Resah, duel ala gladiator kian mewabah di lingkungan anak sekolah
Merdeka.com - Ragam kampanye menolak kekerasan di lingkungan sekolah terus digaungkan lembaga pendidikan hingga tenaga pengajar. Namun yang terjadi, berulang kali anak didik menjadi korban kekerasan, seolah tak terhindarkan.
Padahal, pada beberapa kasus sebelumnya sudah ada jatuh korban jiwa. Namun tak membuat kekerasan di lingkungan pendidikan mereda. Seperti duel ala gladiator yang kini marak.
Terbaru, seorang pelajar di Tulungagung menjadi korban aksi gladiator teman-teman sekolahnya. BS (13) dikeroyok tiga orang anak pada Sabtu (13/12) kemarin.
-
Kenapa kekerasan anak di sekolah semakin marak? Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan maraknya kekerasan terhadap anak di lingkungan satuan pendidikan karena lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya kelompok pertemanan yang berpengaruh negatif. 'Kekerasan pada anak di satuan pendidikan cenderung dilakukan secara berkelompok akibat lemahnya deteksi dini terhadap tumbuhnya circle yang berpengaruh negatif,' kata Anggota KPAI Aris Adi Leksono saat dihubungi di Jakarta. Demikian dikutip dari Antara, Senin (11/3).
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
-
Kenapa anak-anak jadi korban bullying di sekolah baru? Memulai sekolah baru bisa menjadi pengalaman yang menantang bagi anak-anak. Selain harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mereka juga harus menghadapi kemungkinan menjadi korban bullying. Hal ini rentan dihadapi ketika mereka memasuki situasi baru yang tidak familiar sebelumnya.
-
Bagaimana cara mengatasi kekerasan anak di sekolah? 'Hal ini harus disikapi secara serius, dengan bergerak serentak akhiri kekerasan pada satuan pendidikan. Upaya keras, masif, terstruktur, aksi nyata, serta terukur dalam pencegahan dan penanganan kekerasan pada satuan pendidikan wajib dilakukan,' kata Aris.
-
Kenapa bullying di sekolah berbahaya? Bullying di sekolah dapat memiliki berbagai dampak negatif yang serius, baik bagi korban maupun pelaku.
-
Kapan anak rentan jadi korban bullying? Di Indonesia, kasus kekerasan terhadap anak terus meningkat, dan banyak di antaranya terjadi di lingkungan sekolah.
Kapolsek Boyolangu AKP Puji Widodo, Selnin mengatakan, kasus tersebut sempat menjadi atensi penanganan perkara di jajarannya namun kemudian dilimpahkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) Polres Tulungagung karena pelaku dan korban masih di bawah umur.
"Kami membantu saja, untuk penanganan perkara saat ini sudah ditangani Unit PPA," kata Puji Widodo.
Akibat pengeroyokan itu, BS, siswa kelas VII SMPN 1 Boyolangu, mengalami luka parah di bagian dahi hingga rahang. Keluarga menuntut pelaku diproses hukum.
"Keponakan saya harus menjalani operasi besar karena tulang dahinya sampai pangkal hidung retak," ujar paman korban, Hindro Wiyono.
Kejadian bermula saat BS dikeroyok tiga temannya saat jam pelajaran kosong, menunggu pembagian raport. BS dikeroyok dalam posisi disaksikan puluhan siswa lain yang menonton aksi pengeroyokan ala gladiator.
"Ada banyak siswa yang melihat tapi tidak berbuat apa-apa. Bahkan ada yang mengadu dengan memasang taruhan," kata salah seorang saksi tak mau disebut namanya.
Sedangkan pengakuan BS, dia awalnya berkelahi dengan salah seorang pelaku berinisial Ctr (14) karena sering melakukan perundungan kepadanya.
Perkelahian itu berlangsung singkat dan keduanya segera dipisah oleh teman-temannya. Namun Ctr datang kembali mengajark rekannya Ek (14) dan Vt (14).
Tiga siswa ini kemudian mengeroyok BS hingga terjatuh. Saat jatuh itu kepala BS membentur pinggiran lantai, hingga kepalanya terluka parah.
"Semua memukuli saya. Setelah saya jatuh, mereka kabur," ucap BS.
Sebelum di Tulungagung, kasus gladiator terjadi Bogor, Jawa Barat. Peristiwa itu terjadi sampai dua kali dengan rentang waktu yang tak terlalu jauh.
