Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Revolusi mental di balik tanaman sorgum

Revolusi mental di balik tanaman sorgum tanaman sorgum. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Kita tidak bisa menunggu orang lain mengubah diri kita tetapi perubahan harus kita mulai dari diri sendiri sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang terdepan. Begitulah semangat revolusi mental yang muncul dari Maria Loretha, seorang penggagas, pembenih dan juga pendamping petani penanam sorgum asal Pulau Adonara Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Tidak semua orang mengenal sorgum. Komoditas ini nyaris terlupakan, namun dengan tangan dingin Mama Loretha – sapaan akrabnya, sorgum berkembang dari komoditas yang tidak dipandang menjadi komoditas terpandang, setidaknya di provinsinya, NTT.

Sebagai seorang perempuan yang berkutat dengan pemberdayaan sorgum, revolusi mental dapat terjadi ketika orang mau beralih dari nasi menjadi sorgum dan kemudian sorgum berkembang menjadi makanan pokok.

"Saya sering mendengar dari teman-teman yang berasal dari Eropa. Mereka bahkan telah menjadikan sorgum sebagai makanan pokok dan dengan beralih ke sorgum maka menurut saya inilah revolusi mental," jelasnya ketika di wawancara dalam acara Curah Pendapat Implementasi Revolusi Mental yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Grand Mercure Hotel Jakarta.

Lahan sorgum saat ini berkembang menjadi sumber pangan dan sekaligus sebagai sumber pendapatan ekonomi bagi masyarakat.

"Lahan-lahan tidur yang selama ini tidak diberdayakan, sekarang berkembang menjadi lahan produktif dan menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat," ungkap Mama Loretha antusias.

Jatuh-bangun mengembangkan sorgum sudah dirasakan oleh Mama Loretha. Bahkan saking kuatnya komitmennya dalam mengembangkan sorgum, mata dan telinganya sudah kebal akan komentar negatif.

"Saya tidak peduli dengan berbagai pendapat orang dan mata, telinga, bahkan mental saya sudah sekeras tembok" tegasnya.

Mama Loretha tidak ambil pusing atas minimnya biaya bahkan dirinya menegaskan ada maupun tidak ada uang, pengembangan sorgum yang dilakukannya harus tetap berjalan.

Nilai gotong royong yang selalu menjadi pegangan Mama Loretha dalam aktivitasnya mengembangkan tanaman sorgum. "Tanpa adanya gotong royong, sulit untuk dapat mengembangkan sorgum hingga dapat berkontribusi positif pada masyarakat," jelasnya.

Nilai gotong royong ini tidak lepas dari sebuah kearifan lokal yang ada di Flores Timur yaitu 'gemohin'. "Gemohin menggambarkan kerja gotong royong yang dilakukan oleh masyarakat seperti membersihkan kebun, memilih hasil komoditi, atau memperbaiki rumah bersama-sama, nah ini kita tumbuhkan dalam bentuk kelompok-kelompok untuk memudahkan pekerjaan mereka di ladang maupun kebun. Nilai-nilai itulah yang kita tumbuhkan," jelasnya dengan antusias.

Mama Loretha kemudian memaparkan bahwa revolusi mental memiliki sebuah kata kunci yang penting: perubahan. Ketika seseorang memiliki komitmen untuk berubah menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya, maka revolusi mental sesungguhnya telah terjadi.

"Sebagai contoh ketika seorang birokrat mau berubah dan memberikan layanan yang cepat dan mudah, maka inilah sesungguhnya perubahan yang diharapkan, tidak saja berdampak di internal tempat kerja birokrat tersebut, tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat," papar Mama Loretha.

Mengakhiri wawancara, Mama Loretha ingin agar revolusi mental dapat mengakar pada diri seluruh masyarakat Indonesia sehingga nantinya Indonesia dapat menjadi negara maju dan terpandang di dunia.

"Mari mulai dari diri sendiri. Karena revolusi mental tidak bisa menunggu lama. Mulai dari sekarang, dari hal yang paling kecil, dan sekarang juga," pungkasnya bersemangat.

(mdk/hhw)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Didedikasikan untuk Istri Presiden RI Ke-2, Ini Asal-usul Anggrek Tien dari Sumatra Utara
Didedikasikan untuk Istri Presiden RI Ke-2, Ini Asal-usul Anggrek Tien dari Sumatra Utara

Anggrek ini hanya hidup dan tumbuh di daerah tertentu dan kini sudah menjadi flora endemik Sumatra Utara.

Baca Selengkapnya
Sepenggal Cerita Seni Koromong Asal Sumedang, Gamelan Warisan Raja untuk Suburkan Pertanian
Sepenggal Cerita Seni Koromong Asal Sumedang, Gamelan Warisan Raja untuk Suburkan Pertanian

Koromong tak bisa sembarangan dimainkan, karena dipercaya memiliki petuah dan sampai sekarang dipatuhi oleh warga.

Baca Selengkapnya
Siapa yang Mengira, Tahu Sumedang Awalnya Dibuat Orang Tionghoa untuk Istrinya
Siapa yang Mengira, Tahu Sumedang Awalnya Dibuat Orang Tionghoa untuk Istrinya

Karena di Sumedang tidak ada tofu, lantas Ong Ki No berusaha membuat tahu semirip mungkin dengan yang diinginkan istrinya tersebut.

Baca Selengkapnya
Kisah Ibu-Ibu di Magelang Bertani Rosela karena Terdampak Corona, Modal Sedikit Untung Besar dan Kaya Manfaat
Kisah Ibu-Ibu di Magelang Bertani Rosela karena Terdampak Corona, Modal Sedikit Untung Besar dan Kaya Manfaat

Hasil olahan bunga rosela bisa beraneka ragam dan punya banyak khasiat

Baca Selengkapnya
Curah Hujan Rendah, Petani Rote Gunakan Teknik Begini untuk Jaga Ketahanan Pangan
Curah Hujan Rendah, Petani Rote Gunakan Teknik Begini untuk Jaga Ketahanan Pangan

Pertanian di Pulau Rote sebagian besar mengandalkan teknik sawah tadah hujan, di mana para petani berhasil panen dengan baik meskipun tanpa irigasi.

Baca Selengkapnya
Belajar Berbisnis Ala Soeparno, 'Guru' Pengrajin Bawang Goreng di Jatiasih Bekasi
Belajar Berbisnis Ala Soeparno, 'Guru' Pengrajin Bawang Goreng di Jatiasih Bekasi

Keberadaan para pengrajin bawang di Kampung Jaha tak lepas dari peran Soeparno yang dianggap sebagai 'guru'.

Baca Selengkapnya
Pohon Kurma Ini Tumbuh Sendiri di Daerah Perbukitan Rembang, Pemiliknya Sempat Mengira Pohon Salak
Pohon Kurma Ini Tumbuh Sendiri di Daerah Perbukitan Rembang, Pemiliknya Sempat Mengira Pohon Salak

Pohon kurma itu berbuah sangat lebat di pekarangan seorang warga.

Baca Selengkapnya
Kisah Sukses Diana Dirikan Usaha Modal Hanya Rp1 Juta, Kini Raup Omzet Rp60 Juta per Bulan
Kisah Sukses Diana Dirikan Usaha Modal Hanya Rp1 Juta, Kini Raup Omzet Rp60 Juta per Bulan

Pilihannya jatuh ke usaha budi daya jamur. Wanita ini tercetus ide untuk memopulerkan jamur di Makassar.

Baca Selengkapnya