Reaksi keras keluarga korban tabrakan, Kapolda Sumsel sebut saudara
Merdeka.com - Kasus berondong tembakan yang dilakukan seorang polisi di Lubuklinggau memasuki babak baru. Brigadir K yang memuntahkan lebih dari lima peluru ke satu keluarga yang menumpang Honda City sudah ditetapkan sebagai tersangka pada pekan lalu.
Penetapan tersangka dilakukan tes psikologi bahwa Brigadir K dalam keadaan cukup sadar menggunakan senjatanya.
"Masih layak menggunakan senjata api, bisa dipertanggungjawabkan. Itu hasil pemeriksaan psikologi," ungkap Kapolda Sumsel, Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
-
Siapa yang kehilangan keluarganya dalam kecelakaan maut? Baru-baru ini, media sosial dikejutkan dengan kabar tragis dari seorang remaja berusia 19 tahun, Abdur Rahman Amir Ruddin, yang harus kehilangan kedua orang tua dan keempat saudaranya akibat kecelakaan maut di Segamat, Malaysia.
-
Di mana pembunuhan keluarga itu terjadi? Arkeolog menemukan situs pemakaman massal ini di Desa Koszyce, Polandia. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel DNA kerangka tersebut mengungkap sebuah keluarga besar tewas secara brutal di lokasi ini.
-
Bagaimana Kapolda Jateng menanggapi kasus Sukolilo? 'Salah satu penegak hukum adalah Polisi, Polri adalah representasi negara di masyarakat, Kita ndak boleh main hakim sendiri. Kita (masyarakat) tidak boleh bertindak seperti Polisi. Kalau ada permasalahan lapor polisi,' tegasnya.
-
Siapa saja yang tewas di keluarga Malang? Dua orang korban meninggal dunia yakni ibu, Sulikhah (35) dan anak kedua ARE (13) diduga meminum racun obat nyamuk cair. Sementara Wahaf Efendi (38) memotong urat nadi tangan kiri dan meninggal dunia saat dalam upaya penanganan di rumah sakit.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
-
Apa yang disampaikan Kapolda Jateng kepada warga Sukolilo? 'Mulai sekarang di wilayah Sukolilo jangan takut Polisi, silahkan berbondong bondong ke kantor Polisi untuk menyelesaikan masalah apapun ' 'Saya tidak ingin lagi kalau di sini (wilayah Sukolilo, Pati) dicap tidak baik, karena di Sukolilo masih banyak masyarakat yang taat hukum. Masih banyak masyarakat yang baik namun proses hukum tetap ditegakkan kepada oknum masyarakat yang melanggar hukum,' tambahnya.
Agung menambahkan, anak buahnya terpaksa dipidana karena lalai saat bertugas yang menyebabkan warga sipil tertembak.
"Hukum proses individual, pidana masih tetap jalan," jelas dia.
Dia tengah proses hukum yang berjalan pada Brigadir, kesehatan empat orang yang menjadi korban penembakan Brigadir K mulai membaik. Hanya saja, mereka sempat emosi saat mendengar ungkapan Irjen Pol Agung Budi.
Agung mengklaim ternyata Brigadir K masih memiliki hubungan keluarga dengan para penumpang Honda City yang menjadi korban. Informasi itu, kata dia, atas pengakuan kerabat korban saat bertemu di Rumah Sakit Dr Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang tadi pagi.
"Tadi ngobrol dengan Pakde Almarhum Indra, bahwa Brigadir K ada famili dengan korban," ungkap Agung, Senin (24/4).
Meski Brigadir K punya hubungan keluarga dengan korban, Agung berjanji tetap proses anak buahnya secara hukum sesuai Pasal 359 junto 360 (1) KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan korban jiwa dengan ancaman di atas lima tahun penjara.
"Tetap kita proses walaupun masih ada hubungan keluarga," janji Agung.
