Produksi minuman 'vampir', mahasiswa Unibraw banjir order
Merdeka.com - Film-film bertema vampir (drakula) turut menginspirasi bisnis Lutfi Rachmawati (22) dan Ardi Angga (25). Keduanya pun meraup untung dari bisnis produksi minuman para 'makhluk pengisap darah' itu.
Sepasang sahabat ini memproduksi susu serupa darah seperti yang diisap oleh para drakula. 'Darah' itupun dikemas secara unik ala paket darah atau blood pack yang biasa ditemukan saat transfusi di rumah sakit.
"Ide awalnya melihat di instagram, saat itu lihat kayak bukan susu lebih mirip darah. Tapi adanya di Thailand," kata Lutfi Rachmawati saat ditemui di rumahnya Jalan Danau Tigi Sawojajar, Kota Malang, Sabtu (10/1).
-
Bagaimana mereka merintis usaha? Ketika itu ia hanya memiliki sisa uang Rp500 ribu, yang kemudian digunakan untuk modal usaha kue di rumah. Kondisi ini dirasakan berbeda, ketika dirinya bekerja di bank tersebut.
-
Bagaimana Rusli memulai bisnis anggreknya? Berawal dari hobi merawat bunga, kini ia bisa meraup cuan dari tanaman anggrek yang ditekuninya saat ini.
-
Bagaimana Atta memulai bisnisnya? Sejak berusia 11 tahun, Atta telah memulai usaha dengan menjual berbagai produk seperti mainan, makanan ringan, dan kartu perdana. Langkah ini diambilnya untuk memberikan kontribusi terhadap perekonomian keluarganya yang membutuhkan dukungan finansial.
-
Bagaimana Ibu Putri memulai usaha batiknya? Berawal dari Pandemi Putri bercerita ia merintis usaha batik itu waktu masa pandemi COVID-19. Waktu itu ia termasuk salah satu warga yang kena COVID-19.Setelah pandemi mereda, kampungnya mengadakan pelatihan membatik. Saat itu Ibu Putri tidak ikut sebagai peserta. Di sana ia bertugas sebagai tukang masak. Namun di sela-sela waktu, ia ikut melihat proses membatik itu.Selesai pelatihan, ia mengambil sisa limbah untuk dibawa pulang. Selama mengisi hari-hari di rumah, ia memanfaatkan waktu untuk belajar membatik secara autodidak di rumah. Lama-lama ia ketagihan membatik. Mulai saat itulah Ibu Putri mantap untuk merintis usaha batik.
-
Bagaimana Linda memulai usaha? 'Awal membuka ini, saya tidak meniatkan untuk dijadikan sebuah usaha. Tetapi hanya mengisi waktu luang setelah resign dari pekerjaan di sebuah perusahaan telekomunikasi,' terangnya, mengutip YouTube Liputan6, Rabu (28/2).
-
Siapa yang terinspirasi untuk membuka usaha? Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.
Saat dikenyot dari kantongnya, yang tampak seolah sedang menikmati sebungkus darah ala dracula. Tidak sedikit orang dibuat kaget dan bertanya-tanya saat darah transfusi dikenyot, apalagi di tempat umum.
Keduanya juga menggunakan merek 'Blood Us' dengan simbol tetesan darah, ditambah aneka keterangan yang ditempel yang membuat nyaris tidak berbeda dengan kemasan darah transfusi. Tidak hanya itu nama setiap varian menggunakan karakter makhluk-makhluk menyeramkan.
Ada enam varian, masing-masing Vampire Blood (merah), Deer Santa Blood (cokelat), Casper Blood (merah muda), Frankenstein Blood (cokelat), Goblin Blood (hijau), Frosty Snowman Blood (putih).
Lutfi dan Ardy mengawali bisnis sejak April 2015, setelah berhasil mendapatkan kemasan blood pack. Merek 'Blood Us' berlahan-lahan mulai diperkenalkan melalui media sosial.
"Modal awal sekitar Rp 1,5 juta, untuk belanja kemasan dan susu," ungkap pasangan yang sama-sama tengah menunggu wisuda dari Fakultas Pertanian di Universitas Brawijaya Malang itu.
Tetapi bisnis mereka juga dibantu dengan beberapa fasilitas yang disediakan orang tua Lutfi untuk proses produksi. Mereka tidak mengeluarkan biaya untuk membeli aneka peralatan dan kulkas.
'Blood Us' dijual secara online melalui instagram, dan dari mulut ke mulut antar teman. Setiap pesanan, selama masih berada di Kota Malang, selalu dilayani dengan tidak memberi batas minimal. Saban hari, keduanya juga mengantarkan sendiri pesanan-pesanan tersebut.
"Pagi produksi dan mengemas, siang mulai mengantarkan pesanan keliling, diantar sendiri," kata Ardi.
Setiap bungkus Blood Us dijual dengan harga Rp 20 ribu, ditambah dengan biaya antar yang juga dibebankan pada pembeli. Karena itu hanya melayani pembeli dalam Kota Malang saja.
Susu Blood Us mampu bertahan selama tiga hari jika disimpan di dalam kulkas. Tetapi jika sudah terbuka atau tersimpan di luar kulkas, hanya mampu bertahan tidak lebih dari 24 Jam.
Para pelanggan rata-rata mahasiswa dan anak-anak. Mereka tertarik dengan kemasannya yang unik, karena itu permintaan terus berdatangan. Omzet per bulan sekitar Rp 10 juta.
"Kami membatasi produksi sampai 30 kantong per hari. Karena masih sibuk juga di kampus," kata Lutfi yang sebelumnya juga berbisnis smooties.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ufo kemudian tergugah menjual produk minuman dengan harga terjangkau bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Baca SelengkapnyaPabrik miras itu mampu memproduksi 900 botol plastik ukuran 600 mili liter setiap kali produksinya.
Baca SelengkapnyaSetelah berhasil membuka usaha minuman, Ilham pun memiliki keinginan untuk merambah ke usaha makanan.
Baca SelengkapnyaDua WNA yang mengendalikan laboratorium itu mengaku meracik narkotika otodidak.
Baca SelengkapnyaAffan memulai usaha pertamanya dengan berjualan Thai Tea pada tahun 2017.
Baca SelengkapnyaWalaupun jaraknya hanya 50 meter dari Bank BRI terdekat, namun Agen BRIlink ini punya banyak nasabah
Baca SelengkapnyaUmmi Salamah mengungkapkan bahwa resep minuman rempah diperoleh dari ibu mertua yang berprofesi sebagai penjual jamu.
Baca SelengkapnyaSeorang pemuda asal Kota Tangerang berbagi kisah suksesnya berjualan sparepart sepeda motor.
Baca SelengkapnyaSelain 20 varian jamu siap minum, Dapur Jamu Ibu ini juga menyediakan sirup dan jamu serbuk instan.
Baca SelengkapnyaAjang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR yang diselenggarkan oleh BRI memperkuat upaya UMKM kopi tersebut dalam memperluas pasar ekspor.
Baca SelengkapnyaMeski sempat minder, ia terus berupaya mengembangkan bisnis yang sudah dirintisnya.
Baca SelengkapnyaAjang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR membuka peluang tersebut untuk usaha Kopi yang digarap Lucy dan sang suami.
Baca Selengkapnya