Ribuan warga berebut Dhahar Kembul di Sekaten Yogyakarta
Merdeka.com - Sebanyak 99 nasi tumpeng disajikan di acara Kepung Tumpeng Dhahar Kembul Sego Gurih untuk memeriahkan Sekaten sekaligus mios gongso keluarnya dua pusaka gamelan Kiai Gunturmadu dan Kiai Nogowilogo, Selasa (07/01) di alun-alun lor, Yogyakarta.
Secara simbolis, Dhahar Kembul ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat terhadap segara rejeki yang telah diberikan oleh Allah. Dalam bahasa indonesia Dhahar Kembul berarti makan bersama-sama.
Menurut ketua panitia Dhahar Kembul, Ida Fitri, 3 tingkat sogo atau nasi gurih ini terdiri dari 99 nasi dengan pada tingkat pertama berdiameter 3 meter, tingkat kedua 2 meter, dan tingkat ke tiga berdiameter 1 meter.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
-
Kenapa orang Jawa di Malaysia tetap lestarikan tradisi? Namun mereka tak ingin meninggalkan identitas asal. Walaupun berada di negeri orang mereka tetap lestarikan budaya Jawa.
-
Bagaimana Banyuwangi jamin tradisi budaya? Untuk menjaga tradisi dan budaya leluhur, Pemkab Banyuwangi juga rutin menggelar sejumlah agenda. Salah satunya Festival Banyuwangi Kuliner yang konsisten mengangkat masakan khas daerah. Sebut saja pecel rawon, ayam pedas, pecel pitik, sego tempong, hingga ayam kesrut juga pernah ditampilkan dalam ajang tahunan tersebut.
-
Bagaimana cara menjaga keberagaman budaya di Indonesia? Satu di antara cara menjaga keberagaman sosial budaya adalah dengan menerapkan toleransi antarkelompok masyarakat.
-
Kenapa tatarucingan Sunda diwariskan secara turun-temurun? Permainan ini sudah berlangsung secara turun-temurun. Ada beberapa tatarucingan Sunda, mulai dari plesetan, sosial, seni, dan lainnya.
-
Kenapa pantun adat perlu dijaga? Di dalam sebuah pantun adat sudah terkandung nilai-nilai, norma adat, petuah bijak hingga makna mendalam yang menjadikannya warisan budaya perlu dijaga.
"Semua ini disiapkan oleh asosiasi pengusaha jasa boga kota Yogya, selain nasi tumpeng, ada sekitar 1000 endog abang (telur merah) dan 2000 porsi nasi gurih siap makan untuk masyarakat," ujarnya.
Di balik kemeriahan Dhahar Kembul tersebut, Ida mengatakan acara tersebut digelar sebagai salah satu upaya pelestarian budaya, khususnya makanan tradisional. "Ini adalah bagian dari kebudayaan Yogya, kita punya tanggung jawab melestarikan," ungkapnya.
Kepung tumpeng ini dimulai dengan pembacaan doa oleh petugas dan dilanjutkan dengan menyerahkan satu tumpeng kepada wali kota Yogyakarta. Begitu dipersilakan makan, ratusan masyarakat yang antusias langsung menyerbu sego gurih itu.
Bagi warsono, salah seorang warga Gondomanan yang ikut dalam Dhahar Kembul ini bukan sekadar rekreasi tapi juga pelestarian budaya. "Bisa merasakan makan bersama di alun-alun bersama warga rasanya menyenangkan, budaya guyup di Yogya jadi terasa," ujarnya.
Warsono tidak datang sendirian, dia mengajak istri dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku SD. Dia berharap dengan acara ini kebudayaan Yogya bisa terus dijaga dan diteruskan ke anak cucu. "Tradisi itu harus diwariskan jangan sampai hilang karena zaman," harapnya. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sekaten adalah tradisi Jawa dalam menyambut Maulid Nabi. Yuk, kenali sejarah, makna, dan ritual unik di balik perayaan penuh spiritualitas ini!
Baca SelengkapnyaUpacara yang digelar tiap bulan Sapar itu digelar untuk menjaga nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun.
Baca SelengkapnyaTradisi Wiwitan rutin diadakan setiap tahun oleh para petani di Jogja. Acara itu dirangkai dengan berbagai kegiatan kesenian
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaAda banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Baca SelengkapnyaMengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Baca SelengkapnyaMenak Koncer merupakan tradisi yang berkembang di Dusun Resowinangun, Desa Pledokan, Kecamatan Sumowono, Semarang, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setiap perayaan Hari Raya Karo yang jatuh pada tanggal 15 bulan Karo dalam kalender Saka.
Baca SelengkapnyaWarga secara kompak menggotong rumah ke kampung tetangga untuk mengingat kejamnya tentara Jepang di masa penjajahan
Baca SelengkapnyaTradisi Puter Kayun bukan hanya warisan budaya, tetapi juga menjadi daya tarik wisatawan.
Baca SelengkapnyaZaman terus berkembang. Seiring berjalannya waktu, tradisi hingga adab menjadi kian rentan untuk ditinggalkan generasi muda.
Baca Selengkapnya