Protes pabrik semen, warga Gunung Kendeng mengecor kaki depan Istana
Merdeka.com - Puluhan ibu-ibu menggelar aksi membongkar belenggu semen di depan Istana Negara pada Selasa (12/4). Aksi ini sebagai bentuk protes kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas fenomena yang dialami rakyat di sekitar pegunungan Kendeng yang telah terampas ruang hidup dan kehidupannya lantaran hadirnya pabrik semen.
Koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Gunritno mengatakan aksi ini adalah bagian dari komitmen untuk terus menyampaikan suara kebenaran dari rakyat Kendeng yang pernah disampaikan 1 tahun lalu di tempat yang sama yaitu depan Istana Negara. Hingga saat ini, nasib warga Kendeng masih sama dengan satu tahun yang lalu di mana belum menemukan titik terang atas persoalan yang dihadapi.
"Karena itu kami aksi kembali mengingatkan dan mengetuk kembali para penguasa negeri dan bapak/ibu kami di negara ini. Kepada siapa mengadu kalo bukan kepada bapak/ibu kami sendiri," ujar Gunritno dalam keterangan persnya yang diterima merdeka.com, Rabu (13/4).
-
Dimana demo buruh berlangsung? Elemen buruh melakukan rasa di daerah Bekasi, Jawa Barat dan sekitarnya.
-
Dimana lokasi demo? Reza Rahadian ikut turun ke jalan dan berorasi di depan gedung DPR RI untuk menolak RUU Pilkada dan mendukung putusan Mahkamah Konstitusi.
-
Kapan demo buruh terjadi? Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Latif Usman menerangkan, pada 14.31 Wib, polisi mendapat laporan massa buruh berdemontrasi di jalan arteri tepatnya sekitar exit tol Cikarang.
-
Kapan demo RUU Desa terjadi? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Kenapa demonstrasi Semanggi 1 terjadi? Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap agenda dan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR yang menunjuk B.J Habibie sebagai presiden menggantikan penguasa Orde Baru.
Gunritno menuturkan melalui aksi ini warga Kendeng ingin menagih janji Presiden Jokowi untuk rakyat kecil sebagaimana yang telah dituangkan dalam Nawa Cita yaitu membangun dari pinggiran (desa). Warga Kendeng membutuhkan perairan untuk kelangsungan pertanian dan kehidupan yang berkelanjutan.
"Kami tidak butuh semen kami butuh tanah dan air untuk pertanian kami, untuk kehidupan kami dan untuk anak cucu kami sekarang dan akan datang," ungkap Gunritno.
Dalam aksinya, jelas Gunritno, ibu-ibu sengaja menyemen kaki mereka sebagai simbol nasib rakyat sekitar gunung kendeng sekarang ini. Karena pabrik semen bukan hanya menghancurkan lingkungan dan sumberdaya alam, pertanian, sumber mata air tetapi juga membelenggu hidup di masa akan datang.
"Jika ruang hidup kami hancur dan rusak, bukan hanya hidup kami sekarang yang terancam juga masa depan anak cucu kami juga terancam," jelasnya.
Berikut tuntutan yang disuarakan warga Kendeng dalam aksi membongkar belenggu semen,
1. Sudah saatnya kita segera selamatkan lingkungan dan sumberdaya alam kita (gunung, sumber mata air, pertanian, bumi, tanah, air, dsb) demi warisan masa depan anak cucu kita nanti, bukan hanya untuk kita hari ini.
2. Segera dihentikan proyek dan pembangunan yang mengabaikan nilai dan prinsip-prinsip keberlanjutan layanan alam untuk kesejahteraan rakyat. Pabrik semen di pegunungan Kendeng adalah salah satu contohnya. Dan pasti banyak yang sejenis di seluruh nusantara. Jika tidak, maka rakyat akan semakin sulit percaya bahwa negara betul-betul membela kepentingan dan nasib rakyatnya. Padahal jelas UUD 1945 pasal 33 jelas bahwa seluruh kekayaan nasional bertujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
3. Kami juga menyerukan dan mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa kita adalah bagian dari anak negeri dan warga negara yang punya hak yang sama untuk hidup sejahtera dan diperlakukan secara adil di negeri ini dengan cara kehidupan kami, bukan hanya untuk kehidupan saat ini tapi juga demi anak cucu kami. Karena itu sudah seharusnya kita semua bisa berjuang bersama-sama menyelamatkan bumi dan alam di negeri tercinta ini. (mdk/eko)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tidak jauh dari rumah presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), warga Cikeas nekat menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak.
Baca SelengkapnyaPada aksi yang kelima ini jumlah massa terlihat semakin sedikit dan anak-anak yang ikut juga semakin berkurang.
Baca SelengkapnyaRatusan warga Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat, melanjutkan aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Sumbar, Jalan Sudirman, Padang, Rabu (2/8).
Baca SelengkapnyaAksi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai isu yang dinilai merugikan para pekerja di industri tekstil.
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa ini untuk mengevaluasi sembilan tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaGelombang pendemo kembali mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Senin 18 Maret 2023
Baca SelengkapnyaSebelumnya warga sudah sempat memperbaiki jalan tersebut, namun akhirnya rusak kembali.
Baca SelengkapnyaAksi pembakaran ban, spanduk dan poster pecah usai hasil putusan MK terkait gugatan sengketa Pilpres 2024 mendapat penolakan dari masyarakat pendukung 01 & 03.
Baca SelengkapnyaTujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.
Baca SelengkapnyaMereka menuntut kepada Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan masyarakat Dairi dalam mempertahankan ruang pertanian
Baca SelengkapnyaAktivis kembali menggelar Aksi Kamisan di seberang Istana untuk menuntut penuntasan kasus pelanggaran HAM berat masa lalu.
Baca SelengkapnyaMereka menolak rencana pembangunan pemukiman di atas tanah negara eks Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) di Cimulang, Bogor.
Baca Selengkapnya