Produksi Film Silat, untung apa buntung?
Merdeka.com - Duet sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza kembali memproduksi film di penghujung tahun 2014 ini. Kali ini, keduanya lebih berani dengan coba menyajikan film bergenre laga atau action.
Mengajak sejumlah bintang tenar, film yang diberi nama Pendekar Tongkat emas ini digarap serius oleh keduanya dan tim. Keseriusan itu bisa dilihat dari besarnya biaya produksi yang dikeluarkan kabarnya mencapai miliaran. Apa alasan keduanya memilih film bergenre laga?
"Selama 15 tahun membuat berbagai jenis film, wajar saja di satu titik kita ingin mendekatkan lagi dengan film suasana 80-an," kata Riri Riza saat berbincang santai dengan merdeka.com, Sabtu (27/12).
-
Bagaimana Gempita Nora Marten berinteraksi dengan pemain film DILAN 1983: WO AI NI? Gempita Nora Marten tiba dalam acara tersebut mengenakan seragam SD, ditemani oleh sang ibunda, Gisella Anastasia, dan karena usianya yang sebaya dengan para pemain film DILAN 1983: WO AI NI, ia langsung terlibat dalam obrolan seru dengan mereka.
-
Apa yang ingin ditunjukkan 'Jatuh Cinta seperti di Film-Film'? Menggunakan visual hitam putih, film ini ingin memberikan nuansa nostalgia dan romantis kepada penonton.
-
Apa yang sering terlihat di film? Ketika logo produk tersebut ditampilkan secara jelas atau tanpa sensor, besar kemungkinan perusahaan ponsel tersebut membayar kepada pihak media.
-
Siapa yang mengajak Moana menonton film DILAN 1983: WO AI NI? Meskipun tanpa didampingi oleh Ria Ricis, Moana tetap menunjukkan keceriaannya dengan aktif berpartisipasi dalam kegiatan bersama suster.
-
Mengapa anak-anak artis memakai seragam sekolah saat menonton film DILAN 1983: WO AI NI? Syahnaz Sadiqah hadir dalam pemutaran khusus film DILAN 1983: WO AI NI dengan membawa kedua anaknya, Zayn Sadavir Ezhilan Ismail dan Zunaira Alessia Safaraz Ismail, yang terlihat menggemaskan dalam seragam merah putih khas sekolah dasar.
-
Kenapa 'Reply 1988' cocok ditonton di musim panas? Reply 1988 mengingatkan banyak orang tentang musim panas. Dalam cerita ini banyak sekali kenangan tentang cinta pertama, persahabatan, sekolah dan keluarga.
Riri mengatakan, sebenarnya dirinya dan Mira sudah lama ingin memproduksi film laga. Tapi kala itu, banyak kendala yang membuat film bergenre laga belum bisa di produksi.
"Niatnya tahun 2006 lalu, tapi saat itu teknologi belum secanggih sekarang dan saat ini waktu paling tepat. Teknologi sudah sampai dan biaya sudah cukup," ujarnya sambil tertawa.
Riri tak merasa khawatir film yang dia produksi bersama Mira tak mendapatkan respons positif dari penonton di Tanah Air. Selama film benar-benar dipersiapkan dan dipasarkan dengan baik, dia yakin ada penikmatnya.
"Kita enggak terlalu khawatir. Dari pertama produksi ini, kita upayakan film kita layak untuk ditonton. Banyak variabel untuk menentukan film itu sukses atau tidak. Belum tentu juga film drama percintaan selalu banyak penontonnya. Yang penting bagaimana kita bisa mempromosikan film dengan baik, dirancang dengan baik, enak ditonton. Film apapun kalau enggak punya sistem promosi dan pendekatan strategi penontonnya tidak baik ya percuma juga," beber pria berkacamata itu.
"Dan untuk film ini sendiri, kita sudah promosi sejak Agustus lalu, bikin jurnal, socmed, IT-nya, bikin komik, bahkan ada gamenya juga. Jadi semua link kita gunakan untuk promosi," terang Riri.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fadli Zon dan Giring Ganesha mengadakan diskusi yang bertajuk Ngopi Pagi di Jakarta pada hari Senin, 4 November 2024.
Baca SelengkapnyaBayu juga membagikan kisah paling dikenangnya saat menjalani syuting Lara Ati 2.
Baca SelengkapnyaPada 28 hingga 30 Juni, delegasi USANITA telah bertemu dengan tokoh-tokoh utama dalam industri hiburan Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat memasuki bulan Juni 2024, beberapa film siap untuk ditayangkan di bioskop-bioskop di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAnggi berharap sinema memberi ruang yang sama dan egaliter pada semua film.
Baca Selengkapnya