'Publik enggak pernah disediakan calon pemimpin sesuai selera masyarakat'
Merdeka.com - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak menilai calon-calon pemimpin yang dihadirkan partai politik bukan sesuai aspirasi masyarakat. Melainkan sesuai dengan keinginan politisi atau para elite parpol.
"Di publik enggak pernah disediakan menu sesuai dengan selera publik, yang disediakan menu oleh partai politik adalah calon-calon yang sesuai dengan selera politisi dan parpol. Ini yang disebut dengan mix match kepentingan antarpublik dengan parpol," papar Dahnil dalam diskusi 2019: Selain Jokowi dan Prabowo", di restoran Ajag Ijig, kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (03/01).
Oleh karenanya, Danhil menilai politik layaknya kartel yang dikuasai kelompok tertentu. Kartel sendiri merupakan sebagian kelompok produsen independen yang bertujuan menetapkan harga, untuk membatasi suplai dan kompetisi.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Siapa yang dipilih di Pilkada? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.
-
Siapa yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada adalah proses di mana masyarakat memilih pemimpin lokal, seperti gubernur, bupati, atau wali kota, yang akan memegang kendali atas pemerintahan daerah mereka selama beberapa tahun ke depan.
-
Apa itu Pilkada Inklusif? Pilkada yang inklusif adalah hak setiap warga negara, termasuk difabel. Ia menjelaskan bahwa difabel adalah bagian dari masyarakat yang memiliki hak yang sama.
-
Siapa saja yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada memilih beberapa posisi penting yang mencakup: 1. Gubernur dan Wakil Gubernur, 2. Bupati dan Wakil Bupati, 3. Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
-
Bagaimana cara masyarakat memilih pemimpin? Pilkada dilakukan secara langsung oleh masyarakat melalui pemungutan suara. Setiap pemilih memberikan suaranya untuk memilih pasangan calon yang dianggap paling mampu dan sesuai dengan aspirasi mereka dalam memimpin daerah tersebut.
"Politik itu saya sebut dengan kartel, politik itu dikuasai oleh kartel, mana ada demokrasi, contoh calon-calon kepala daerah itu semua atas restu dari pusat dari ketua umum partai. Ini demokrasi apa? demokrasi yang dibangun atas kartel politik," tegasnya.
Dahnil juga mengibaratkan praktik politik yang di Indonesia seperti teori ekonomi yang tidak pernah masuk pasar kompetitif. Melainkan pasar politik yang bersifat oligopoli.
"Inilah bukti bahwa pasar politik kita kalau pakai teori ekonomi tidak pernah masuk pasar politik yang kompetitif pasar politik kita memang oligopoli sampai detik ini. Pasar politik yang oligopoli ini berharap dari komoditas atau produk-produk yang dihadirkan banyak itu mimpi di siang bolong. Kenapa? Karena memang sudah dipotong sejak hulu," kata dia.
Lebih lanjut, Danhil memandang penguasa telah membuat skenario untuk menyodorkan calon presiden alternatif. Baginya, hal tersebut membuat iklim demokrasi tidak sehat.
"Misalnya pak Jokowi dengan partainya sudah memotong sejak dari Hulu supaya enggak banyak calon, supaya calonnya cuma dua saja. Praktik ini membuat saya tidak sehat buat demokrasi karena pasar politiknya itu enggak akan pernah lagi terjadi," tambahnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Poses kandidasi yang telah terjadi dalam Pilkada 2024 dinilai sangat jauh dari prinsip-prinsip demokrasi.
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, partai politik didirikan sebagai kendaraan politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kewenangan.
Baca SelengkapnyaApakah partai politik saat ini benar-benar mewakili aspirasi rakyat dan sungguh-sungguh menjalankan aspirasi tersebut.
Baca SelengkapnyaTingginya biaya politik menjadi dalih pejabat partai politik hingga eksekutif, untuk melanggengkan wacana pemilihan kepala daerah oleh DPRD.
Baca Selengkapnya