Prabowo-Jokowi & kisah pelukan Soekarno pada Jenderal Soedirman
Merdeka.com - Pertemuan di kediaman Soemitro Djojohadikusumo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan itu melegakan banyak pihak. Ketua Umum Partai Gerindra menyambut ramah kedatangan presiden terpilih Joko Widodo.
Saat pemilihan presiden lalu, semua masih ingat bagaimana persaingan keduanya membuat panas tensi politik nasional.
Tapi pertemuan Jumat (17/10) seolah menghapus semua kenangan persaingan di antara keduanya.
-
Siapa yang menjadi ajudan pribadi Soedirman? Pada tahun 1946, Tjokropranolo ditunjuk menjadi ajudan pribadinya Soedirman di Yogyakarta sekaligus pangkatnya meningkat menjadi Kapten.
-
Siapa yang menjadi penasihat pribadi Panglima Soedirman? Pada zaman revolusi fisik, Harsono menjadi penasihat pribadi PangIima Besar Soedirman dan ikut bergerilya bersamanya.
-
Bagaimana Tjokropranolo membantu Soedirman? Selama hidupnya, Bang Nolly pernah menjabat sebagai ajudan pribadi Soedirman dan turut menyelamat nyawanya dari serangan tentara Belanda yang mencoba ingin membunuhnya.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa ajudan Prabowo Subianto? Pada masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu nama Mayor Teddy mendadak naik daun. Ia diketahui merupakan abdi negara yang bertugas sebagai ajudan pribadi Prabowo Subianto. Selain Mayor Teddy, sosok Rajif Sutirto juga ikut viral di masa kampanye pilpres beberapa waktu lalu. Laki-laki yang bertugas sebagai Komponen Cadangan (KC) TNI ini juga menjadi ajudan pribadi Prabowo Subianto bersama Mayor Teddy.
Prabowo memberikan hormat ala militer dan Jokowi membungkukkan badannya. Keduanya lalu berangkulan dan saling menempelkan pipi.
Kisah pertemuan Prabowo dan Jokowi ini serupa dengan pertemuan Presiden Soekarno dan Jenderal Soedirman. Kedua pemimpin besar ini sempat berbeda pendapat saat menghadapi agresi militer Belanda 18 Desember 1948.
Menit-menit saat negara genting akibat serangan Belanda, Panglima TNI Jenderal Soedirman menemui Presiden Soekarno .
Soedirman meminta Soekarno ikut gerilya, sementara Soekarno bersikeras tetap tinggal untuk selanjutnya berjuang melalui jalan diplomasi. Soedirman berpendapat Belanda sudah ingkar janji, tak ada gunanya diplomasi.
Sementara Soekarno yakin hanya dengan jalan diplomasi Indonesia bisa mendapat dukungan internasional guna menekan Belanda.
Pimpinan sipil dan militer bertolak belakang.
Soekarno-Hatta segera ditangkap oleh pasukan baret hijau Belanda sementara Soedirman memimpin perlawanan dari atas tandu, karena sakit paru-paru.
Jenderal Soedirman kecewa dengan keputusan Soekarno-Hatta yang memilih menyerah daripada ikut gerilya. Dengan tabah TNI melakukan perang gerilya melawan Belanda.
Soedirman pun tak percaya dengan perundingan Roem-Roijen yang ditandatangani 7 Mei 1949 oleh delegasi Republik Indonesia dan Belanda.
Dia tersinggung saat Mohammad Roem sebagai ketua delegasi Republik, tak lagi menyebut TNI melainkan hanya 'kesatuan bersenjata atau pengikut Republik yang bersenjata'.
Soedirman marah. Buat apa TNI terus bergerilya membuktikan Republik Indonesia dan TNI masih ada, kalau dengan mudah pemerintah tak mengakui mereka? Bukankah Serangan Oemoem 1 Maret 1949 telah membuktikan kepada dunia bahwa TNI masih ada dan terorganisir, bukan hanya perampok bersenjata seperti tuduhan Belanda?