Pada 20 November lalu, ARS (16), siswa SMP Asy-Syuhada Rumpin, tewas dalam duel ala Gladiator dengan pelajar dari sekolah lain di Kampung Leuwihalang, Desa Gonang, Rumpin, Jumat kemarin.
Kepala Polsek Rumpin Komisaris Polisi Sudin Simangunsong mengatakan, korban tewas setelah terkena sabetan celurit di beberapa bagian tubuh. Sudin menuturkan, sebelumnya antara korban dan lawan sudah janjian untuk berkelahi.
"Jadi mereka memang sudah janjian mau berantem antar sekolah SMP. Bukan tawuran," kata Sudin saat dikonfirmasi, Sabtu (25/11).
Sudin menambahkan, saat berkelahi, korban tidak sendiri. Ada dua teman lainnya yang ikut berkelahi. Masing-masing dari mereka juga sudah punya lawannya sendiri.
Saat pertarungan tersebut, korban mengalami luka robek sabetan celurit di bagian pinggang belakang, pinggul, lengan dan pergelangan tangan kanan. Mengetahui hal tersebut, teman korban langsung membawanya ke Puskesmas Rumpin.
"Nyawa korban tidak tertolong dan meninggal di puskesmas karena kehabisan darah," katanya.
Kejadian yang sama juga pernah dialami siswa di Bogor. Pelajar berinisial HCER (15) tewas dalam duel maut ala gladiator.
Saat penyelidikan kasus tersebut berjalan, salah satu tersangka AB mengaku tiga kali memukul pipi serta satu tendangan ke perut hingga menyebabkan korban terkapar dan sekarat.
Melihat korban sudah tak berdaya, AB disuruh oleh salah satu seniornya yang juga telah menjadi tersangka untuk menghajar korban sampai KO.
"Di belakang saya ada yang bilang belum KO itu, hajar terus. Pas udah gitu datang wasit," kata AB, Senin (25/9).
Korban masih bernapas setelah dihajar habis-habisan, meski sudah dalam keadaan sekarat. Tersangka bersama siswa lainnya yang berada di lokasi kejadian, membawa korban ke gazebo yang terletak tidak jauh dari Taman Palupuh, Bogor.
Korban mengembuskan napas saat dalam perjalanan ke rumah sakit.
Ketiga terdakwa AB, MS dan HK divonis penjara berbeda oleh PN Kota Bogor. Selain itu, para terdakwa juga wajib mengikuti pelatihan selama tiga bulan di Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa, Cileungsi, Kabupaten Bogor.
HK dan AB dijatuhi vonis dua tahun penjara, Sementara MS divonis penjara selama 1,6 tahun. Sedangkan untuk tersangka lain masih dalam proses hukum.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus bullying atau perundungan makin marak dalam sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaDeretan kasus di atas hanya segelintir. Tentu kondisi tersebut sungguh miris. Pelajar seorang tak lagi menunjukkan sikap sebagai seorang anak terpelajar.
Baca SelengkapnyaSelain kasus kekerasan, kasus-kasus intoleransi di institusi pendidikan harus menjadi perhatian semua pihak.
Baca SelengkapnyaDari laporan 141 kasus yang diterima KPAI, 35 persen di antaranya terjadi pada satuan pendidikan
Baca SelengkapnyaBullying dan perploncoan merupakan dua hal berbeda yang bisa berdampak buruk pada korbannya.
Baca SelengkapnyaKasus bullying memang sangat sering terjadi, termasuk di Indonesia. Belum lama ini viral anak SMA di Banjarmasih menikam teman sekelas yang kerap membullynya.
Baca SelengkapnyaPerkelahian antar pelajar sering dikaitkan dengan perilaku negatif/menyimpang hingga pelanggaran hukum.
Baca SelengkapnyaBullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik, verbal, atau perilaku sosial yang merugikan korban.
Baca SelengkapnyaKorban saat ini dirawat di rumah sakit karena mengalami memar hingga luka bakar di tubuhnya.
Baca SelengkapnyaKata-kata anti bullying berfungsi sebagai alat penting untuk mengedukasi, menginspirasi, dan menggalakkan kebaikan serta empati di antara individu.
Baca SelengkapnyaAkibat tawuran satu orang alami luka bacok di bagian punggung.
Baca SelengkapnyaSekolah akan tegas terhadap siswa yang terlibat perundungan dan hukum.
Baca Selengkapnya