Potret kemiskinan, sekolah ini dibayar rengginang & pisang setandan
Merdeka.com - Madrasah Diniyah (TPA/TPQ sederajat) Raudlatut Thalibin di Dusun Lengkong, Desa Bragung, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur ini berada di desa dengan perekonomian yang masih sangat rendah. Warga yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh ini hanya mampu membayar sekolah anak mereka dengan rengginang.
Makanan sejenis kerupuk tebal terbuat dari nasi atau beras ketan ini merupakan kue khas di Dusun Lengkong. Salah satu guru Ustaz Muhammad menyebutkan, tenaga pengajar yang berjumlah 10 guru di Madrasah Diniyah Raudlatut Thalibin ini mengajar dengan penuh rasa keikhlasan. Sehingga mereka rela menerima ketika hanya dibayar dengan rengginang.
Pernah suatu hari sekolah mencoba untuk mewajibkan infaq kepada murid sebesar Rp 15 ribu per bulan. Namun warga tetap tidak sanggup bayar.
-
Bagaimana SDN Ambon mengatasi kekurangan bangku? Walau demikian, pihak sekolah mengupayakan agar para siswa yang tak memiliki bangku ini bisa tetap mendapat mata pelajaran yang maksimal.
-
Kenapa rumah Baduy tidak ada kursi? Masih di kanal YouTube yang sama, warga Baduy memiliki pantangan untuk tidak menaruh kursi maupun ranjang di dalam rumah mereka.
-
Bagaimana kondisi bangunan SDN Cipaku saat ini? Yang tersisa di antaranya dinding, pondasi antara tembok dengan lantai dan logo dari beton bertuliskan SDN Cipaku yang sudah tidak utuh.
-
Bagaimana kondisi rumah sekarang? Sayangnya, rumah mewah tersebut kini mulai termakan usia. Nampak teras mulai ditumbuhi tanaman liar hingga cat tembok di beberapa bagian yang nampak terkelupas. 'Di bagian dindingnya, ini sudah lepas-lepas gitu semen dan catnya,' ujarnya.
-
Kapan kursi terakhir kali digunakan? “Saat itu kursi ini diletakkan di letakkan sesaji di depannya,“ kata Ratna.
-
Bagaimana kondisi rumah? Meskipun demikian, menariknya beberapa perabotan masih tersusun rapi.
"Warga sanggupnya bayar dengan setandan pisang. Padahal harga pisang setandan lebih dari Rp 15 ribu," kata Muhammad sambil melempar senyum lebar, Rabu (24/2).
Madrasah Diniyah ©2016 merdeka.com/istimewaSelain masalah SPP, sekolah ini juga punya persoalan dalam penyediaan sarana belajar. Kondisi ruang kelas seadanya dan bangku serta meja yang sangat tidak layak karena sudah hampir 10 tahun belum diganti.
Meski begitu, semangat belajar muridnya tetap luar biasa. Setiap sore, sekolah ini selalu ramai dikunjungi oleh 113 murid yang menimba ilmu.
Akhir Desember 2015 tahun lalu, LAZ Al Azhar Peduli Ummat menggulirkan program INFRALINK (Infrastruktur dan Konservasi Lingkungan). Lewat program ini ruang kelas mulai diperbaiki mulai dari pengecatan seluruh dinding, pengadaan meja dan kursi untuk kelas dan guru serta papan tulis.
Madrasah Diniyah ©2016 merdeka.com/istimewaMuhammad pun mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada LAZ Al Azhar Peduli Ummat dan seluruh donatur yang turut membantu dalam program INFRALINK ini. Dampaknya, para murid kini kian semangat dalam belajar.
"Alhamdulillah murid terlihat lebih ceria saat belajar menggunakan kelas dan meja baru. Insya Allah akan ada kebaikan yang mengalir untuk donatur di setiap ilmu yang mereka serap," tutupnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaKondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca Selengkapnyakondisi bangunan ruang kelas sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Ikhlas Gunung Halu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKegiatan belajar mengajar (KBM) tanpa meja kursi di sekolah itu sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
Baca SelengkapnyaJika anggaran pendidikan dalam APBN digunakan untuk membiayai program makanan gratis dikhawatirkan akan semakin menghambat peningkatan kualitas pendidikan.
Baca SelengkapnyaSelain kondisi gedung sekolah yang perlu diperbaiki, dewan guru pun menyampaikan bahwa SDN 7 Suana kekurangan meja dan kursi.
Baca SelengkapnyaBangunan ambruk karena kayu atap digerogoti rayap sehingga lama-lama rapuh.
Baca SelengkapnyaDiduga, gedung ambruk karena usia bangunan yang sudah tua.
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca Selengkapnya