Potret pilu SMA negeri di Serang hancur lebur, nasib siswa terbengkalai
Merdeka.com - Puluhan siswa SMA Negeri 1 Padarincang, di Jalan Palima – Cinangka (Palka), Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang terpaksa belajar di musala, akibat ruang kelas sekolah rusak parah.
Berdasarkan pantauan, tampak dua ruang kelas porak poranda tinggal rangka bangunan tanpa atap. Dua ruang kelas tersebut yakni ruang Kelas XI IPS-1 dan IPS-2.
Kondisi bangunan memang memprihatinkan. Kondisi kelas hanya tinggal tembok dengan tiang sisa. Tak ada atap dan jendela. Kayu yang lapuk sudah habis dimakan musim. Bangku dan meja lapuk tertumpuk tak teratur di bagian pojok ruang kelas.
-
Dimana sekolah itu berada? Peristiwa itu terjadi di Sekolah Al-Awda di Abasan al-kabira, bagian selatan Jalur Gaza dekat Khan Younis.
-
Kenapa SDN Margamulya II rusak? Kondisi dinding serta kayunya banyak yang mengalami pelapukan, karena tidak pernah tersentuh pembangunan sejak pertama kali didirikan pada 1993.
-
Bagaimana kondisi bangunan SDN Cipaku saat ini? Yang tersisa di antaranya dinding, pondasi antara tembok dengan lantai dan logo dari beton bertuliskan SDN Cipaku yang sudah tidak utuh.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
-
Apa yang rusak di SDN Margamulya II? Bangunan Sekolah Dasar Negeri (SDN) II di Desa Margamulya, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, terlihat rusak. Kondisi dinding serta kayunya banyak yang mengalami pelapukan, karena tidak pernah tersentuh pembangunan sejak pertama kali didirikan pada 1993.
-
Apa yang terjadi pada madrasah? Pengadilan India mengeluarkan larangan efektif terhadap sekolah-sekolah madrasah agama Islam di Negara Bagian Uttar Pradesh yang merupakan salah satu negara bagian dengan populasi terpadat di India.
Dua lokal kelas itu belum lagi dibangun sejak hancur tertimpa batang besar pohon asam setahun lalu. "Tidak ada hujan, tidak ada angin nimpa genting sampai hancur dua ruang kelas," ujar Andriato penjaga sekolah.
Andrianto menceritakan, kejadian ambruknya pohon dan menimpa dua ruang kelas itu terjadi pada hari Senin di awal bulan Januari 2017 lalu. Siswa baru saja mengikuti upacara bendera. Sebagian besar siswa tengah berada di kantin sekira pukul 08.30 WIB. Ada lima orang siswa lain yang tengah asik bermain di dalam kelas XI IPS-2.
SMA Negeri 1 Padarincang rusak parah ©2018 Merdeka.com/dwi prasetya
Rangka atap yang terbuat dari baja ringan saat itu tak kuat menahan batang pohon dan genteng yang terbuat dari tanah liat. Ketika batang pohon itu patah dan menimpa atap sekolah, kelima siswa tengah duduk di belakang ruang.
"Alhamdulillah selamat karena posisinya di belakang. Kalau saat itu posisinya ada di tengah, mungkin mereka tertimpa atap sekolah," ujarnya.
Andrianto sejak peristiwa itu, dua kelas dipindahkan ke mushola dan ruang laboratorium. Siswa kelas XI IPS-2 menempati laboratorium dan XI IPS-1 terpaksa belajar di mushola dengan mengampar di lantai.
Ada 36 siswa yang kini belajar di mushola Baitul Makmur. Di ruang berukuran 8 X 8 meter persegi tersebut mereka menghabiskan waktu belajar dari mulai pukul 07.15 hingga 16.00 WIB.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Padarincang Kartono yang ditemui di rumahnya mengaku tak dapat berbuat banyak. Semula ia berharap dengan beralih kewenangan SMA/SMK ke Pemerintah Provinsi Banten, sekolahnya cepat dibangun.
SMA Negeri 1 Padarincang rusak parah ©2018 Merdeka.com/dwi prasetya
Namun, setelah peralihan tersebut banyak kendala. Mulai dari birokrasi yang berbelit-belit, pola bantuan yang kurang resposif, hingga keterlambatan berbagai tunjangan guru. Tak jarang ia mendengar keluhan siswanya yang belajar di mushola.
"Karena belajarnya di lantai sambil tengkurap, siswa sering mengeluh sakit perut. Mungkin karena dingin," kata Kartono.
Ruang yang dijadikan kelas darurat itu hanya terdapat satu papan tulis yang ditempelkan ke dinding bagian kiri musala, tanpa kursi, tanpa meja.
Nasib yang lumayan baik bagi siswa yang dipindahkan ke ruang laboratrium. Di ruang tersebut siswa dapat belajar menggunakan kursi dan meja yan sudah ada.
Atap bangunan sekolah yan kini ambruk itu sendiri merupakan bantuan dari PT Krakatau Steel (Persero) pada 5 Agustus 2004 silam.
Kartono mengaku pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Provinsi Banten. Sebrlumnya pihak Dinas Pendidikan Provinsi Banten menjanjikan akan membangun ruang kelas baru (RKB) pada APBD Perubahan 2017. Nemun harapannya pupus katika mendekati akhir Desember 2017 tak ada tanda-tanda akan dibangun.
"Malah ada pemberitahuan dianggarkan di tahun 2018. Kalau begitu paling Juni bisa dibangun. Cuaca belakangan kurang bagus. Belajar sudah tidak kondusif. Kasihan siswa yang belajar di mushola. Apalagi kalau tahun ajaran baru siswa yang baru juga harus belajar di sana," kata dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaBangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri Pandansari 1, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang ambruk akibat dihantam hujan dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaKondisi bangunan bekas WC itu tak layak pakai. Jauh dari standar sekolah seperti biasanya.
Baca SelengkapnyaKondisi seperti ini sudah terjadi sejak 2014, karena kursi dan meja sudah rapuh.
Baca SelengkapnyaKarena kekurangan ruangan kelas sehingga harus digunakan bangunan yang tidak layak tersebut
Baca SelengkapnyaDua ruang kelas tersebut belum kunjung diperbaiki. Aktivitas belajar mengajar terpaksa dipindah ke perpustakaan dan laboratorium IPA.
Baca SelengkapnyaDulunya banyak siswa yang bersekolah di sini, namun kini tinggal kenangan.
Baca SelengkapnyaSebanyak tujuh kecamatan teredam banjir dan satu kecamatan lainnya longsor.
Baca SelengkapnyaAtap ambruk diduga tak kuat menahan tingginya debit air hujan yang mengguyur Bogor sejak Kamis dini hari.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen Prihantomo di Sragen, mengatakan plafon ambrol tersebut terjadi di SDN Kalijambe.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan bangunan SMA di Alor yang sangat menyedihkan dan penuh keterbatasan.
Baca Selengkapnya