalam Perjanjian Helsinki.
"Mereka meminta baik pemerintah pusat maupun pemerintah Aceh untuk melakukan proses reintegrasi tahap II, untuk mengakomodir seluruh mantan kombatan GAM dan korban konflik lainnya," tambah Safarudin.
Berawal dari peristiwa itulah, kepolisian dan TNI gencar memburu kelompok Din Minimi. Dua bulan setelah penemuan jasad 2 anggota TNI itu, Polda Aceh mendapat laporan dari warga yang mencurigai sebuah gubuk di Desa Geunie dihuni kelompok bersenjata.
"Atas laporan dari masyarakat ada yang mencurigakan di sebuah gubuk. Kita melakukan patroli dan kita bagikan tugas TNI di pegunungan, karena mereka kelompok bersenjata. Kita berada di jalan berjaga-jaga," kata Kapolda Aceh, Irjen Pol Husen Hamidi.
Saat petugas mendekati gubuk, terjadi saling tembak antara TNI-Polri dan kelompok bersenjata tersebut. Kelompok Din Minimi berhasil melarikan diri.
"Saat disisir ada bercak darah ditemukan di lokasi itu. Diperkirakan ada yang tertembak tapi sempat melarikan diri, sehingga barang-barang mereka tidak sempat dibawa," tukasnya.
Selain di gubuk tersebut, perburuan terhadap kelompok Din Minimi juga dilakukan hingga terjadi kontak senjata di sekitar stasiun pengisian bahan bakar umum di kawasan Blang Malu, Mutiara Timur, Kabupaten Pidie, Aceh pada 24 Mei lalu. Saat itu, diketahui kelompok Din Minimi sedang berencana melakukan perampokan.
Kontak senjata itu menewaskan anggota Din Minimi bernama Muhammad Rizal (26), warga Desa atau Gampong Rheng, Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie. Satu orang tertembak di kaki kanan bernama Muhammad Nasir (29) warga Desa Ulee Blang, Kecamatan Pirak Timu, Kabupaten Aceh Utara. Satu lagi ditangkap di angkutan umum bernama Khadafi, warga Keumala, Pidie.
Tim gabungan mengamankan senjata kelompok Din Minimi berupa satu senjata AK56, satu magazine dan 30 amunisi AK.
Dua hari berselang, tim gabungan TNI dan Polri kembali menggerebek anggota Din Minimi di Desa Geunie, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie. Muntahan amunisi dari dua pihak tidak terhindarkan. Kontak tembak berlangsung sekitar 10 menit, Selasa (26/5).
Dari penggerebekan yang dilakukan pagi hari tersebut, tim gabungan menyita beberapa pucuk senjata api.
Tak cuma sampai di situ, perburuan terhadap kelompok Din Minimi kembali membuat TNI-Polri melakukan kontak senjata pada Juli lalu di Desa Senblok, Kecamatan Paya Bakong, Kabupaten Aceh Utara. Saat itu, tim gabungan Polda Aceh berhasil menangkap kepala operasional kelompok kriminal bersenjata Din Minimi, Faisal alias Komeng.
Dir Reskrimum Polda Aceh, Kombes Pol Nurfallah dalam konferensi pers di Mapolda Aceh mengatakan, Komeng merupakan DPO Polda Aceh yang pernah berhasil lolos saat dilakukan penyergapan di Limpok, Kecamatan Darussalam, Kabupaten Aceh Besar bulan Mie lalu. Saat itu hanya rekannya yang berhasil ditangkap bernama T Plang.
"Catatan kriminal dari Polda Aceh yang dilakukan kelompok Din Minimi sebanyak 10 kali, seluruhnya ada keterlibatan Komeng," kata Kombes Pol Nurfalah, Sabtu (11/7).
Komeng terpisah dari kelompok Din Minimi setelah terjadi penyergapan di Limpok. Hingga dia berhasil lolos atas bantuan Saiful alias Si Pon yang berada di Lambaro, Aceh Besar.
"Saiful itu yang membantu Komeng untuk bisa lolos sampai ke Aceh Utara," tukasnya.
Saat dilakukan penangkapan tidak ada perlawanan dari pihak Komeng. Selain sudah terkepung oleh pihak kepolisian, Komeng juga tidak memiliki senjata, karena sudah dititipkan pada rekannya bernama Si Pon di Lambaro.
Dalam berbagai penelusuran yang dilakukan merdeka.com, Din Minimi alias Nurdin bin Ismail Amat Alias Nurdin Abu Minimi dilahirkan di Desa Keude Buloh, Kecamatan Julok, Aceh Timur, dari pasangan Ismail-Sapiah. Dia bergabung dengan GAM sejak Tahun 1997 di bawah pimpinan almarhum Tgk Kaha. Nurdin anak sulung empat bersaudara. Nasib membuat mereka berempat menjadi anggota GAM di masa konflik lalu.
Adiknya bernama Hamdani alias Sitong, tewas dalam pertempuran antara GAM dengan aparat tahun 2004. Adik ketiganya, Mak Isa alias si Bukrak, hilang sejak konflik, dan hingga kini tidak diketahui hidup atau mati. Terakhir adik bungsunya, Azhar, kini pengangguran dan berdomisili di Aceh Timur.
