Ridwan Kamil Ungkap Ragam Dinamika di Tengah Upaya Percepatan Vaksinasi Covid-19
Merdeka.com - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengungkapkan beragam dinamika yang terjadi dalam upaya percepatan vaksinasi Covid-19. Kapasitas distribusi hingga perbedaan jumlah pendataan dalam sistem merupakan hal yang harus segera diselesaikan.
Semua yang berkenaan dengan vaksin Covid-19 harus terintegrasi dalam satu wadah aplikasi bernama SMILE. Namun, saat di lapangan kerap terjadi potensi yang bisa membuat pendataan berbeda.
Ia mencontohkan bahwa data sentra vaksinasi TNI Polri sudah terlaporkan, namun catatan data ke pusat masih belum terhitung. Selain itu, saat BPBD Provinsi Jawa Barat melakukan vaksinasi di Kota Cimahi, mengupdate datanya menggunakan akun polisi yang membuat tumpang tindih pendataan.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Bagaimana vaksin DBD bekerja? Vaksin DBD bekerja dengan cara merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan melawan virus dengue, sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi lebih lanjut.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang lebih banyak terkena DBD di Jakarta Barat? Pasien mayoritas merupakan anak-anak. 'Total pasien sudah dirawat sejak 1 Januari 2024 sampai dengan hari ini ada 67 kasus. 70 persen kasus adalah anak-anak dan mayoritas usia SD dan SMP,' kata Ngabila dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (30/3).
-
Di mana kasus DBD paling banyak terjadi di Jakarta? 'Penyebaran DBD meningkat terutama di Jakarta Selatan saat ini di angka sekitar 500 kasus,' kata Heru dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (26/3).
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
"Ada gap data yang kita temukan, sekian ratus ribu dosis sedang kita telusuri di mana permasalahannya. Pemerintah pusat menganggap kita masih kelebihan dosis, di bawah padahal menganggap sudah habis," terang dia, Rabu (4/8).
Kemudian, ada kasus warga yang ingin mendapat vaksin namun terkendala karena masalah dokumen pribadi atau nomor induk kependudukan (NIK). Masalah tersebut sudah dilaporkan kepada Kemendagri dan Kemenkes melalui Disdukcapil Jabar agar bisa segera diselesaikan.
"Karena jumlahnya tidak terlalu banyak, tapi viral. Jangan sampai masyarakat sudah mau (divaksin) tapi terkendala. Sudah koordinasi untuk mencari solusi, mudahan-mudahan ada kabar baik secepatnya," imbuh Ridwan Kamil.
Distribusi Masih Sama dengan DKI
Di sisi lain, ia menyoroti alokasi vaksin Covid-19 ke DKI Jakarta dan Provinsi Jabar relatif sama, padahal jika melihat jumlah penduduknya berbeda lima kali lipat. Ridwan Kamil mengaku sudah beberapa kali meminta ada penyesuaian jumlah vaksin yang didistribusikan disesuaikan dengan proporsi jumlah penduduk.
"Saya dalam beberapa kesempatan meminta jika ada gelombang baru vaksin yang juta juta, mohon kami diberikan proporsional dengan jumlah penduduknya," kata dia.
"Tapi kita juga paham vaksin itu didahulukan ke zona merah. Itulah mengapa jumlah vaksin ke Jakarta dan Jabar (relatif) sama. Jadi, fokus kita menghabiskan apa yang dikasih. Pengennya lebih banyak, kita habiskan. Jadi (capaian presentase vaksinasi) tidak selalu berkolerasi dengan kinerja," ia melanjutkan.
Di sisi lain, pria yang akrab disapa Emil ini menyatakan stok vaksin dari sekitar 10 juta dosis, saat ini tersisa 180.577 vial. Itu termasuk untuk vaksin single dose dan multi dose. Tempat penyimpanan vaksin memadai, karena setiap penerimaan vaksin dari kemenkes, pihaknya langsung distribusikan ke kota kabupaten.
"Agustus ini, hari Senin kemarin sudah datang vaksin Sinovac 85.510 dan 170 vial vaksin Astrazeneca. Kuota vaksin dari pusat alokasi M1 agustus 856.800 dosis," terang dia.
"Sudah ada arahan dari pemerintah pusat agar aglomerasi didahulukan lebih banyak. Bodebek dan Bandung Raya akan menerima vaksin yang lebih banyak sesuai dengan sebaran kasus," ia melanjutkan.
Sejauh ini, total jumlah distribusi selama vaksin ada yang tertinggi adalah Kota Bandung 2.547.000 dosis, Kota Bekasi 691 ribu dosis, Kabupaten Bogor 686 ribu dosis, Kota Depok 452 ribu dosis, Kota Bogor 417 ribu dosis.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaAnggota Komisi IX DPR RI Fraksi Partai Golkar, Dewi Asmara mengatakan, kasus DBD saat ini naik lebih tinggi dibandingkan tahun 2023.
Baca SelengkapnyaAni menambahkan untuk fasilitas kesehatan (faskes) di DKI Jakarta sangat mencukupi dan hingga saat ini semua dalam keadaan siaga 24 jam.
Baca SelengkapnyaKemenkes merekomendasikan masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 di tengah kasus yang kembali melonjak.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-15 tahun 2024, terdapat 475 orang meninggal karena DBD.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaKemenkes juga melaporkan kasus Covid-19 terkonfirmasi per 12 Desember 2023 mencapai 6.815.576 kasus atau bertambah sekitar 298 pasien dalam sepekan terakhir.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaJumlah korban meninggal dunia itu berasal dari 62.001 kasus DBD yang teridentifikasi.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu terakhir terjadi lonjakan kasus Covid-19 yang cukup signifikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca Selengkapnya