Puluhan ABG perempuan Cianjur dijual mucikari di Jakarta
Merdeka.com - Puluhan wanita asal Cianjur, Jabar, menjadi korban perdagangan manusia (human trafficking), 12 orang di antaranya masih di bawah umur, mereka ditemukan di sebuah tempat hiburan malam di Jakarta.
Kasus tersebut terungkap setelah salah seorang orangtua korban melaporkan hal tersebut ke Ormas Garis Cianjur, yang berkoordinasi dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hal tersebut diungkapkan, Asistensi Bidang Trafficking KPAI, Robert B Triyana, di Cianjur, Rabu (22/10).
Dia mengatakan, pengaduan itu berdasarkan laporan dari Ormas Islam Garis Cianjur, yang menyatakan ada pengaduan dari orangtua asal Cianjur, dimana orangtua tersebut melaporkan anaknya sudah lama tidak ada komunikasi dengan pihak keluarga.
-
Bagaimana korban terjebak ke dalam budak seks? Korban yang baru lulus SMK tidak berpikir panjang untuk menemui pelaku lantaran dijanjikan pekerjaan untuk mengelola kafe di Kota Solo. Ternyata ini hanya modus pelaku. Selama lima bulan, sejak Mei-September 2022, korban disekap dan disetubuhi pelaku berinisial JM itu.
-
Siapa pelaku pemerkosaan? 'Kejadian ini berawal dari kejadian longsor di daerah Padalarang Bandung Barat. Kebetulan keluarga korban ini rumahnya terdampak sehingga mereka mengungsi ke kerabatnya (AR) untuk sementara,' ucap Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, Selasa (3/9).
-
Siapa yang melakukan pelecehan terhadap korban? Kapolres Cimahi AKBP Tri Suhartanto menyampaikan bahwa peristiwa pelecehan seksual dilakukan oleh pelaku hingga korban mengalami kehamilan terjadi di wilayah Kabupaten Bandung Barat.
-
Siapa yang menjadi korban? Renu Singh, salah satu korban yang terjebak, telah melapor ke polisi dengan klaim bahwa ia telah ditipu sebesar USD 21.000 dan mengungkapkan bahwa ratusan orang lainnya juga mengalami kerugian total mencapai USD 4,1 juta.
-
Siapa yang menjadi korban perundungan? Apalagi saat berkomunikasi melalui panggilan video, R mengaku pada Kak Seto bahwa ia sering menjadi korban perundungan dari teman-temannya maupun guru.
"Orangtua korban itu meminta bantuan untuk mencari keberadaan anaknya. Garis berkoordinasi dengan Polda Jabar dan dilanjutkan ke Mabes Polri," katanya, seperti diberitakan Antara.
Mendapati laporan tersebut, kepolisian melakukan pencarian di berbagai lokasi. Hingga penelusuran berakhir di salah satu tempat hiburan atau diskotek di Jakarta. Di tempat tersebut petugas menemukan 30 anak yang ditawarkan mucikari pada tamu tempat hiburan.
"Setelah dilakukan investigasi ternyata 24 anak itu berasal dari Cianjur. Lalu kami koordinasikan dengan pihak Garis bahwa anak-anak yang dilaporkan hilang telah ditemukan dan sempat diamankan di Mabes Polri," katanya.
Puluhan korban penjualan manusia itu, harus dijemput orang tuanya masing-masing karena berdasarkan laporan dari pihak keluarga, sehingga pengembalian harus dilakukan pemda setempat.
"Kepolisian langsung berkoordinasi dengan Pemkab Cianjur melalui P2TP2A. Sayangnya pengambilan korban mengalami hambatan karena kami kesulitan melakukan koordinasi dengan Pemkab Cianjur. Setelah itu karena tidak ada itikad yang baik dari Pemkab Cianjur, khususnya dari Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, sehingga KPAI menindaklanjuti hal tersebut," katanya.
Selanjutnya ungkap dia, KPAI mengirim surat untuk melakukan koordinasi dengan pihak intansi yang bersangkutan dan ke Bupati Cianjur. Namun, pihaknya menyayangkan permohonan tersebut tidak mendapat tanggapan sama sekali hingga saat ini.
"Karena tidak ada respon, kami kontak-kontak dengan pengurus Garis. Setelah beberapa kali minta koordinasi dan bertemu dengan Wakil Bupati Cianjur. Lalu ada kesepakatan termasuk dengan SKPD untuk memberikan santunan bagi korban," katanya.
Pihaknya menyayangkan penanganan Pemkab Cianjur dalam kasus tersebut lamban. Seharusnya, tutur dia, yang bertanggung jawab jika ada warganya tersandung kasus tersebut adalah pemerintah daerah karena kasus trafficking yang mencuat di Cianjur, seperti fenomena gunung es.
"Masih banyak persoalan lain yang belum kami tangani karena korban itu anak-anak. Harapan kami pemerintah daerah harus serius melakukan upaya pencegahan, seperti sosialisasi dan sebagainya," kata Robert.
Meskipun saat ini korban sudah berada di rumahnya masing-masing, namun perlu ada penanganan psikologi dari sisi kesehatan dan kejiwaan. "Pasalnya, 12 wanita ini masih anak-anak dan mengalami trauma cukup hebat. Bahkan ada salah seorang dari mereka usianya 14 tahun korban perkosaan. Maka mental anak-anak itu harus dipersiapkan," katanya. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tiga muncikari ditangkap terkait tindak perdangan orang ini.
Baca SelengkapnyaCahaya diduga dibuang para mami dan kerap disuruh melayani lelaki hidung belang
Baca Selengkapnya4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.
Baca SelengkapnyaUntuk tarif sekali kencan antara Rp250 ribu hingga Rp400 ribu.
Baca SelengkapnyaSatu korban dibuang di kawasan Ancol, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaKorban awalnya ditawari bekerja sebagai pemandu lagu di tempat karaoke di wilayah Bekasi, namun justru dijadikan PSK.
Baca SelengkapnyaNE dicokok Rabu, 14 Agustus 2024. Setelah dilaporkan oleh orang tua korban I usai merasa kecurigaan akan tingkah laku anaknya tersebut.
Baca SelengkapnyaTersangka R memerintahkan korban agar meminta izin kepada orang tua bahwa pergi ke rumah nenek agar aksinya berjalan lancar.
Baca SelengkapnyaPara korban tergiur iming-iming kedua pelaku dijanjikan menjadi model, namun malah dijadikan pemeran konten pornografi di media social.
Baca SelengkapnyaTersangka FEA alias Icha mendapat bagian 50 persen dari setiap transaksi.
Baca SelengkapnyaPelaku adalah pacar korban. Modusnya tiap beraksi, siap bertanggung jawab jika korban hamil.
Baca SelengkapnyaTerkait penyebaran foto korban sedang diperkosa di media sosial juga sudah didalami kepolisian.
Baca Selengkapnya