Pernyataan Agung mengundang dari reaksi dari keluarga korban yang tengah berduka. Adik ipar almarhumah Surini (54), Matsa (54) mengatakan, keluarga mereka sama sekali tidak punya hubungan dengan Brigadir K.
"Tidak benar, itu bohong. Jangan kan keluarga, kenal saja tidak, bagaimana ada hubungan keluarga," ungkap Matsa saat dihubungi merdeka.com, Selasa (25/4).
Matsa tidak mengetahui maksud Kapolda Sumsel menyatakan demikian. Sebagai warga biasanya, dia dan keluarganya tulus menjalani hidup dan mencari nafkah.
"Maksudnya apa tidak tahu, apa ada kepentingan lain, kurang paham. Yang paham kami ke ladang, bertani, dan makan," ujarnya.
Dipastikan apa yang disampaikan soal Brigadir K benar adanya. Dia tegaskan Brigadir K tak punya hubungan famili dengan mereka yang menumpang mobil tersebut.
"Saya tegaskan sekali lagi, saya bertanggung jawab bahwa kami tidak ada hubungan keluarga dengan polisi itu (Brigadir K)," sambungnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Honda City hitam bernomor polisi melaju kencang di pertigaan Jalan Fatmawati Kecamatan Lubuk Linggau Timur I, Sumatera Selatan pada Selasa (18/4) pagi kemarin. Mobil itu ditumpaingi sekeluarga terdiri dari lima orang dewasa dan seorang balita laki-laki berusia tiga tahun.
Tiba-tiba, di ujung jalan, Diki (30), sopir yang mengemudi kaget melihat sejumlah polisi menggelar razia. Entah apa di pikiran Diki, dia tetap menekan pedal gas mobil yang datang dari arah Curup menuju Palembang dengan kecepatan maksimal saat disetop polisi.
Usaha kaburnya sempat mengenai seorang polisi. Melihat gelagat tak baik dari Diki, polisi melakukan pengejaran. Diki cukup kencang memacu roda empat itu. Polisi sempat meletuskan tembakan namun tak diindahkan. Hingga akhirnya peristiwa mencekam terjadi.
Sejumlah polisi yang melakukan pengejaran tiba-tiba saja memberondong tembakan ke arah mobil. Muntahan peluru melesat mengenai bodi hingga kaca mobil. Meski kondisi cukup mencekam, Diki tak coba memperlambat laju kendaraannya. Sampai tembakan kembali diarahkan ke mobil hingga mengenai semua penumpang yang hendak menghadiri hajatan.
Satu penumpang atas nama Surini (54) tewas seketika setelah tertembak di bagian dada. Sementara lima lainnya termasuk balita mengalami luka terkena tembakan. Dewi (35) tertembak di bahu, Indra (33) tertembak di leher, Novianti (30) dan bocah Genta (2) terkena tembakan di kepala,serta Diki (30) terluka di perut akibat peluru polisi.
"Polisi marah-marah kenapa tidak mau berhenti. Saya masih sadar walaupun sudah kena tembakan di bahu dan punggung," kenang Novi, salah satu korban soal suasana mencekam saat penemabakan.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Brigjen TNI Adik jenderal polisi non akpol berduka. Simak momen sang jenderal di upacara pemakaman.
Baca SelengkapnyaMenurut Maruli, apa yang dilakukan prajurit TNI itu tergolong jahat.
Baca SelengkapnyaPutu Satria Ananta Rustika (19), tewas diduga usai mendapat penganiayaan oleh TRS, taruna tingkat dua yang kini menjadi tersangka.
Baca SelengkapnyaAfif Maulana, pelajar SMP di Sumbar ditemukan tewas diduga akibat penganiayaan dari polisi.
Baca SelengkapnyaPelaku harus ditindak tegas karena kasus tersebut telah mencederai institusi Korps Bhayangkara.
Baca SelengkapnyaMenurut Yusri, proses penyelidikan itu sebagaimana laporan dari pihak keluarga soal dugaan tersebut yang telah diterima Pomdam I/Bukit Barisan (BB).
Baca Selengkapnya