Ribut Laksmi di pameran buku Frankfurt
Merdeka.com - Dunia sastra Indonesia kembali bergolak. Belum reda betul polemik akibat nama konsultan politik Denny JA masuk dalam buku '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh', kini para sastrawan ribut soal Frankfurt Book Fair 2015.
Pada pameran buku tahunan terbesar dunia yang dihelat 13-18 Oktober mendatang itu, Indonesia memang ditunjuk sebagai tamu kehormatan (guest of honour).
Nah, polemik muncul karena ada tuduhan bahwa Komite Nasional Indonesia untuk Frankfurt Book Fair (FBF) 2015, yang diketuai Goenawan Mohamad, mempunyai skenario khusus untuk memunculkan dua penulis untuk dijadikan bintang utama dalam pameran di negara bagian Hessen, Jerman, itu.
-
Siapa tokoh utama di 'Kajiman'? Aktor Aghniny Haque, yang sebelumnya memerankan karakter Ayu dalam “KKN DI DESA PENARI“, tampil sebagai pemeran utama dalam film ini, memerankan tokoh Asha.
-
Siapa yang terlibat? Konflik pribadi adalah konflik yang melibatkan satu individu dengan individu lainnya.
-
Siapa yang pernah menjadi wartawan berprestasi dan komisaris Garuda Indonesia? Yenny Wahid memiliki cukup banyak sepak terjang dalam ranah berbeda-beda. Ia pernah menjadi wartawan berprestasi hingga komisaris Garuda Indonesia.
-
Siapa yang menjadi ketua tim pemenangan RK-Suswono di Jakarta? Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus akhirnya menunjuk Bendahara Umum (Bendum) Partai NasDem, Ahmad Sahroni sebagai ketua pemenangan untuk pasangan Ridwan Kamil - Suswono di Jakarta.
-
Siapa yang memimpin Sidang PPKI? Sidang bersejarah itu dipimpin oleh Soekarno.
-
Siapa yang memimpin delegasi Indonesia di pertemuan Konsultasi? Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Djatmiko Bris Witjaksono.
Dua penulis itu adalah Laksmi Pamuntjak dan Leila S Chudori, sastrawan yang memang dikenal dekat dengan Goenawan Mohamad. Laksmi merupakan penejermah sejumlah kumpulan puisi Goenawan. Sementara Leila adalah rekan sekaligus bekas anak buah sang budayawan sewaktu masih menjadi pemimpin redaksi di sebuah media besar.
Tuduhan muncul pertama kali dari Linda Christanty lewat dinding akun Facebook-nya. Adalah pemberitaan di situs DW Indonesia pada 23 Juni 2015 yang membuat pemenang Khatulistiwa Literary Award 2004 itu mencium aroma skenario 'bintang utama' tersebut.
Dalam berita di media Jerman versi bahasa Indonesia itu tertulis, "Dari 13-18 Oktober Indonesia akan tampil di Frankfurt sebagai Tamu Kehormatan. Yang cukup mengejutkan, kebanyakan yang memaksa Indonesia berhadapan dengan sejarah gelapnya adalah penulis perempuan."
Linda menyatakan, fenomena atau kecenderungan penulis perempuan menulis tentang tema 1965 tidak ada sama sekali. Menurutnya, penulis Indonesia, baik laki-laki maupun perempuan, mengisahkan peristiwa tersebut dalam karya-karya mereka sejak masa Soeharto sampai hari ini.
"Itu (kecenderungan penulis perempuan) kebohongan yang luar biasa," tulis Linda di dinding akun Facebook-nya, Rabu (23/6).
Linda memaparkan, penulisan dan penerbitan karya fiksi yang mengisahkan peristiwa 1965 bahkan telah dimulai tidak lama setelah Soeharto berkuasa. Sebut saja Noorca M Massardi dengan novel 'September', Umar Kayam dengan cerpen 'Sri Sumarah dan Bawuk' dan dan Ahmad Tohari dengan trilogi novel 'Ronggeng Dukuh Paruk'.
Linda mencurigai, pengarahan tema 1965 hanya demi mengangkat nama Laksmi dan Leila, yang masing-masing merupakan penulis novel 'Amba' (2012) dan 'Pulang' (2014). Kedua karya fiksi itu memang bertema 1965.
Sastrawan AS Laksana juga mencium pengarahan tema 1965 demi memunculkan bintang utama tersebut. Padahal, tema yang diusung Indonesia sebagai tamu kehormatan adalah '17.000 Islands of Imagination'.
"Alih-alih memperkenalkan keberagaman tema karya sastra Indonesia atau mempromosikan imajinasi dari 17.000 pulau, panitia Indonesia justru menyempitkan imajinasi dan menyelewengkannya ke peristiwa 1965 sebagai tema utama bayangan," kata AS Laksana juga dalam dinding akun Facebook-nya, kemarin.
Ketika pembicaraan tentang 1965 menguat, ujar Sulak, sapaan akrab Laksana, tentu saja akan tampak masuk akal untuk mengedepankan Laksmi Pamuntjak. "Ia menulis novel 'Amba' yang bertema 1965. Masuk akal? Tidak!" tulisnya.
Namun bagi Sulak, nama Leila cuma figuran seperti Ahmad Tohari yang juga dihadirkan karena trilogi Ronggeng Dukuh Paruk' mengangkat tema 1965. "Tetapi Laksmi Pamuntjak yang diarak sebagai bintang utama," ujar tokoh sastra pilihan Tempo 2013 itu.
Ribut-ribut soal Laksmi dalam pameran buku Frankfurt ini pun terus meluas di kalangan publik sastra, khususnya lewat diskusi di media sosial. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejagung menetapkan 6 tersangka terdiri dari petinggi PT Antam kasus pemelasuan 109 ton emas
Baca SelengkapnyaPenyidik kembali memanggil sejumlah pejabat PT Antam Tbk untuk menggali lebih dalam perkara tersebut.
Baca SelengkapnyaFebrie dilaporkan Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso bersama KSST atas dugaan keterlibatan kesepakatan lelang barang rampasan benda sita korupsi
Baca SelengkapnyaTujuh orang menjadi tersangka kasus dugaan tindak pidana korupsi pada pengelolaan kegiatan usaha komoditi emas tahun 2010 sampai dengan 2022.
Baca SelengkapnyaKejagung Tetapkan 6 Eks General Manager Antam jadi Tersangka Korupsi Pemalsuan 109 Ton Emas
Baca SelengkapnyaLaporan ini terkait kasus dugaan korupsi lelang barang rampasan benda sita korupsi berupa satu paket saham PT Gunung Bara Utama (GBU).
Baca SelengkapnyaKejagung ungkap alasan korupsi emas antam baru diungkap di tahun 2024
Baca Selengkapnya6 Mantan GM Antam ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi
Baca SelengkapnyaKejagung mengapresiasi proses pelaporan terhadap seseorang apabila memang membawa fakta bukan karena niatan menjatuhkan nama seseorang.
Baca Selengkapnya