Psikolog: Cara polisi tangkap dan tahan siswa SD ganggu psikis anak
Merdeka.com - Kasus penangkapan enam siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 012 Pangkalan Kerinci kabupaten Pelalawan, Riau, yang dilakukan personel Kepolisian Sektor Pangkalan Kerinci dinilai akan mengganggu psikis dan membuat anak-anak semakin agresif.
Pengamat psikologi Anak Pekanbaru, Violeta saat dihubungi melalui selulernya Selasa (24/3) sangat menyayangkan perbuatan penegak hukum dalam menindak anak-anak yang masih sangat labil tersebut. Anak-anak dipaksa mengaku dengan bentakan dan ancaman.
"Jelas salah, akibatnya ada dua kemungkinan, bisa jadi mengaku karena takut disalahkan atau terpaksa mengaku meski tidak berbuat kesalahan. Harusnya ini menjadi faktor yang diperhatikan oleh kepolisian, khususnya dalam menindak anak-anak," kata Violeta.
-
Apa dampak kekerasan pada anak? Menurut American Psychological Association (APA), anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, agresi, dan perilaku antisosial di kemudian hari.
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Bagaimana kekerasan dapat memengaruhi kemampuan anak mengendalikan emosi? Kekerasan yang dialami anak memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan mereka dalam mengendalikan emosi. Setelah mengalami kekerasan, anak sering kali kesulitan untuk mengontrol emosinya, sehingga mereka lebih rentan merasa sedih, marah, atau ketakutan secara berlebihan.
-
Kenapa kekerasan bisa merugikan anak? Mereka berisiko mengalami masalah fisik dan mental, penyalahgunaan narkoba, serta penurunan kualitas hidup yang dapat berlangsung hingga dewasa, bahkan seumur hidup.
-
Apa dampak kekerasan pada otak anak? Anak-anak yang mengalami kekerasan tidak hanya menanggung luka fisik, tetapi juga menderita luka emosional, perilaku menyimpang, dan penurunan fungsi otak.
-
Kenapa kekerasan anak di sekolah semakin marak? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif. 'Kekerasan pada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara berkelompok akibat lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya circle yang berpengaruh negatif,' kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono saat dihubungi di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (11/3).
Dalam menjalankan penyelidikan terhadap anak di bawah umur, kata Violeta, harus ada perlakuan khusus dari polisi, mulai dari penangkapan, interogasi sampai dengan proses penahanan.
"Proses interogasi kepada anak berbeda, tidak bisa mengancam seperti pelaku kejahatan lainnya dan wajib didampingi oleh psikolog atau unit Perlindungan Perempuan dan Anak," kata Violeta.
Menurut Violeta, jika polisi melakukan cara kekerasan, dikhawatirkan akan berimbas pada mental si anak itu sendiri. Bisa jadi anak akan semakin keras dan agresif, atau malah penakut, pendiam dan tertutup.
"Harusnya ada Standar Operasional Prosedur pada anak. Ada pendekatan khusus, tidak bisa to the point begitu, apalagi dengan cara frontal," kata dia.
Dan yang paling penting, sambung Violeta, polisi harus mencari penyebab kenapa sang anak bisa sampai berulang kali melakukan aksi kejahatan serupa. Ini bisa melibatkan para pakar untuk mencari solusi, dan bukan diberi sangsi rata sebagaimana pelaku yang sudah dewasa.
"Harus ada solusi, bukan digertak begitu. Kita harus mencari apa penyebab masalah, apakah karena tekanan di rumah, pergaulan dan lingkungan, atau kesalahan pada pola asuh. Semua faktor harus dikaji dan didalami. Barulah kita rehabilitasi dengan melibatkan orang tua dan sekolah," tandasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekali anak mengalami kekerasan, hal ini akan menempel di otak mereka dan menimbulkan dampak yang tak bisa disepelekan.
Baca SelengkapnyaFaktanya, hukuman fisik seperti memukul tidak bisa dijadikan satu alat untuk bisa membuat perilaku anak berubah.
Baca SelengkapnyaMemukul anak merupakan metode hukuman yang sebaiknya tidak lagi dilakukan.
Baca SelengkapnyaAnak-anak yang sering mengalami teriakan dari orangtua cenderung mengalami gangguan mental seperti kecemasan, depresi, dan stres.
Baca SelengkapnyaKasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaBentakan terhadap anak dapat menyebabkan beberapa dampak negatif. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan metode pengasuhan yang positif.
Baca SelengkapnyaKasus perundungan di Cilacap membuat publik geram. Namun pantaskah pelaku yang masih anak di bawah umur dipenjarakan?
Baca SelengkapnyaAjarkan anak untuk selalu bercerita jika ada yg menyakiti dirinya.
Baca SelengkapnyaAnak yang masuk ke jenjang SD sebelum waktunya bisa menyebabkan mereka mengalami dampak negatif secara psikososial.
Baca SelengkapnyaAnak yang terlibat sebagai pelaku perundungan harus segera ditindak, serta penanganan yang tepat dan segera sangat penting untuk menciptakan perubahan positif.
Baca SelengkapnyaDampak bullying di sekolah bisa dialami pada korban sekaligus pelaku.
Baca SelengkapnyaSeseorang yang menjadi pelaku pembulian biasanya memiliki alasan baik dari dalam dirinya, keluarga atau bahkan lingkungan pertemanan.
Baca Selengkapnya