Ridwan Kamil Perjuangkan Pemekaran di Jabar Demi Pangkas Ketimpangan Ekonomi
Merdeka.com - Jawa Barat diklaim menjadi daerah unggulan bagi perusahaan untuk berinvestasi di sektor infrastruktur. Namun, pembangunan ini belum merata dengan indikator masih adanya ketimpangan sosial masyarakat.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengatakan Jabar masih menjadi prioritas nomer satu untuk investasi. Dari 100 persen industri yang ada di Indonesia, 60 persen perusahaan menanamkan modalnya di Jabar, sisanya disebar ke provinsi lain.
Pria yang akrab disapa Emil ini pun mengakui bahwa infrastruktur memiliki peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Ia menyatakan, indeks kepuasan publik pun Jabar adalah daerah yang infrastrukturnya baik.
-
Kenapa kesenjangan terjadi di masyarakat? Kesenjangan dalam masyarakat bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan.
-
Bagaimana cara Pj Gubernur Jateng membantu masyarakat Jateng untuk lepas dari kemiskinan? 'Setelah itu, baru kemudian diberikan modal usaha untuk memacu masyarakat berusaha atau berbisnis. Ini rangsangan agar mereka lepas (dari kemiskinan),' kata Nana.
-
Bagaimana Kaltim bantu desa melawan kemiskinan? Salah satunya adalah Bantuan Keuangan (Bankeu) Provinsi Kaltim sebesar Rp 50 juta yang diberikan kepada 841 desa di seluruh kabupaten.
-
Bagaimana perangkat desa di Kutim mendapat kenaikan gaji? Kenaikan gaji juga akan meningkatkan tingkat profesionalisme aparatur desa. Ketika gaji yang diterima mencerminkan nilai dari pekerjaan yang dilakukan, perangkat desa akan merasa lebih dihargai dan terdorong untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya.
-
Di mana desa miskin itu berada? Salah satu desa miskin berada di Desa Cipelem, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
-
Apa yang dilakukan Pj Gubernur Jateng untuk percepatan penanggulangan kemiskinan? Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah, Komjen Pol (P) Nana Sudjana menyerahkan bantuan modal usaha ekonomi produktif kepada ratusan warga. Hal itu guna mempercepat penanggulangan kemiskinan di wilayahnya.
"Berarti (provinsi) yang lain lebih parah," katanya saat menjadi pembicara dalam acara Infrastructure Summit 2019 di Graha Sanusi, Universitas Padjajaran (Unpad) Kota Bandung, Jumat (26/4).
Meski begitu, Jabar tetap membutuhkan konektivitas yang lebih baik. Prinsipnya, dimana ada konektivitas di situ ada ekonomi.
Emil mencontohkan, sebelum ada tol Cipularang, di Kota Bandung hanya terdapat 70 hotel. Setelah ada tol Cipularang, jumlah hotel meningkat menjadi sekitar 400 unit. Hal itu menjadi salah satu indikator pertumbuhan ekonomi di kota Bandung sebesar 7,6 persen.
Namun, bukan berarti tidak ada tantangan di balik catatan positif. Mantan Walikota Bandung ini mengatakan, gini rasio masih tinggi dibanding rata-rata nasional. Hal ini mengindikasikan ada ketimpangan yang harus diselesaikan.
"Definisi ketimpangan banyak, salah satunya ketimpangan kewilayahan. Jabar dari tengah ke utara 2 per 3 manusia Jabar bermukim (atau) berperadabannya di sana. Sebagian kecil di Jabar selatan," ucapnya.
Kemudian ada ketimpangan antara desa dan kota. Masyarakat yang tinggal di kota mempunyai akses terhadap peluang lebih tinggi menjadi nilai tambah. Sementara orang desa cenderung pasif menunggu pertolongan.
"Tadi disampaikan bu menteri (Sri Mulyani), tidak semua pertumbuhan tinggi berbanding lurus dengan penurunan kemiskinan. Jangan-jangan pertumbuhan tinggi dinikmati oleh menengah atas, tidak menengah bawah," imbuhnya.
Inginkan Pemekaran Daerah
Oleh karena itu, selain mencari investor dan meningkatkan pembangunan infrastruktur, fokusnya dalam lima tahun mengurangi ketimpangan kewilayahan melalui perjuangan politik.