Menyebut pengikut bersenjata berarti mendukung propaganda Belanda yang menyebut TNI sudah hancur dan tinggal menyisakan gerombolan bersenjata yang sudah tak teratur.
TNI merasa dikorbankan untuk kepentingan politik. Mereka yakin ini hanya akal-akalan Belanda. Apalagi hasil perundingan Roem-Roijen menyebutkan TNI harus menghentikan aktivitas gerilya.
TNI merasa posisi Belanda sudah terjepit. Keputusan ini jelas merugikan TNI. Sudah menjadi kebiasaan Belanda minta berunding jika sudah terdesak. Lalu jika sudah menyusun kekuatan mereka akan menyerang kembali.
Bukankah sudah dua kali Belanda melanggar perjanjian Linggarjati dan Renville? TNI tak mau dibodohi untuk ketiga kalinya.
Pertentangan Soekarno dan Soedirman makin tajam.
Soekarno sampai menulis surat pribadi dengan nada penuh hormat pada Jenderal Soedirman. Menyebut Soedirman dengan panggilan yang mulia dan meminta Soedirman turun dari hutan dan kembali ke Yogya. Surat itu kemudian diantarkan oleh Overste Soeharto.
Walau berat hati Soedirman akhirnya kembali ke Yogyakarta. Pimpinan militer harus tunduk pada keputusan presidennya. Dia memenuhi panggilan Presiden Soekarno tanggal 10 Juli 1949.
Pertentangan terjadi, apakah langsung memeriksa barisan kehormatan, atau ke istana menemui Presiden Soekarno dan Wapres Mohammad Hatta yang sudah dibebaskan Belanda.
Kolonel TB Simatupang yang punya ide meminta Soedirman lebih dulu mampir ke istana. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer. Jika tak menemui Soekarno, tentu rakyat akan bertanya-tanya.
Soedirman cukup lama terdiam. Lalu akhirnya mengangguk setuju.
"Saya segera lari ke istana memberi tahu bahwa sore hari nanti Pak Dirman ingin menghadap Presiden dan Wakil Presiden," kenang Simatupang.
Pertemuan itu sangat mengharukan. Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman yang bermantel lusuh. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Mata keduanya berkaca-kaca haru.
Inilah pertemuan pertama mereka sejak terakhir bertemu 19 Desember 1949 lalu. Setelah melapor, Soekarno-Hatta menanyakan kabar Soedirman. Percakapan berlangsung dengan hangat.
Baru setelah itu Soedirman memeriksa barisan kehormatan TNI yang sudah menunggunya. Pasukan TNI dengan seragam dan senjata seadanya berbaris rapi di depan panglima mereka.
Kali ini giliran mereka yang menangis haru melihat Soedirman dengan mantel lusuhnya.
Pelukan Bung Karno dan sikap legowo Pak Dirman mengakhiri pertentangan sipil dan militer.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelumnya, ada deretan pensiunan TNI yang telah lebih dulu mendapat gelar jenderal kehormatan.
Baca SelengkapnyaTimnas AMIN mengingatkan soal pemberhentian Prabowo dari dinas TNI dan Pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyinggung dinamika politik dalam beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaUsai menang di Pilpres 2019, Jokowi ternyata datang ke kediaman Prabowo.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan Prabowo telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan TNI dan negara.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaHasto juga menyebut pemberian suatu pangkat terkadang bertentangan dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan
Baca SelengkapnyaSikap Prabowo terhadap Try Sutrisno itu mendapat pujian dari warganet.
Baca SelengkapnyaPrabowo mengaku diyakinkan oleh anak-anak muda Partai Gerindra untuk menerima tawaran bergabung dengan pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto menuliskan pesan mendalam di atas secarik kertas.
Baca SelengkapnyaJokowi, Prabowo dan SBY tampak akrab saat menyaksikan defile tiga matra TNI pada kegiatan Parade Senja dalam rangka HUT ke-78 TNI.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah SBY-Prabowo saat masih Kolonel TNI yang masih diingat oleh sang mantan Presiden RI.
Baca Selengkapnya