Ribuan aksara Bali dalam lontar rusak parah
Merdeka.com - Pemerintah Provinsi mendata terdapat 8.239 cakep lontar menggunakan aksara Bali. Kinerja selama dua bulan dilakukan 716 penyuluh Bahasa Bali ini menemukan sebanyak 2.562 cakep lontar dalam kondisi rusak parah.
"Penyuluh Bahasa Bali ini blusukan mendata lontar yang berada di desa tempat tugas mereka masing-masing. Identifikasi data yang dilaksanakan menunjukkan keberadaan lontar di Bali sangat menyedihkan," terang Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Provinsi Bali, Nyoman Suka Ardiyasa, Kamis (16/9).
-
Apa yang ditemukan di dalam lempengan aksara paku? Semuanya bisa ditemukan di sana, dari daftar belanja hingga putusan pengadilan. Tablet ini memberikan pandangan ke masa lalu manusia beberapa ribu tahun yang lalu. Namun, lapisan-lapisan tersebut sudah sangat lapuk dan sulit untuk diterjemahkan bahkan bagi mata yang terlatih
-
Apa saja yang ditemukan? Dalam makalah yang diterbitkan di jurnal Ilmu Pengetahuan Terbuka Royal Society, sebuah tim yang dipimpin oleh James Barrett dari McDonald Institute for Archaeological Research di Universitas Cambridge, Inggris, melaporkan penanggalan radiokarbon dari 153 temuan yaitu panah, perkakas, ski, kain perca, perlengkapan kuda, dan 'tongkat pengusir' – tiang yang digunakan dalam berburu rusa.
-
Apa yang ditemukan? Tulang manusia yang ditemukan pekerja proyek di sekitar lokasi pembangunan memorial Living Park Rumoh Geudong di Gampong Bilie Aron, Glumpang Tiga, Pidie, beberapa waktu lalu.
-
Apa saja artefak yang ditemukan? Sebagian besar artefak yang mudah rusak terbuat dari kayu, termasuk wadah kulit pohon betula, batang proyektil, dan tongkat jalan. Artefak lainnya dibuat dengan menggunakan tulang hewan termasuk sepatu bot kulit yang dijahit dan alat-alat tulang dan tanduk yang diukir.
-
Apa artefak yang ditemukan? Peneliti menemukan sisa-sisa ramuan halusinogen Mesir kuno di dalam sebuah vas bunga berusia 2.200 tahun.
-
Kenapa aksara paku sulit diterjemahkan? Ditambah dengan kenyataan bahwa aksara kuno telah rusak oleh waktu dan penanganan, kualitasnya dapat membuat sulit untuk memindainya ke dalam komputer untuk digunakan oleh sejarawan dan arkeolog dalam penelitian mereka.
Dijelaskan Suka Ardiyasa, dari 8.239 naskah lontar berhasil didata, sebanyak 611 naskah lontar berhasil ditemukan di Kabupaten Buleleng, di mana 330 lontar dalam kondisi terawat, dan 281 cakep lontar dalam kondisi rusak.
Selanjutnya di Kabupaten Badung juga ditemukan Lontar sebanyak 326 cakep, dengan kondisi 164 cakep lontar terawat dan 158 cakep lontar dalam kondisi rusak.
Sementara di Kota Denpasar, di empat kecamatan terdata naskah lontar sebanyak 819 cakep, di mana 655 cakep dalam kondisi terawat. Sementara sisanya, yakni sebanyak 164 cakep lontar dalam kondisi rusak.
Untuk di Kabupaten Gianyar, tim Penyuluh Bahasa Bali juga berhasil melakukan pendataan terhadap 1.513 cakep naskah lontar milik masyarakat. Dari 1.513 cakep lontar ini, 904 cakep dalam kondisi terawat. Sementara sebanyak 609 cakep lontar dalam kondisi tak terawat.
Sementara untuk di Kabupaten Karangasem, ditemukan 284 cakep naskah lontar. Dari 284 cakep tersebut diketahui sebanyak 186 cakep naskah lontar dalam kondisi terawat dan 98 cakep lontar dengan kondisi rusak. Selanjutnya di Kabupaten Klungkung, Penyuluh Bahasa Bali mendata 2103 cakep naskah lontar, dengan kondisi 1487 cakep lontar terawat dan 616 naskah lontar dalam kondisi rusak.
Di Kabupaten Jembrana, penyuluh berhasil mendata naskah lontar sebanyak 238 cakep. Kondisinya, 151 cakep lontar dalam kondisi terawat dan 87 cakep dalam kondisi tidak terawat. Di Kabupaten Tabanan juga didata sebanyak 1.921 cakep lontar. Kondisinya sebanyak 1.532 dalam kondisi baik, sementara sisanya sebanyak 389 Naskah dalam kondisi rusak.
Terakhir di Kabupaten Bangli, terdata sebanyak 555 cakep naskah lontar, dengan kondisi 395 cakep lontar terawat dan 160 cakep naskah lontar dalam kondisi rusak.
"Jujur dari penemuan ini, sangat membahagiakan sekaligus menyedihkan. Bahagia karena dari pendataan telah ditemukan naskah-naskah lontar yang akan menjadi dasar Dinas Kebudayaan melakukan konservasi lebih lanjut. Sedihnya karena ternyata masih banyak masyarakat Bali yang hanya mengkramatkan lontar namun tidak melakukan perawatan yang baik terhadap naskah lontar yang dimiliki,"ungkapnya.
Menurut Ardiyasa, dengan pendataan tersebut menunjukkan bahwa setiap kabupaten di Bali, bahkan sampai ke pelosok desa menyimpan lontar. Dengan demikian, pihaknya menyimpulkan bahwa sejatinya Bali merupakan museum hidup naskah lontar. Maka itu Bali sudah sepantasnya memperlakukan lontar tidak hanya sebagai pusaka melainkan sebagai pustaka.
"Saya berharap, pemerintah, akademisi, budayawan, sastrawan dan seluruh lapisan masyarakat Bali memberikan dukungannya pada penyelamatan ini," harapnya.
(mdk/ang)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mahendra menyampaikan, proses evakuasi koleksi di ruangan terdampak kebakaran melibatkan tim ahli.
Baca SelengkapnyaArtefak yang direpatriasi diambil selama intervensi Belanda di Bali tahun 1906, dan arca-arca dari Candi Singhasari.
Baca Selengkapnya817 koleksi itu terbuat dari berbagai macam bahan. Seperti perunggu, keramik, hingga kayu.
Baca SelengkapnyaAksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Baca SelengkapnyaSebagian besar artefak dicuri setelah perang brutal tahun 1906 yang menewaskan sekitar 1.000 orang Bali.
Baca SelengkapnyaKeberadaan naskah itu membuktikan bahwa dulu di lereng Merapi-Merbabu terdapat komunitas sastrawan yang besar
Baca SelengkapnyaGempa bumi tersebut merusak rumah maupun gedung fasilitas publik.
Baca SelengkapnyaLetusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung api paling dahsyat dalam sejarah peradaban modern
Baca Selengkapnya2000 Orang Terkubur Hidup-Hidup karena Longsor di Papua Nugini, Negara Resmi Minta Pertolongan
Baca SelengkapnyaKecamatan Batang menjadi daerah yang paling banyak terdampak gempa.
Baca Selengkapnya