Racikan Jagung Manis Bikin Sholeh Ogah Balik ke Kampung Halaman
Merdeka.com - Tangan Muhammad Sholeh (29) begitu cekatan melayani seorang pembeli yang saat itu memesan Goyang Lidah Jagung Manis rasa keju. Tidak butuh waktu lama, tangannya meraih wadah berbahan plastik dan mengambil jagung dari dandang yang terus dipanasi.
Bumbu siap saji dituangkan di atas jagung. Ditambah susu kental manis dan parutan keju. Tidak lupa penutup wadah dan sebuah sendok plastik disertakan dalam kemasan untuk diserahkan kepada pembelinya.
Muhammad Sholeh yang asli Sumenep merantau menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) di Taman Trunojoyo Kota Malang. Setiap wadah jagung manis yang dijualnya dibanderol Rp5000.
-
Apa yang membuat penjual jagung istimewa? Lebih lanjut, mereka penasaran disimpan dimana uang puluhan juta tersebut. Mengingat nominal tabungan bocah ini cukup besar bila disimpan di rumah. Bocah tersebut mengatakan tabungannya telah disimpan di bank.
-
Siapa yang biasanya menjadi pedagang kelontong? Pedagang kelontong kebanyakan dilakukan orang-orang keturunan China.
-
Kenapa tengkulak dari Malang dan Batu beli apel di Pasuruan? Mengutip berbagai sumber, para tengkulak dari Kota Malang dan Batu banyak yang beli apel di sini. Mereka kemudian mengatakan bahwa apel itu adalah apel Malang.(Foto: freepik aleksandarlittlewolf)
-
Apa saja yang khas dari Kuliner Malang? Kota Malang kini tak hanya tempat wisatanya saja, namun ragam kulinernya pun menarik banyak pelancong untuk berkunjung.
-
Dimana nasi jagung dijual? Nasi jagung adalah kuliner nasi bungkus yang banyak ditemukan di Malang, Blitar, dan Madura. Masakan ini biasanya hanya dijual pagi sampai siang hari.
-
Dimana pedagang kelontong berjualan? Awalnya mereka menjajakan dagangannya dari rumah ke rumah, atau menawarkan barang dagangannya untuk dijual di hotel.
"Yang mahal kan kejunya, bukan jagungnya. Saya beli keju langsung dua pack itu harganya Rp180 Ribu. Kalau jagung harganya kadang Rp3000, tetapi kalau mahal bisa sampai Rp5000 per kilogram," kata Sholeh di lokasi tempatnya berjualan, Rabu (28/8).
Dalam sehari, Sholeh menghabiskan dua pack keju berisi 20 batang dan jagung manis sekitar 40 kilogram. Tetapi karena beli jagungnya dalam jumlah besar, memilih jagung kulit satu zak dengan berat sekitar 55 kilogram yang dianggap lebih murah.
Jagung dari pasar selanjutnya dimasak dan dibawa ke lokasinya mangkal sudah dalam kondisi siap diracik. Bumbu pun diperoleh di pasar.
Ayah satu anak ini berjualan mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Ia akan pulang saat hari sudah menjelang Maghrib dan dagangannya sudah habis.
Sholeh sudah 6 tahun tinggal di Kota Malang dan sebelumnya bekerja sebagai TKI di Malaysia. Awalnya pun bekerja serabutan berjualan barang kebutuhan rumah tangga dan alat dapur dari pasar ke pasar.
"Pokoknya bagaimana caranya mendapatkan uang. Saya berusaha demi keluarga," katanya.
Ide berjualan Goyang Lidah Jagung Manis, kata Sholeh, datang begitu saja, sebelum mempelajari cara pengolahannya. Ia melihat PKL yang sedang berjualan dengan cara membeli dan bertanya-tanya cara membuatnya. Berjualan jagung manis menurutnya lebih praktis dibanding berjualan cilok yang harus pergi menyelep daging dan mencetaknya.