Din Minimi pernah membuat kehebohan saat pada Oktober tahun 2014. Dia mempublikasikan foto dirinya di media lokal sedang menenteng senjata laras panjang AK-47.
Tujuan perlawanan Din Minimi cuma satu, perang terhadap pemerintah Aceh untuk memperjuangkan keadilan. Mereka beralasan, kedua pemimpin Aceh saat itu Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakir Manaf, yang merupakan eks GAM, tidak menjalankan MoU Helsinki sesuai amanah.
Hingga saat ini, katanya, masih banyak para mantan GAM yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan. Selain itu, banyak di antara mereka juga belum mendapatkan rumah layak huni seperti yang dijanjikan Pemerintah.
Meskipun kembali angkat senjata, kata Abu Minimi, pihaknya tidak sedang melawan atau memberontak terhadap Pemerintah Indonesia. Perlawanan dan tuntutan mereka hanya ditujukan terhadap Pemerintah Aceh.
Din Minimi meminta kepada pihak keamanan tidak perlu khawatir karena kelompok mereka tidak memusuhi TNI dan Polri. Din Minimi mengakui, selama ini pihaknya kerap terlibat serangkaian aksi kriminal khususnya di kawasan Aceh Timur seperti penculikan, perampokan dan penculikan warga Skotlandia beberapa waktu lalu.
Hingga akhir tahun 2015, perburuan terhadap Din Minimi belum juga berhasil. Tapi kepolisian maupun TNI memastikan akan terus memburu kelompok bersenjata yang dikenal sadis itu.
Di penyergarapan terakhir pada Agustus lalu, keberuntungan masih berpihak pada Din Minimi. Seperti di Kecamatan Grong-Grong dan Desa Geunie, Kecamatan Tangse, Pidie dan sejumlah tempat lainnya, Din Minimi berhasil lolos.
"Sebenarnya dia (Din Minimi) belum naas saja, selalu lolos saat penyergapan," kata Husen mantap.
Tak cuma kelompok Din Minimi, perburuan juga terus dilakukan pada kelompok teror jaringan Santoso yang bermarkas di Poso, Sulawesi Tengah. Mirip dengan kelompok Din Minimi, jaringan teroris Santoso juga dikenal sadis dalam aksinya.
Saking sadisnya, kejahatan kelompok Santoso disebut mirip dengan ISIS. Sebab di antara mereka diketahui memang banyak yang mengikuti latihan militer di Suriah.
"Teroris di sana (Poso) sama ada kaitan. Seperti Suriah dan Irak. Mereka memiliki kekuatan yang sama," ujar pengamat intelijen Ansyaad Mbai, saat menghadiri acara diskusi di Markas Polda Metro Jaya, Rabu (25/11).
"Saya sudah bilang sudah sebanyak 145 (orang) yang pulang pergi dari Indonesia-Suriah sudah kembali kini ke Indonesia. Karena mereka berhubungan. Teroris di sana berkaitan dengan teroris di Irak," tambahnya.
Untuk memburu gembong teroris pimpinan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, Polri sampai membentuk Operasi Camar Maleo. Operasi Camar Maleo ini sudah sampai tahap ketiga. Camar Maleo III merupakan kelanjutan dari Camar Maleo II. Operasi ini dilakukan khusus untuk menangkap Santoso. Bahkan, dalam operasi ini, diterjunkan ribuan personel gabungan Brimob, 100 personel TNI, 1307 anggota Kodim dan Batalyon serta 714 Sintuwu Maroso Poso.
"Kami perpanjang lagi sampai akhir tahun. Target bulan Januari tangkap Santoso, harus tertangkap," kata Kapolri Badrodin Haiti di Mabes Polri, Jakarta, Senin (19/10).
Menurut Badrodin, sejauh ini polisi sudah menemukan jejak dari keberadaan Santoso. Namun, luasnya hutan di Sulawesi Tengah membuat tim kesulitan menangkap gembong teroris tersebut.
"Ya sudah, sekali-kali Anda coba ikut pasukan ke sana naik gunung, masuk ke hutan," jelas dia.
Dalam perburuan yang dilakukan, satu per satu anggota kelompok Santoso berhasil dilumpuhkan. Sayangnya, polisi maupun TNI belum bisa melumpuhkan Santoso sendiri yang merupakan pimpinan dari kelompok teror itu.
Merasa keberadaannya diganggu, lewat akun media sosial Facebook, kelompok Santoso menunjukkan perlawanan. Mereka mengancam akan meledakkan markas Polda Metro Jaya.
"Yah silakan saja, kita sudah siapkan langkah-langkah antisipasi dengan meningkatkan keamanan," tegas Badrodin kala itu.
Tak cuma ancaman teror, kelompok Santoso semakin menunjukkan eksistensinya dengan berbagai kasus penembakan yang mereka lakukan di Poso. Teranyar, pada November lalu, satu anggota TNI, Serka Sainudin gugur dengan luka tembak di kepala.
