Pulang nengok cucu, rumah keluarga ini rata dengan tanah
Merdeka.com - Keluarga Mok Kimiati (79), mendatangi Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jawa Barat. Mereka menanyakan eksekusi rumah sekaligus hotel yang dimiliki di Jalan Oto Iskandardinata (Otista) nomor 11 a, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.
Kimiati kaget, sebab baru saja pulang menengok cucu rumahnya tiba-tiba rata dengan tanah. Peristiwa itu terjadi pada 22 Desember 2012 lalu. Rumah beserta barangnya yang sudah ditempati sejak 1927 luluh lantah dihancurkan alat berat.
"Kami jelas kaget, ketika pulang sekeluarga ke rumah tiba-tiba pas pulang sudah ada bulldozer dan orang-orang berbadan besar meratakan bangunan," kata anak Kimiati, Suryadi Senjaya (59), di PN Bandung, Rabu (30/4).
-
Kenapa mereka merampok? 'Motifnya ekonomi, karena ini jam tangan yang mewah. Berdasarkan laporan dan hasil pemeriksaan yang, maka dugaan kerugian yang dialami korban adalah Rp12,85 miliar, senilai dengan 18 jam tangan mewah yang diambil oleh tersangka,' ungkapnya.
-
Siapa perampok dalam peristiwa ini? Empat orang disandera oleh perampok selama enam hari.
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Bagaimana pelaku merampok korban? Ngajib mengaku saat mengambil tas korban, pelaku mengancam dengan menggunakan senjata tajam.
-
Apa yang terjadi di malam minggu? Lelah rasanya selesai membabat Mata jadi terkantuk-kantuk Nasib jomblo begini amat Tiap malming berteman nyamuk.
-
Dimana kejadian ini terjadi? Diduga, bocah ini tengahh bermain di area parkiran bus.
Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi saat kejadian tidak ada petugas mengenakan aparat. "Jadi seperti pakaian preman saja," ujarnya. Bahkan barang-barang kecil berupa perabotan sudah tidak ada. "Jadi kami seperti dirampok di siang bolong."
Semenjak kejadian itu sampai sekarang pihaknya mengaku hidup di rumah kontrakan. Semua harta benda diambil. Dia menuturkan, tanah dan bangunan tersebut memang pernah digugat oleh seseorang bernama Nyayu Saadah.
Namun mulai dari tingkat pertama hingga tingkat Peninjauan Kembali (PK) pengadilan menyatakan jika tanah dan bangunan tersebut tetap milik keluarga Mok Kimiati.
Hanya saja, ia mengaku dikagetkan dengan munculnya sebuah sertifikat palsu atas nama Nyayu Saadah yang diperkuat dengan surat sporadik. Disebutkan dalam surat diduga palsu itu menyatakan jika tanah tersebut sudah ditempati oleh Nyayu Saadah sejak 20 tahun.
"Herannya lagi itu tidak pernah disengketakan," tandasnya.
Usai peristiwa itu, keluarga mengalami shock berat. Sehingga baru beberapa lama ini melapor ke polisi mengenai beredarnya sertifikat palsu pada 9 Juli 2013. Adapun perusakan atau eksekusi sepihak itu dílakukan pada 4 Oktober 2013.
"Sampai sekarang ibu saya yang sudah tua stres, ngigau terus pingin pulang ke rumah. Untuk itu sekarang kita perjuangan kembali hak kita," jelasnya.
Ia berharap ada keadilan dengan aduan tersebut. "Kami seperti dirampas. Tanah itu ditaksir mencapai Rp 10 miliar ditambah barang-barang yang dirampok mencapai Rp 10 miliar juga," terangnya.
Sementara itu, Humas PN Bandung, Djoko Indrianto, mengaku bahwa setiap eksekusi yang dilakukan juru sita pasti melakukan secara prosuderal dan resmi. Terkait tidak adanya aparat pihaknya tidak bisa memastikan.
"Pasti kalau menyita pakai pakaian dinas," jelasnya. Dia mengaku jika keluarga merasa dirugikan bisa melaporkan kepada kepolisian.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Wanita ini ceritakan rumahnya dibobol maling saat ditinggal mudik, masuk lewat plafon.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaApi muncul dari atap rumah lalu cepat membesar karena seluruh rumah terbuat dari kayu yang sudah lapuk.
Baca SelengkapnyaHingga kini, belum diketahui sebab keluarga mengakhiri hidup dengan cara tragis.
Baca SelengkapnyaDugaan sementara penganiayaan merupakan ulah perampok.
Baca SelengkapnyaPara pelaku ditembak di bagian kaki karena melawan.
Baca SelengkapnyaRumah ini ternyata pemberian dari seorang kiai. Begini potretnya yang bikin miris.
Baca Selengkapnya