Sholeh mengaku dapat mengantongi omzet sekitar Rp900 ribu per hari, bahkan terkadang sampai Rp1 juta saat akhir pekan. Omzet yang lumayan besar itu baru dirasakan sekitar dua tahun terakhir, sebelum-sebelumnya hanya mentok omzet sekitar Rp300 ribu - Rp400 ribu per hari.
"Menguji kesabaran, tidak langsung ramai. Kita babat alas (mengawali) dulu, gimana caranya biar besok orangnya bisa kembali lagi. Dulu tidak seperti ini, paling habis keju 3-4 batang keju. Sekarang dua kotak habis. Dari kejunya itu mungkin yang membuat orang kembali," katanya.
Kuncinya, pembeli orang kota itu makanannya harus enak dengan kejunya diperbanyak. Tidak perlu porsi banyak, tetapi susu dan keju harus terasa.
Sholeh juga mengaku beberapa kali pernah diobrak oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Saat itu, dirinya memilih lari atau pindah ke tempat lain, tetapi kemudian kembali lagi setelah dirasa aman.
"Ya saat itu, bagaimana caranya dapat tempat usaha. Tidak boleh menyerah ya. Kita Harus berjuang," terangnya.
Kini usahanya dirasakan sudah nyaman dan sedikit demi sedikit hasil dagangnya ditabung selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Disimpan, ikut arisan. Dulu punya rekening, tapi sekarang menyimpannya ikut arisan, angsur sepeda motor. Sisanya untuk masa depan anak," kata Sholeh yang mengaku ingin memiliki rumah sebagai investasi.
Ia sempat mempekerjakan orang dengan menambah satu rombong lain, tetapi justru membuatnya merugi. Karena pekerjanya terus menerima bayaran tetapi tidak juga mencapai target.
"Omzetnya belum banyak. Awalnya kan tetap harus ngasih minimal 25 persen. Kalau tidak nutut ya ngasih terus. Kan kasihan kalau dikasih," katanya.
Sholeh mengaku tidak memiliki pilihan usaha lain kecuali sebagai PKL. Pendidikannya hanya sampai kelas 2 SMP, sementara harus terus menghidupi istri dan anaknya. Ia pun mengaku tidak tertarik untuk kembali ke kampung halamannya di Pamekasan, apalagi istri dan anak dan keluarganya sudah tinggal di Malang.
"Kalau di Madura, larinya tetap ke sawah tetap, tidak ada pilihan atau merantau ke mana, kebanyakan di sana merantau. Ada sawah, kalau musim padi ya nanam padi. Kalau di sini kan kerja langsung dapat uang, kalau di Madura harus nunggu beberapa bulan baru panen," jelasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Momen haru kakek penjual jagung yang sepi pembeli. Bahagia saat dagangannya dibeli.
Baca SelengkapnyaBukan dengan menu istimewa, pria akrab disapa Babah Alun itu memilih menyantap hidangan rumahan di warung pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaTepat di 3 tahun 2 bulan, Puguh memutuskan tidak melanjutkan kontrak kerja.
Baca SelengkapnyaBos jalan tol Jusuf Hamka menawar pisang pedagang kaki lima hingga mampu membuatnya tersenyum.
Baca SelengkapnyaMasyarakat perbatasan di Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat memilih belanja kebutuhan rumah tangga ke Malaysia dengan berjalan kaki.
Baca SelengkapnyaMuhammad Shofiyullah memulai bisnisnya dengan jualan celana jeans kepada teman-teman kuliahnya di Malang. Kini ia jadi crazy rich daerah.
Baca SelengkapnyaSejak lulus sekolah, ia memang tidak mau bekerja menjadi seorang karyawan. Ia kini berhasil menekuni profesi berdagang dengan hasil jutaan rupiah dalam sehari.
Baca SelengkapnyaPendapatannya saat ini jauh lebih sedikit tapi ia mengaku bahagia
Baca SelengkapnyaBahan takjil yang dijual sendiri mulai dari kolang kaling, berbagai jenis jeli sampai cincau. Harganya murah
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaMbah Salam mengaku pulang ke Malang dua sampai tiga bulan sekali untuk menengok anak dan cucunya di rumah.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca Selengkapnya