Peristiwa itu terjadi di Dusun Gayatri, Desa Meranda, KM 6-7 sekitar pukul 09.00 WITA, Minggu (29/11). Sebelum kejadian anggota Satuan Ba Purir Kipan C Yonif 712 Raider itu tengah melakukan patroli di wilayah Poso.
Kasus ini semakin menambah panjang anggota TNI dan Polri yang tewas dalam perburuan teroris. Sebelumnya, anggota polisi yakni Iptu Brian Tatontos juga gugur saat mengejar teroris kelompok Santoso. Saat itu warga sipil bersenjata yang diduga anggota teroris pimpinan Santoso bernama Bado juga meregang nyawa.
"Dipastikan itu kelompok Santoso," kata Badrodin saat dihubungi merdeka.com, Minggu (29/11).
Tak cuma menjadikan aparat sebagai target, bentuk kesadisan kelompok Santoso dengan membantai warga tak berdosa. Korban itu di antaranya I Nyoman Astika (60), Hengky (50). Dari jasad korban ditemukan sejumlah luka tusuk. Bahkan, keduanya ditemukan tanpa kepala.
Tindakan kriminal kelompok Santoso seolah makin tak terbendung. Meski jumlah anggota yang tersisa hanya sekitar 40 orang, nyata mereka sulit dilumpuhkan.
Namun, Kapolri memastikan kelompok teror Santoso tak akan bisa bertahan lebih lama karena akan seger disergap. Tapi, lanjutnya, tentu penangkapan ini tak mudah.
"Sudah (terdeteksi) keberadaan Santoso. Sedang dikejar. Tapi ya namanya mau ditangkap kan menghindar lah," ujarnya.
Sebenarnya, perburuan polisi hampir membuahkan hasil. Badrodin mengklaim markas kelompok teroris pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah, sudah ditemukan. Markas tersebut dibuat seperti gubuk yang berada di atas gunung.
"Sudah kami lakukan operasi dan kami sudah temukan lokasi, ada 10 gubuk-gubuk mereka tempat tinggal mereka itu di atas gunung," kata Badrodin pada 21 Desember lalu.
Di dalam gubuk, menurut dia, ditemukan bahan peledak, peralatan masak dan senjata. Selain itu, mayat juga ditemukan di dalam gubuk dengan jenis kelamin pria.
"Lalu ditemukan mayat satu pria dewasa yang sudah membusuk, kami masih kejar sepertinya mereka lari sebelum pasukan kami datang. Kami akan lakukan perburuan," ujar dia.
Namun dia tidak menyatakan jumlah anggota teroris Santoso yang dikejar oleh polisi. Akan tetapi, pihaknya terus melakukan pengawasan dan penyelidikan.
"Polisi akan lakukan penyelidikan dan surveillance karena kelompok ini pada umumnya, jika mereka keluar dari kelompok mereka akan bentuk kelompok-kelompok kecil. Modusnya seperti itu. Jika dulu majelis Indonesia Timur kemudian dia mau melakukan aksinya dia akan keluar dari kelompok ini membentuk kelompok kecil-kecil agar tak ada tudingan aksi teror dilakukan kelompok jaringan Indonesia Timur," beber dia.
Akankah dua kelompok teror berbahaya ini dapat segera dilumpuhkan, atau malah jadi pekerjaan rumah polisi dan TNI di 2016 mendatang? (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat menjenguk Benal, Kapolres Sukabumi membawa serta tim medis dari Seksi Dokkes Polres Sukabumi.
Baca SelengkapnyaPerburuan Toto Kapten tidak mudah karena sangat licin dari kejaran aparat.
Baca SelengkapnyaOrang tak dikenal melemparkan batu ke arah anggota yang bertugas. Beruntung, tidak ada korban jiwa maupun luka dalam insiden ini.
Baca Selengkapnya"Jadi terdata, bahwa dari kelima orang ini bukan ormas," kata Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Susatyo
Baca SelengkapnyaWarga menyebutkan bahwa penggerebekan terduga teroris sudah berlangsung sejak Sabtu dini hari.
Baca SelengkapnyaKontak senjata tersebut berlangsung hingga pukul 15.25 WIT, dan sudah tidak terdengar lagi bunyi letusan senjata.
Baca SelengkapnyaKarena sejauh ini anggotanya masih melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap para pelaku.
Baca SelengkapnyaSituasi ini makin memanas saat para desertir dari TNI/Polri yang bergabung dengan kelompok-kelompok yang bertikai.
Baca SelengkapnyaDensus 88 Antiteror Polri menangkap enam tersangka diduga terlibat dalam aksi jaringan terorisme di Kalbar dan Sumsel.
Baca SelengkapnyaPos Satgas Cartenz di Intan Jaya Diserang: KKB Hendak Bebaskan Rekannya yang Ditangkap, Dua Warga Kena Tembak
Baca SelengkapnyaPolisi sudah memeriksa sejumlah saksi, mulai dari pegawai hingga saksi yang ada di lokasi kejadian.
Baca Selengkapnya