Puasa, warga Banjar di Solo sajikan ribuan bungkus bubur samin
Merdeka.com - Di Kota Solo terdapat ratusan masyarakat keturunan suku Banjar, Kalimantan Selatan, yang telah menetap puluhan tahun. Sebagian besar di antaranya tinggal di Kampung Jayengan Kidul RT 3 RW 8, Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan.
Setiap bulan suci Ramadan tiba, mereka yang tergabung dalam jamaah Masjid Darussalam yang beralamat di Jalan Gatot Subroto 161 ini memiliki menu khas sebagai sajian berbuka puasa, yakni bubur Samin Banjar. Menu tersebut merupakan tradisi nenek moyang.
-
Apa isian bubur ayam yang bikin cita rasa makin lezat? Selain itu, berbagai isian dan topping di dalamnya juga membuat cita rasa makin lezat.
-
Apa itu bubur Suro? Bubur Suro merupakan menu utama dan identik dengan perayaan Tahun Baru Islam.
-
Kenapa Bubur Suro disajikan? Bubur suro memiliki makna sebagai bentuk ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta persembahan dan doa untuk meminta rezeki berlimpah, kesehatan dan keselamatan hidup untuk mereka yang melakukan ritual atau doa.
-
Bagaimana rasa bubur pedas? Meski namanya bubur pedas, mungkin orang mengira rasanya akan pedas seperti ditambahkan cabai atau bumbu lainnya. Justru sebaliknya, bubur ini tidak terkesan terlalu pedas, cenderung menghangatkan tubuh.
-
Bagaimana rasa bubur Pak Roso? Rasanya terdiri dari perpaduan rasa gurih dan manis. Rasa gurih berasal dari santan, sedangkan rasa manis berasal dari gula jawa.
-
Apa yang membuat Bubur Gandum istimewa? Selain enak, bubur gandum juga unggul dengan nilai nutrisinya yang kaya.
Dalam sehari mereka membuat sedikitnya 1.000 bungkus untuk dibagikan kepada warga, maupun jamaah masjid. Tak hanya warga Solo, namun mereka juga datang dari berbagai kota.
Pembuatan bubur dipusatkan di Masjid Darussalam. Dalam sehari untuk membuat 1.000 bungkus bubur, diperlukan sedikitnya 40 kilogram beras. Untuk membuat bubur terasa enak, ditambahkan bumbu rempah-rempah, minyak samin, daging, dan lain sebagainya.
Jika ditotal dalam sehari mereka menghabiskan anggaran lebih dari Rp 5 juta. Uang sebesar itu merupakan sumbangan dari sejumlah alumni yayasan Darussalam.
Menurut Takmir Masjid Darusalam, HM Rosyidi Mochdlor, tradisi membuat bubur Samin Banjar tersebut telah dimulai sejak Masjid Darusalam didirikan, yakni tahun 1911 oleh masyarakat asal Banjar yang merantau ke Solo.
"Saat itu bubur Samin Banjar telah disajikan untuk berbuka puasa, tetapi hanya untuk jamaah di Langgar Darusalam. Disebut langgar karena masjidnya masih kecil," ujar Rosyidi ketika ditemui merdeka.com, Kamis (18/6).
Tradisi membuat dan berbuka dengan bubur Samin Banjar, kata Rosyidi, pertama kali dilakukan oleh leluhur mereka bernama Yusuf Solawat dan Akhri Zein. Tradisi tersebut terus berlanjut hingga Langgar Darusalam diperbaiki pada tahun 1930-an, tetapi masih sebatas untuk internal jamaah masjid.
Hingga Langgar Darusalam dibangun menjadi sebuah masjid pada tahun 1965, tradisi bubur Samin Banjar masih terbatas. Baru setelah tahun 1985, tradisi bubur Samin Banjar tersebut dikenalkan kepada masyarakat umum dengan membagi-bagikannya secara gratis kepada masyarakat selama bulan Ramadan.
"Kami menyebutnya bubur Samin, karena cara memasaknya menggunakan minyak Samin. Bumbu yang kita gunakan berupa rempah-rempah seperti kapulaga, jinten, dan lain-lain serta dilengkapi dengan daging sapi," terangnya.
Rosyidi menuturkan, untuk membuat bubur tersebut pihaknya membutuhkan delapan hingga 10 tenaga. Untuk memasaknya juga membutuhkan sebuah panci besar dan drum. Sementara untuk mengaduknya perlu tenaga yang bergantian karena banyaknya bubur yang dimasak.
"Bubur ini rasanya sangat gurih, enak, segar dan hangat, karena menggunakan bumbu rempah-rempah. Sangat cocok jika dimakan untuk berbuka puasa," katanya.
Bubur Samin Banjar, kata dia dimasak mulai pukul 11.30 WIB dan baru selesai 15.00 WIB. Kemudian sekitar pukul 15.30 WIB, bubur tersebut dibagikan kepada masyarakat yang biasanya sudah antre. Selain bulan Ramadan bubur tersebut juga disajikan setiap 10 Muharram atau 10 Suro.
(mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bubur pedas jadi salah satu sajian kuliner yang kerap diburu masyarakat Sumatra Utara ketika Ramadan saat buka puasa.
Baca SelengkapnyaMakanan ini begitu digemari dan diburu oleh banyak masyarakat Minangkabau sebagai menu untuk berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaKuliner ini mudah ditemui di kawasan wisata Bandungan, Semarang.
Baca SelengkapnyaSurakarta atau Solo terkenal sebagai pusat batik dan kuliner murah meriah.
Baca SelengkapnyaHidangan bubur ini memiliki tujuh varian rasa yang berbeda
Baca SelengkapnyaKuliner olahan sapi dengan bumbu rempah yang beragam. Siap manjakan lidah.
Baca SelengkapnyaKuah Beulangong Khas Aceh ini biasanya ada saat memasuki Nuzulul Quran di Negeri Serambi Mekah
Baca SelengkapnyaJawa Barat termasuk salah satu daerah yang kaya dengan jajanan khasnya. Yuk, simak rekomendasi makanan khas Jawa Barat yang banyak digemari ini!
Baca SelengkapnyaKuliner unik, sehat, dan bergizi khas Bengkulu ini terbuat dari biji jewawut yang cocok sebagai menu santapan ketika berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaKarena kelezatannya yang tiada duanya, kuliner ini jadi incaran para pencinta kuliner.
Baca SelengkapnyaKuliner burpal masih belum populer, namun rasanya jangan ditanya.
Baca SelengkapnyaKampung Islam Kepaon di Kota Denpasar memiliki kuliner khas bernama brongko yang hanya disajikan saat Ramadan. Kuliner ini biasa disajikan untuk berbuka puasa.
Baca Selengkapnya