"Tidak semua terkuantifikasi ekonomi. Ilustrasinya begini, dana dari ibu Sri Mulyani (Menkeu), perbedaan dana DAU Jawa Timur dengan Jabar itu Rp 10 triliun lebih banyak Jatim," terangnya.
Ia menyebut hal itu adalah ketidakadilan. Pasalnya, penduduk Jabar mendekati 50 juta jiwa. Sedangkan penduduk Jatim hanya 40 juta, tapi pemberian dana dari pemerintah pusat lebih banyak. Secara matematis, tidak masuk akal. Karena anggaran itu berbanding lurus dengan jumlah pemerintah daerah.
Jatim yang penduduknya 40 juta, diurus oleh 38 pemerintah daerah. Jabar, yang memiliki penduduk 50 juta jiwa hanya diurus oleh 27 daerah (kabupaten/kota).
"Saya memohon, saya sudah menyampaikan ke pak presiden langsung, bisakah dana dari pusat itu proporsional dengan jumlah penduduk, bukan proporsional jumlah daerah," ucapnya.
Untuk itu, ia ingin ada daerah otonomi baru. Jawa Barat minimal memiliki 40 pemerintah daerah.
"Kita memperjuangkan ketimpangan ekonomi ini dengan perjuangan politik, memohon kepada pemerintah pusat agar fiskalnya berbanding lurus dengan proporsi penduduk, bukan proporsi daerah. Kedua, akan memperbanyak daerah otonomi baru, supaya pelayanan publik proporsional lebih baik seperti di Jatim," ucapnya.
Akselerasi Pembangunan dengan Skema KPBU
Ridwan mengatakan, hampir semua daerah di Indonesia berpikir sangat konvensional dalam penggunaan anggaran. Mereka hanya mengandalkan dana yang ada di APBD saja.
"Punya APBD 100 ya 100 saja. Akibatnya, mau ngaspal jalan 100 meter kira-kira, hari ini 20 meter dulu tahun ke satu, nanti nunggu uang dulu, sampai tahun ke lima selesai 100 meter. Pola pikirnya, kalau ada uang baru kita belanjakan. Very conventional," tegasnya.
Pemikiran itu sangat berbeda dengan konsep negara-negara maju, seperti Korea, Malaysia atau Inggris. Mereka memanfaatkan skema pembiayaan pembangunan semua sektor menggunakan public private partnership atau KPBU.
"Seperti kita berumah tangga mau punya rumah. Masa nunggu dulu di bantal kita punya uang Rp 3 miliar baru beli rumah di tahun ke lima belas. Yang kita lakukan setelah menikah kita ke bank ambil KPR, cash flow keluarga gak terganggu," imbuhnya.
"Logika sederhana ini tidak terjadi di Indonesia secara umum. Seminar ini jadi penting bagi universitas menggelorakan bahwa ada cara lain dalam mengakselerasi peradaban Indonesia itu. Setelah lima tahun jadi wali kota, sebenarnya pintu membangun itu ada 8 pintu tapi gak semua kepala daerah memahami," pungkas Emil.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ridwan Kamil mengatakan mendapati masalah lingkungan yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh akumulasi dari ketidakadilan tata ruang.
Baca SelengkapnyaWarga merasa resah menunggu kepastian rencana penggusuran yang berembus bakal melanda lahan yang mereka tempati.
Baca SelengkapnyaUntuk menangani masalah kemacetan, RK akan memperbanyak rumah murah di tengah kota
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil percaya bahwa rezeki harus dijemput, sehingga harus diupayakan.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil ingin membangun penginapan (homestay) Kampung Wisata Betawi di Setu Babakan.
Baca SelengkapnyaKang Emil juga mendengar aspirasi dari anak muda untuk membangun Jakarta lebih baik
Baca SelengkapnyaGolkar belum menentukan apakah Ridwan Kamil maju di Jakarta atau Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menyentil Dharma Pongrekun karena salah data soal Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaWarga Jakarta ramai-ramai mengeluhkan PKH kepada Ridwan Kamil.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil menilai komentar tersebut menunjukkan tipikal netizen yang enggan mencari tahu informasi di internet.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil tegas membantah Dharma terkait Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi yang dianggap miskin usai Covid-19.
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil mengatakan, program seperti ini bukan hal baru.
Baca Selengkapnya