Ratusan ikan Arwana mati diduga kena limbah proyek Tol Pekanbaru-Dumai
Merdeka.com - Proyek Jalan Tol Pekanbaru-Dumai yang dikerjakan PT Hutama Karya di Kecamatan Rumbai berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Limbah penggalian dan penimbunan yang mereka kerjakan menumpahkan lumpur diduga beracun, sehingga banyak ikan Arwana di peternakan milik warga sekitar bernama Darwin mati.
Darwin berdomisili di Kota Pekanbaru merupakan peternak ikan Arwana sejak 16 tahun lalu. Namun belakangan, ketika ikan Arwana sudah berumur dan siap untuk memproduksi telur malah mati, diduga akibat limbah penggalian proyek tol tersebut.
"Bulan Maret 2017 lalu, sekitar 100 ekor ikan Arwana saya mati karena limbah proyek tol yang dikerjakan PT Hutama Karya ini. Bulan September ini, ada belasan ekor yang mati lagi," ujar Darwan saat berbincang dengan merdeka.com di lokasi penangkapan ikan Arwana, Senin (25/9).
-
Apa penyebab matinya ratusan ribu ikan? Menurut laporan penduduk setempat dan media-media lokal, gelombang panas brutal dan pengelolaan waduk adalah penyebabnya matinya ratusan ribu ikan tersebut.
-
Apa yang biasanya dipanen dari ikan arwana? Zaky mengatakan, yang dipanen dari ikan arwana biasanya adalah anakannya. Untuk satu indukan remaja, biasanya bisa menghasilkan 100-an anak. Sementara untuk ikan arwana tua biasanya bisa menghasilkan 60-70 anak ikan.
-
Bagaimana cara ikan arwana jantan merawat telurnya? 'Kalau yang mengeram biasanya yang Jantan. Yang betina mengeluarkan telur, terus yang Jantan yang ambil, kemudian dimasukkan ke mulut dan selama sebulan nggak dikasih makan sama sekali. Harus puasa. Kalau makan, nanti anakannya hilang,' kata Zaky.
-
Apa gejala keracunan awal telur ikan buntal? Tahapan pertama, yang disebut sebagai tahap awal, biasanya terjadi dalam waktu 30 menit sampai 2 jam setelah konsumsi ikan buntal. Gejalanya meliputi terjadi kebas pada bibir dan lidah, mati rasa di sekitar mulut, dan terkadang terasa gatal dan terbakar di area wajah dan leher.
-
Kapan ikan arwana hidup? Diperkirakan ikan Arwana telah hidup sejak 60 hingga 200 juta tahun yang lalu.
-
Kenapa telur ikan buntal berbahaya? Telur ikan buntal atau yang dikenal sebagai 'fugu eggs' memiliki potensi bahaya yang serius bagi kesehatan manusia karena mengandung tetrodotoxin, suatu jenis racun yang sangat mematikan.
Meski telah melakukan aksi protes dan komplain dengan PT HK, namun hingga kini Darwin belum mendapat ganti rugi. Padahal Darwin mengalami kerugian sekitar lebih dari Rp 1 miliar. Ikan Arwana yang dipeliharanya biasa memproduksi telur untuk selanjutnya menjadi benih ikan.
"Benih ikan Arwana itu biasanya saya jual untuk membalikkan modal dan keuntungan ternak saya. Tapi dengan kejadian ini, saya rugi banyak, hancur usaha saya. PT HK tidak mau ganti rugi," kata Darwin.
Darwin mengaku sudah berkomunikasi dengan pimpinan PT HK yang berada di lokasi, namun itu tidak membuahkan hasil. Perusahaan tersebut menolak untuk mengganti rugi dengan alasan tidak berwenang. Pimpinan di lapangan menyuruh Darwin untuk langsung ke kantor PT HK yang berada di Jakarta.
"Saya disuruh ke Jakarta, sedangkan mereka bolak balik berada di sini, ini kan tidak ada niat mereka untuk mau mengganti rugi," ucap Darwin.
Darwin memiliki kolam penangkaran ikan sebanyak 16, dengan yang berisi ikan sebanyak 11 kolam. Setiap kolam berisi ikan Arwana sebanyak 30 hingga 40 ekor dan menghasilkan ratusan butir telur ikan.
"Sejak ada penggalian proyek tol ini, ikan kami mati. Usaha saya pun tidak berjalan lagi, kandungan air yang turun dari lokasi proyek sudah tercemar lumpur yang mematikan ikan saya," ketus Darwin.
Darwin akhirnya mengubur ikan Arwana miliknya yang mati di sekitaran lokasi kolam tersebut. Wajahnya tampak sedih.
Ketika merdeka.com mencoba untuk konfirmasi dengan pimpinan PT Hutama Karya yang berada di lokasi proyek Tol Dumai Pekanbaru di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai, seorang pria bernama Michael keluar dari kantor tersebut. Namun tidak banyak informasi yang didapat.
Dia malah buang badan dengan meminta wartawan agar mengkonfirmasi ke kantor PT HK yang lain di Jalan Tanjung Datuk Kota Pekanbaru.
"Ooo soal Pak Darwin itu, silakan nanti ke kantor yang di Jalan Tanjung Datuk saja ya. Saya tidak berwenang untuk menjawab," katanya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Devisa itu paling banyak berasal dari negara China.
Baca SelengkapnyaBerton-ton bangkai ikan yang menyelimuti pelabuhan wisata populer di Yunani ini mengeluarkan bau busuk menyengat.
Baca SelengkapnyaNelayan penangkap ikan, Sutrisno, menceritakan kronologi saat proses penangkapan ikan tersebut.
Baca SelengkapnyaBerikut penampakan Ikan Pari Jawa yang telah secara resmi dinyatakan punah.
Baca SelengkapnyaHasil tangkapan nelayan Dadap mengalami penurunan drastis akibat gencarnya pembangunan di pesisir utara Jakarta.
Baca SelengkapnyaSementara itu, teman Udin sekaligus ojek online, Mumu, menimpali bahwa jumlah ikan yang hanyut mencapai ratusan.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem juga membuat petani udang rugi puluhan juta rupiah
Baca SelengkapnyaPemerintah diminta tegas terhadap pabrik yang mencemari Sungai Cileungsi.
Baca SelengkapnyaPung menyebut kerugian akibat pencurian ikan atau illegal fishing mencapai Rp3,2 triliun.
Baca SelengkapnyaKurangnya penanganan sampah secara maksimal, ditambah dengan pencemaran limbah yang membuat air laut semakin hitam telah merugikan para nelayan.
Baca SelengkapnyaSejak 1870 populasi ikan Pari Jawa berkurang. Hal ini menjadi bukti konkretnya.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Genteng Wetan Kabupaten Banyuwangi ini berhasil membuktikan bahwa lingkungan yang bersih bisa mendatangkan cuan
Baca Selengkapnya