Rintangan-rintangan ini bikin sulit Kopaska cari AirAsia QZ8501
Merdeka.com - Hingga hari kesepuluh pencarian AirAsia QZ8510, tim SAR gabungan masih belum menemukan seluruh penumpang, badan pesawat dan black box. Padahal segala kekuatan dikerahkan termasuk bantuan dari negara sahabat yang pakai kapal atau pesawat berteknologi canggih.
Belum lagi, pasukan elite yang diterjunkan seperti salah satunya Kopaska. Namun, buruknya cuaca menjadi faktor kendala mereka.
-
Kenapa pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Apa yang terjadi pada AirAsia QZ8501? AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
-
Di mana pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? Pesawat AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Kapan pesawat AirAsia QZ8501 jatuh? AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 karena penyebab utamanya adalah kesalahan dalam manajemen penerbangan.
-
Siapa yang terdampak udara buruk? Berdasarkan pernyataan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), polusi udara dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh.
-
Apa dampak gempa pada pesawat? Gempa tetap bisa memengaruhi penerbangan dari aspek navigasi dan keselamatan.
Orang-orang yang terlatih saja tak kuasa jika harus berhadapan dengan alam. Mereka hanya bisa berharap cuaca bagus.
Berikut halangan yang dihadapi Kopaska dalam mencari AirAsia seperti dirangkum merdeka.com, Rabu (7/1):
Air keruh
Komandan Detasemen 4 Kopaska Koarmabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa mengatakan, sejumlah 75 pasukan elit TNI Angkatan Laut yang mencari puing-puing dan korban pesawat AirAsia QZ8501 dihentikan. "Laporan di lapangan operasi penyelaman diberhentikan karena air di bawah laut keruh," kata Komandan Kopaska Pangkalanbun Edi kepada merdeka.com di Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, Minggu (4/1).
Dasar laut gelap dan berlumpur
Sejauh ini faktor cuaca menjadi halangan utama pencarian jenazah penumpang dan badan pesawat AirAsia QZ8501 di Pangkalanbun. Penggunaan sonar dan penyelaman bawah laut pun tak membuahkan hasil akibat keterbatasan jarak pandang yang mencapai nol meter. Dasar laut yang gelap dan berlumpur menambah kengerian lokasi pencarian. Apalagi lumpur di dasar laut seringkali didiami oleh predator laut yang berbahaya. "Binatang laut yang berada di lumpur itu berbahaya bagi penyelam," kata Komandan Detasemen IV Kopaska Armabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa di Lanud Iskandar Pangkalanbun Kalimantan Tengah, Selasa (6/1).
Predator laut
Komandan Detasemen IV Kopaska Armabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa mengatakan jenazah penumpang AirAsia pun pada hari kesepuluh ini juga telah mengalami kerusakan yang parah. Sehingga dimungkinkan akan mengundang datangnya predator-predator laut. "Kondisi jenazah yang mulai mengalami pembusukan karena terlalu lama di dalam air laut akan mengeluarkan bau amis," terang dia. Tak hanya cuaca, para penyelam harus mewaspadai predator laut tersebut. Salah-salah mereka yang akan menjadi mangsanya saat melakukan penyelaman.
Ular laut
Komandan Detasemen IV Kopaska Armabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa mengatakan, ada satu hewan laut lain yang juga menjadi momok para penyelam, yaitu ular laut. Sebagian ular laut sangat berbisa, ketika ular yang mirip belut itu menggigit tak akan menimbulkan rasa sakit. Bahkan banyak penyelam yang tak sadar telah digigit ular laut setelah selesai melakukan penyelaman. "Ular laut, sekali patok, tidak sampai satu menit kita mati. Bisanya lebih bahaya dari cobra (ular)," ujar dia. Setiap menjelang terjun ke dalam laut, para penyelam diharuskan meminum serum atau anti bisa ular lebih dulu. Hal itu untuk mengantisipasi jika digigit oleh ular laut sewaktu-waktu sudah kebal tubuhnya. "Itu untuk antisipasi karena tubuh kita mengeluarkan bau amis," tutur dia. Selain ular laut atau hiu, ada lagi yang perlu diwaspadai para penyelam yaitu ikan pari. Selama ini ekor ikan pari dikenal mematikan jika sampai menusuk tubuh manusia. "Ikan pari juga bahaya buntutnya jika nusuk tubuh," tambah dia.
Ombak 3-5 meter
Menurut Komandan Detasemen IV Kopaska Armabar Kapten Laut (P) Edy Tirtayasa, tidak sembarangan melakukan penyelaman di bawah laut karena bisa mengakibatkan kelelahan terhadap pasukan ini. Apalagi cuaca buruk dan ombak laut kisaran 3-5 meter. "Kalau itu mau nyelam tapi alat sonar belum tahu letak posisi pesawat enggak mungkin melakukan penyelaman," kata dia. Dia menambahkan, pasukan gabungan elite TNI Angkatan Laut sudah menyelam di bawah laut mulai hari Minggu (4/1) pukul 07.30 WIB. Pasukan ini berada di beberapa kapal perang KRI yang berada di tengah laut.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AirAsia QZ8501 adalah penerbangan yang mengalami kecelakaan pada tanggal 28 Desember 2014.
Baca SelengkapnyaPesawat Boeing surveillance atau pengintai, untuk membantu proses pencarian kapal LCT XX yang hilang di Laut Papua.
Baca SelengkapnyaEvakuasi korban longsor Tulabolo pada hari keempat terkendala cuaca
Baca SelengkapnyaBaru beberapa bagian dari dua bangkai pesawat telah berhasil dievakuasi dari lokasi kecelakaan.
Baca SelengkapnyaSementara terkait apakah ada korban jiwa atau tidak, belum mengetahui secara pasti karena masih dalam upaya proses penyelamatan.
Baca SelengkapnyaProses evakuasi terkendala air tanah yang keruh serta lubang yang sempit
Baca SelengkapnyaCuaca buruk menyebabkan gelombang tinggi di perairan Tasikmalaya, Satpolairud minta nelayan tak melaut dulu.
Baca SelengkapnyaTim SAR Gabungan menghadapi kendala saat mengevakuasi korban pesawat kargo Smart Aviation di Hutan Kaltara.
Baca SelengkapnyaKapal tersebut terbalik di sekitar Perairan Pulau Rambut
Baca SelengkapnyaPesawat Adam Air Penerbangan 574 mengalami kecelakaan tragis di Selat Makassar pada 1 Januari 2007.
Baca SelengkapnyaPesawat membawa 5 penumpang yakni Pendeta Saul Bagau, Melek Bagau, Debora Bagau, James Bagau dan seorang anak kecil.
Baca SelengkapnyaLongsor yang menewaskan hampir 700 orang itu juga mengakibatkan lebih dari 1.200 orang kehilangan tempat tinggal.
Baca Selengkapnya