Ricuh Eksekusi Lahan di Enrekang, Wakapolres Terluka Kena Lemparan Batu
Merdeka.com - Proses eksekusi lahan sengketa di Desa Bubun Lamba, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang berakhir ricuh. Wakapolres Enrekang, Komisaris Polisi Ismail H Purwanto sampai terluka akibat terkena lemparan massa yang menolak eksekusi lahan.
Kapolres Enrekang, Ajun Komisaris Besar Polisi Arief Doddy Suryawan membenarkan jika Wakapolres Enrekang terluka saat ricuh pengamanan eksekusi lahan di Desa Bubun Lamba, Kecamatan Anggeraja. Arief mengungkapkan, Ismail mengalami luka bagian telinga karena terkena lemparan batu.
"Iya, di bagian daun telinganya tadi. Saya sempat tanya dan sempat terkena (lemparan batu) beliau," ujarnya saat dikonfirmasi melalui telepon, Senin (7/3).
-
Mengapa eksekusi lahan itu ricuh? Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira membenarkan anggotanya mengalami luka akibat sabetan sajam saat PN Jambi melakukan eksekusi.
-
Siapa yang terluka dalam eksekusi tersebut? Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.
-
Bagaimana anggota polisi terluka? Dia memaparkan, provokator dalam peristiwa itu sudah diamankan di Polresta Jambi.
-
Kenapa Polisi diserang? Polisi diserang karena tersangkameronta dan berteriak sehingga mengundang perhatian orang-orang di sekelilingnya. 'Itu bukan orang tidak dikenal itu, keluarga tersangka (yang menyerang). Ditangkap di rumah, kemudian dibawa, diborgol teriak-teriak dia. Begitu ceritanya,' kata dia.
-
Siapa yang terlibat keributan? 'Minggu (7/7), terjadi perselisihan antara saudara MK dan DN di salah satu acara hajatan di wilayah hukum Polsek Majalaya,' demikian dikutip dari keterangan video.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
Arief menjelaskan, kronologi terjadinya ricuh saat pengamanan eksekusi lahan berawal saat massa yang menentang melakukan orasi. Arief mengatakan, kelompok yang menentang eksekusi lahan tersebut melempari personel kepolisian yang bertugas melakukan pengamanan.
"Kronologi massa yang menentang itu melakukan orasi. Mereka menentang dan juga melempari batu," ungkapnya.
Tak hanya melempar batu, massa juga membakar satu unit motor. Padahal, kata dia, pihaknya masih melakukan negosiasi dengan perwakilan warga yang menolak eksekusi lahan tersebut.
"Jadi pada saat melakukan negosiasi, mereka membakar motor dan melempari kami. Sehingga kami melakukan tindakan tegas kepolisian dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa," bebernya.
Arief mengaku belum mengetahui siapa yang membakar motor tersebut. Tidak hanya itu, polisi juga belum mengetahui plat kendaraan yang dibakar tersebut.
"Itu yang kami belum tahu, karena saat kami bernegosiasi tiba-tiba ada didorong motor yang dalam kobaran api. Kami belum tau siapa dan plat motornya apa," tegasnya.
Arief menambahkan atas kejadian tersebut, pihaknya mengamankan dua orang yang diduga sebagai provokator. Polisi masih melakukan pendalaman terkait masalah tersebut.
"Sementara ini masih dua orang diamankan dan kita kembangkan," tuturnya.
Arief mengaku saat ini kondisi di Desa Bubun Lamba, Kecamatan Anggeraja sudah kondusif. Ia menyampaikan agar warga tidak perlu takut untuk melintas di tempat tersebut.
"Sudah aman sejak tadi sore. Lalu lintas juga sudah kita buka, mungkin ada masyarakat yang takut masih massa yang berkumpul sehingga tidak berani melintas," ucapnya.
Sementara itu, Penasihat hukum warga pemilik lahan, Ida Hamida mengaku curiga ada pihak yang memprovokasi warga sehingga melempar polisi saat pengamanan eksekusi lahan. Padahal, dirinya sudah mengingatkan kepada kliennya untuk tidak anarkis karena masih menempuh proses hukum lainnya.
