Ribuan masyarakat Tengger di Malang rayakan hari raya Karo
Merdeka.com - Ribuan masyarakat Suku Tengger yang tinggal di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang menggelar upacara Hari Raya Karo ke-238. Upacara dipusatkan di tanah pemakaman desa setempat dengan dihadiri oleh seluruh warga bersama anak keturunan.
Hari Raya Karo merupakan cara bagi keturunan Tengger dalam bersyukur atas berkah yang diberikan Tuhan. Perayaan tersebut merupakan bentuk penghormatan kepada para leluhur.
Kegiatan diawali dengan sebuah upacara ritual di rumah kepala desa setempat. Warga yang rata-rata kaum perempuan datang dengan membawa aneka jajanan yang ditata di depan rumah. Acara dihadiri para perangkat desa dengan proses ritual dipimpin oleh seorang dukun desa.
-
Apa kepercayaan leluhur suku Karo? Sementara itu, dalam buku Mengenal Orang Karo karya Roberto Bangun pada 1989 lalu menyinggung bahwa leluhur masyarakat Karo memiliki kepercayaan tersendiri bernama Agama Pemena.
-
Siapa leluhur suku Karo? Mengutip jurnal dari UINSU yang mengangkat seputar leluhur masyarakat Karo, dikatakan bahwa sang leluhur bukanlah keturunan dari Si Raja Batak yang selama ini dikenal.
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
-
Apa yang sering dirayakan di Indonesia? Masyarakat sebentar lagi akan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
-
Bagaimana cara merayakan hari Tasyrik? Telah disebutkan di atas, pada hari tasyrik setiap muslim diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah apapun kecuali berpuasa.
-
Apa yang dirayakan di Pekan Budaya Tarakan? Pekan Kebudayaan Daerah Kota Tarakan, yang merupakan rangkaian dari kegiatan Pesta Budaya Iraw Tengkayu ke-XII Tahun 2023 telah diselenggarakan selama satu pekan resmi ditutup.
"Ini kita sebut dengan Sedekah Pangonan. Sudah menjadi adat budaya yang dilaksanakan secara turun-temurun," kata Pujianto (42), Kepala Desa Ngadas saat ditemui di rumahnya, Selasa (6/10).
Alam pegunungan Tengger telah memberikan rezeki kepada anak turun Suku Tengger. Sedekah Pangonan ini bentuk rasa syukur kepada alam, tempat mencari rezeki yang dianugerahkan oleh Yang Maha Kuasa.
Jajanan-jajanan yang sudah mendapatkan doa dan mantera dari dukun adat, berikutnya sebagian diserahkan kepada kepala desa. Jajanan tersebut berikutnya dibagikan kepada masyarakat sekitarnya. Sedangkan sebagian lagi akan dijadikan taping atau sesembahan untuk kebun, ternak dan sawah, yang menjadi sumber kehidupan.
Acara dilanjutkan nyadran (ziarah kubur) oleh para perangkat desa ke makam tokoh leluhur desa Ngadas. Ada tiga makam dalam satu cungkup yang dikunjungi yakni Mbah Sedek yang meninggal pada 1824, Mbah Tirun meninggal pada 1831, serta Mbah Asmokerto yang meninggal pada 1970. Sebuah upacara singkat digelar untuk memanjatkan doa, sebelum kemudian menempatkan sesandingan untuk leluhur.
"Dalam sejarahnya desa ini dibuka 1774 oleh leluhur dari Mataram," kata Pujiono.
Seluruh warga desa selanjutnya berduyun-duyun menuju ke tanah makam desa. Warga membawa aneka masakan dalam rantang bersusun yang berisi buah-buahan dan aneka masakan. Satu keluarga berkumpul di makam luluhur masing-masing dengan membawa alas sebagai tempat duduk.
Sebagian membawa payung untuk melindungi diri dari terik matahari. Begitu tiba, sesaat mereka memanjatkan doa, sebelum kemudian mengikuti puncak kegiatan.
Sementara dari rumah kepala desa, beriringan para perangkat dan pemimpin adat berjalan dengan aneka tetabuan. Paling depan, berjalan dua ekor jalan kecak yang bergoyang mengikuti irama tetabuan. Seperti warga yang lain, para rombongan juga melengkapi diri dengan aneka makanan.
Rombongan langsung menuju atas panggung, upacara dimulai dengan dipimpin dukun desa, Sutomo (55) yang didampingi kakaknya, dukun Aman (56). Keduanya memanjatkan mantera-mantera doa sesuai dengan adat. Kekhusyukan doa, membuat masyarakat hening, bahkan hanyut dalam suasana batin masing-masing.
"Semua kebutuhan nafkah telah dicukupi oleh alam Tengger. Sisa dari makanan yang dinikmati di sini sebagian diletakkan di sawah, diberikan kepada ternak. Ini perwujudan terima kasih kepada bumi," kata Dukun Aman usai acara.
Keturunan Suku Tengger tinggal di 48 Desa yang tersebar di 4 Kabupaten, yakni Lumajang, Probolinggo, Pasuruan dan Jember. Sementara warga yang menempati Desa Ngadas berjumlah 498 Kepala Keluarga.
"Semua mengikuti dan menjalankan upacara adat seperti ini. Keturunan Tengger terikat dalam adat budaya, sama-sama memiliki dan sama-sama melestarikan," katanya.
Semua agama tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Suku Tengger. Secara komposisi di Desa Ngadas, hidup berdampingan antara Islam, Budha dan Hindu.
"Adat ini bukan milik agama, agama apa pun berkembang asalkan bisa mematuhi menghormati adat yang ada," ujarnya. (mdk/amn)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kawasan Bromo Tengger Semeru tidak hanya memiliki pesona alam yang indah, masyarakat lokalnya juga memiliki kebudayaan yang memesona.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaWarga percaya bahwa tupeng raksasa tersebut mengandung keberkahan dan kebaikan di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaMereka melakukan itu semua demi memperingati jasa para pahlawan
Baca SelengkapnyaPuncak festival Iraw Tengkayu XII Tarakan di kawasan wisata Ratu Intan Pantai Amal berlangsung semarak, Minggu, (8/10) sore.
Baca SelengkapnyaTradisi mengarak perahu dan pembagian hasil bumi dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan sejak tahun 1939.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaRitual adat Kebo-keboan Alas Malang yang digelar masyarakat Desa Alas Malang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Minggu (30/7), berlangsung meriah.
Baca SelengkapnyaTradisi Unan-unan dirayakan oleh semua orang Tengger baik yang beragama Hindu, Islam, hingga Kristen.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca Selengkapnya