Profesi ini dekat dengan premanisme

Merdeka.com - Aksi premanisme akhir-akhir ini kembali mendapat sorotan luas. Hal ini kepolisian sekarang ini semakin sering melakukan razia preman karena dianggap meresahkan warga.

Fenomena preman mulai muncul pada saat perekonomian semakin sulit dan angka pengangguran semakin tinggi. Preman sangat identik dengan dunia kriminal dan kekerasan karena memang kegiatan preman tidak lepas dari kedua hal tersebut.

Meski ditentang, namun tidak dipungkiri terkadang preman juga dibutuhkan. Beberapa usaha membutuhkan jasa preman ini dalam menjaga kelancaran usahanya. Profesi yang membutuhkan jasa preman salah satunya tukang tagih (debt collector) atau penjaga kemanan usaha hiburan.

Di Jakarta, sudah tidak asing lagi kelompok preman disewa untuk menjadi tukang tagih utang. Sejumlah kelompok preman yang menguasai jasa tagih ini ialah kelompok John, Sangaji dan Hercules.

Ketiga kelompok ini dianggap besar karena hanya melayani tagihan di atas Rp 500 juta. Cara kerja kelompok penagih ini bisa menempatkan beberapa anggota berminggu-minggu atau berbulan-bulan di dekat rumah orang yang ditagih.

Karena hal itulah maka sering terjadi kekerasan ketika orang yang dicari apalagi dalam waktu lama akan tetapi tidak bersedia membayar utangnya dengan berbagai dalih. Selain faktor waktu, imbalan komisi besar juga membuat kelompok preman melakukan segala cara agar berhasil melakukan pekerjaannya.

Tidak sedikit kelompok ini melakukan tindak kriminal seperti penculikan atau menyita paksa harta kekayaan orang yang ditagih. Selain debt collector, tempat hiburan malam juga menjadi pengguna jasa preman.

Dunia malam yang identik dengan mabuk-mabukan hampir pasti selalu ada kekerasan. Adanya preman ataupun kelompok preman ini di sebuah tempat hiburan malam sangat dibutuhkan. Selain berfungsi untuk petugas keamanan, kelompok preman bayaran juga diharapkan mampu mencegah adanya perkelahian.

Pemakaian jasa preman oleh pengusaha hiburan malam juga bertujuan agar para tamu yang datang tak berani berbuat onar di tempat usahanya tersebut. Sejumlah lokasi pijat plus-plus juga memanfaatkan preman untuk mengatasi sebagian masalah keamanan.

Para preman yang sudah dirangkul oleh manajemen tempat hiburan biasanya ditugaskan di barisan paling depan dan di kerumunan pengunjung. Jika sampai terjadi keributan, para preman yang sudah berstatus penjaga itu langsung mengambil tindakan pengamanan sesuai prosedur tempat hiburan tersebut.

Kekerasan yang melibatkan preman di tempat hiburan tidak jarang terjadi. Kejadian pembunuhan pernah terjadi di tempat hiburan malam seperti di antaranya pembunuhan anggota kopasus di Hugo's Cafe, Yogyakarta dan pembunuhan antar kelompok preman di Blowfish, Jakarta.

Preman di tempat hiburan ini biasanya juga sekaligus menguasai area parkir di sekitar tempat tersebut. Para preman yang memilih menjadi penguasa parkiran ini kebanyakan adalah mereka yang merupakan warga lokal tempat hiburan tersebut berada. Dan demi keamanan serta kenyamanan tempat hiburan, pengelolanya pun menyetujui pengoperasian parkir oleh masyarakat setempat.

Penghasilan lahan parkir yang cukup besar membuat jasa penjagaan ini sering menjadi rebutan antar kelompok preman. Perebutan ini juga sering terjadi bentrokan dan tidak sedikit berjatuhan korban jiwa.

Penjagaan lahan sengketa juga sering melibatkan jasa preman. Besarnya honor disesuaikan dengan luasnya lahan, siapa pemiliknya, dan siapa lawan yang akan dihadapinya. Kelompok preman bisa mendapatkan komisi sampai miliaran rupiah dari order ini.

Kejadian bentrokan pada lahan sengketa ini pernah terjadi antar kelompok John Kei dan Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI) di Jakarta Barat. Dalam bentrokan tersebut seorang anggota pendekar banten tewas terbunuh, selain itu sembilan anggota pendekar banten terluka dan 13 mobil dirusak. (mdk/hhw)