Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Prof Zubairi: Varian Mu Tidak Lebih Berbahaya Dibanding Varian Delta

Prof Zubairi: Varian Mu Tidak Lebih Berbahaya Dibanding Varian Delta ilustrasi virus. ©2015 Merdeka.com/ www.telegraph.co.uk

Merdeka.com - Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, menegaskan varian Mu tidak lebih berbahaya dibandingkan varian Delta. Buktinya, sudah lebih dari tujuh bulan beredar, prevalensi varian Mu di dunia hanya 0,1 persen.

Artinya, varian Mu hanya ditemukan pada 1 orang dari 1.000 penduduk. Varian Mu ditemukan pertama kali di Kolombia pada awal Januari 2021.

"Varian Mu sampai sekarang tidak ada bukti bahwa lebih berbahaya jika dibandingkan dengan varian Delta," katanya kepada merdeka.com, Rabu (8/9).

Orang lain juga bertanya?

Meski tidak berbahaya, Prof Zubairi mengajak semua pihak tetap waspada terhadap varian Mu. Namun, dia mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan.

"Kita sama sekali tidak perlu khawatir, namun hati-hati karena siapa tahu kemudian menjadi mutasi baru lagi," ucapnya.

Data 6 September 2021, varian Mu belum terdeteksi di Indonesia. Prof Zubairi menyebut ada tiga hal yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencegah masuk dan meluasnya varian Mu di Indonesia.

Pertama, melakukan monitor dan evaluasi jumlah kasus positif dan kematian Covid-19 harian. Kedua, mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan dengan baik dan benar. Ketiga, mempercepat vaksinasi Covid-19.

"Bagaimanapun vaksinasi mampu mencegah varian baru walaupun efektivitasnya akan turun," pungkas Prof Zubairi.

Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), Dante Saksono Harbuwono mengatakan varian Mu memiliki karakter resisten terhadap vaksin. Karakter ini diketahui berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

"Tapi itu dalam konteks laboratorium bukan dalam konteks epidemiologi," katanya dalam konferensi pers, Senin (6/9).

Sementara Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Alexander K Ginting mengatakan varian Mu dan varian C.1.2 asal Afrika Selatan bisa menyerang organ manusia secara sistemik.

"Ada dari Afrika maupun Kolombia mengatakan bahwa ini menyerang manusia, menyerang paru-paru dan menyerang secara sistemik," katanya dalam diskusi, Selasa (7/9).

Gejala yang ditimbulkan varian baru ini berbeda dengan sebelumnya. Gejala akibat Covid-19 yang terjadi selama ini umumnya anosmia, demam, dan batuk pilek.

"Bisa saja nanti terjadi tidak ada lagi batuk pilek, tidak ada lagi demam, tiba-tiba ada diare ataupun tiba-tiba dia merasa sesak, kekentalan darah tinggi," jelasnya.

(mdk/lia)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM
Kemenkes Tegaskan Vaksin Mpox Sudah Mendapat Persetujuan WHO dan BPOM

Pemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Jawab Dugaan Kasus DBD Naik Akibat Penyebaran Nyamuk Wolbachia
Kemenkes Jawab Dugaan Kasus DBD Naik Akibat Penyebaran Nyamuk Wolbachia

Banyak yang menduga, kenaikan kasus DBD ini akibat penyebaran nyamuk mengandung wolbachia.

Baca Selengkapnya
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang
Gejala Covid Pirola yang Wajib Dikenali, Varian Baru Corona yang Tengah Berkembang

Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia
Didominasi Varian JN.1, Begini Situasi Covid-19 di Indonesia

Kasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya
Benarkah Penerima Vaksin Covid-19 mRNA akan Meninggal dalam 3 atau 5 Tahun? Cek Faktanya

Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah

Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca

Baca Selengkapnya