Pukul siswa yang tak kerjakan PR, guru Asep diadili
Merdeka.com - Seorang guru SD negeri di kawasan Jalan Kelambir, Medan, Asep Sugeng (36), harus duduk di kursi pesakitan Pengadilan Negeri (PN) Medan, Rabu (3/4). Dia didakwa menganiaya tiga muridnya yang tidak mengerjakan PR.
"Bahwa terdakwa Asep Sugeng ... melakukan kekejaman, kekerasan, atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak," ucap Jaksa Penuntut Umum (JPU) Amrizal Fahmi saat membacakan dakwaan di hadapan majelis hakim yang diketuai SB Hutagalung.
Dalam dakwaannya, Fahmi menyatakan Asep menganiaya empat murid SD Negeri 065854, SA, AS dan AYP pada 27 Agustus 2012 lalu. Kejadian itu bermula ketika Asep memerintahkan muridnya yang tidak mengerjakan PR untuk maju dan berdiri ke depan kelas. Saat itu, 15 murid berdiri, termasuk ketiga korban.
-
Kenapa Pak Guru marah ke murid? Ana sawijining murid SD sing tekon karo gurune sing ndilalah lagi rada nesu.
-
Kenapa Pak Guru marah saat ditanya murid? Amarga ora kepenak atine, Pak Guru njawab nganggo basa sing sak karepe.
-
Kenapa siswa membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Apa yang dilakukan siswa terhadap gurunya? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Apa yang diberikan guru kepada murid? 'Terima kasih atas bimbingan dan ilmunya yang bermanfaat, amal kalian akan terus mengalir seiring dengan bermanfaatnya ilmu yang engkau berikan.'
Asep kemudian menyuruh siswa, yang tidak mengerjakan PR, berbaris dan menghampirinya. Satu per satu siswa diperintahkan mengulurkan kedua tangan untuk dipukul dengan rotan. Selain dipukul, siswa juga didenda Rp 1.000 untuk setiap lembar PR yang tidak dikerjakan.
SA dipukul 2 kali di telapak tangan kanan dan 2 kali di telapak tangan kiri. AS dipukul 2 kali di kanan dan 3 kali di kiri. Sementara itu AYP dipukul 2 kali di kanan dan 3 kali di kiri.
"Keesokan harinya korban AS belum juga menyelesaikan PR sehingga terdakwa memukul korban AS sebanyak 3 kali di telapak tangan sebelah kanan dan 2 kali di telapak kaki sebelah kiri dan membayar denda Rp 5.000," jelas Fahmi.
Akibat pemukulan ini, SA mengalami luka memar pada telapak tangan kiri dan ibu jari tangan kanan. AS mengalami luka memar di telapak tangan kiri dan kanan. Luka serupa juga dialami AYP.
Keluarga ketiga siswa ini ternyata tidak senang dengan kejadian itu. Mereka melaporkan perbuatan Asep ke Polsek Medan Helvetia.
"Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 80 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak," pungkas Fahmi.
Setelah mendengarkan dakwaan JPU, majelis hakim menunda sidang. Rencananya sidang akan kembali digelar pekan depan dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi.
Sementara itu, T Fitra Yufina, penasihat hukum terdakwa, menyatakan perbuatan kliennya hanya bertujuan agar para siswa lebih tekun belajar. "Siswanya kan sudah kelas VI, jadi dia ingin mereka lebih giat biar bisa lulus dan masuk SMP negeri," ujarnya.
Fitra memaparkan, sebenarnya sudah ada upaya perdamaian dalam kasus ini. Kliennya pun telah minta maaf kepada keluarga siswa. "Tapi mereka (keluarga korban) minta Rp 50 juta, mana mampu dia membayarnya," ucapnya. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tua tersebut tidak setuju dengan hukuman yang diterima anaknya
Baca SelengkapnyaAkbar terancam membayar denda sebesar Rp50 juta lantaran laporan orang tua siswa.
Baca SelengkapnyaGuru di Sumbara Barat dilaporkan orang tua murid ke polisi
Baca SelengkapnyaPakai pita bertuliskan #saveAkbar, ini momen rekan seprofersi Pak Akbar beri dukungan.
Baca SelengkapnyaPelaku menikam berkali-kali karena kesal korban tak menepati janji soal upah oral seks.
Baca SelengkapnyaSeorang guru pria, SF (45), mengalami banyak luka di tubuhnya. Dia dikeroyok oleh dua remaja tak lain murdinya sendiri.
Baca SelengkapnyaSetelah buron lima hari, AP (45), pelaku ketapel guru di Bengkulu akhirnya menyerahkan diri ke kantor polisi
Baca SelengkapnyaGuru SDN 4 Baito Konawe Selatan itu sebelumnya dilaporkan atas dugaan penganiayaan terhadap salah satunya muridnya berinisial D.
Baca SelengkapnyaTim Penasehat Hukum Supriyani memohon kepada majelis hakim untuk menolak eksepsi yang diajukan untuk melanjutkan sidang itu ke pokok perkara.
Baca SelengkapnyaKepsek menyampaikan permohonan maaf kepada warga dan Pemerintah Kota Prabumulih atas video yang membuat gaduh tersebut.
Baca Selengkapnyaselain D, ada juga puluhan siswa di SMA Negeri 2 Maumere dipulangkan pihak sekolah lantaran menunggak uang SPP.
Baca SelengkapnyaKasus ini viral usai pihak kejaksaan melakukan penahanan terhadap Supriyani di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kendar
Baca Selengkapnya