"Kami curiga ada yang memprovokasi sehingga mereka melempar. Kami sudah sampaikan agar tidak terpancing," ujarnya kepada wartawan.
Duduk Perkara
Ida mengaku sudah mendapatkan informasi terkait adanya dua orang warga yang ditangkap polisi. Kini keduanya, kata Ida, sudah berada di Polres Enrekang.
"Iya, ada dua orang yang diamankan. Ini kami sementara menuju ke Polres," bebernya.
Ida mengungkapkan, penolakan warga atas eksekusi lahan terjadi setelah adanya putusan Pengadilan Negeri Enrekang tentang perkara lahan seluas 4 ribu meter persegi di Desa Bubun Lamba.
Ia mengungkapkan tanah seluas 4 ribu meter persegi tersebut merupakan milik tujuh kliennya yakni Taro Tajang, Ansyar, Mamu, Dedi, Jamal, Hasanuddin, Darmince, dan Nasruddin.
"Kami menolak eksekusi lahan ini karena mereka ini memiliki sertifikat (hak milik) sejak tahun 2004. Ada banyak kejanggalan dalam putusannya sehingga kami meminta PN Enrekang untuk menunda (eksekusi lahan) sampai upaya hukum yang kami lakukan selesai," tegasnya.
Ida mengungkapkan, lahan 4 ribu meter persegi tersebut digugat oleh tiga orang yakni Hj Saddia, Satiah, dan Sadaria. Mereka bertiga, kata dia, merupakan anak dari Bangun yang mengaku sebagai ahli waris lahan tersebut.
"Yang gugat ini mengaku tanah itu milik mereka karena ada hibah dari Baddu Sabang, tapi tidak ada alas haknya. Dasar mereka itu Surat Keterangan Penyerahan Bidang Tanah ter tanggal 8 September 1978, diberikan secara hibah oleh Baddu Sabang," ucapnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapolri telah meminta seluruh aparat mempersiapkan diri untuk mengamankan proses pemakaman Lukas Enembe.
Baca SelengkapnyaAkibat peristiwa itu, anggota Polres Jakpus mengalami luka robek pada bagian kepala.
Baca SelengkapnyaKericuhan terjadi saat eksekusi lahan di Jalan Baru, Payo Selincah, Jambi Timur, Kota Jambi, Senin (18/12). Seorang anggota Polri terluka dalam peristiwa itu.
Baca SelengkapnyaKerusuhan itu sempat mengakibatkan Pj Gubernur Papua M Ridwan Rumasukun mengalami luka akibat terkena lemparan batu.
Baca SelengkapnyaSejumlah bangunan di Area Bucen III Waena, Jayapura, terbakar imbas kericuhan iring-iringan jenazah Lucas Enembe.
Baca SelengkapnyaSpontan anggota yang lain langsung melindunginya dengan tameng plastik dan diarahkan menjauh dari lokasi.
Baca SelengkapnyaAnggota Brimob yang terluka langsung dirujuk ke RS Polri Kramatjati untuk mendapat tindakan medis.
Baca SelengkapnyaNasib nahas dialami seorang anggota Brimob Polda Kepri setelah terkena busur panah saat mengamankan penggusuran pemukiman ilegal di Batam, Kepulauan Riau.
Baca SelengkapnyaKorban luka akibat kerusuhan saat iring-iringan prosesi pemakaman mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe, mencapai 14 orang.
Baca SelengkapnyaTerdapat 14 korban luka, termasuk Pj Gubernur Provinsi Papua Dr Muhammad Ridwan Rumasukun.
Baca SelengkapnyaPenembakan peluru karet itu telah sesuai prosedur setelah dilakukan imbauan dan tembakan gas air mata.
Baca SelengkapnyaSelain melakukan penganiayaan terhadap polisi, massa juga merusak sejumlah fasilitas publik.
Baca Selengkapnya