Risma Jenguk Kakak Beradik Mikrosefalus yang Viral di Medsos
Merdeka.com - Kakak beradik penderita mikrosefalus di Jember hidup memprihatinkan. Kabar ini kemudian viral selama beberapa hari terakhir di media sosial. Hingga akhirnya terbaca oleh Menteri Sosial, Tri Rismaharini.
Usai menghadiri acara di Malang, Mensos Risma secara mendadak berkunjung ke Desa Jatimulyo, Kecamatan Jenggawah pada Minggu (28/11).
Risma mengunjungi kakak beradik, Rudi (18) dan Rosidi (11), yang menderita mikrosefalus.
-
Apa penyakit yang diderita kakak beradik? Kakak beradik di Pekanbaru, Muhammad Rehan (13) dan Fajri (9) mengalami kelainan genetik Osteogenesis imperfecta (OI) atau tulang kaca.
-
Siapa yang viral di media sosial? Kisah pilu gadis ini mencuri perhatian publik di media sosial. Sejak pertama kali diunggah, videonya sudah mendapat 34 ribu tanda suka.
-
Apa yang viral di media sosial? Sontak saja, momen tersebut menjadi sorotan hingga viral di media sosial.
-
Siapa yang menginformasikan kejadian tersebut? Dari informasi yang dibagikan oleh sang adik, Olivia Zalianty, Marcella mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika sedang menjalani latihan untuk pementasan Malahayati.
“Saya terima kasih kepada media yang telah memberitakan ini sehingga kami tahu,” ujar Risma usai dari rumah Rudi-Rosidi.
Risma berharap, media terus memberitakan kasus-kasus warga yang membutuhkan bantuan namun belum ter-cover pemerintah. “Karena daya jangkau kami terbatas ya,” tutur Risma.
Selama beberapa jam, Risma yang ditemani Wakil Bupati Jember, KH Muhammad Balya Firlaun Barlaman berdialog dengan pasangan Saiful Sayidi-Maryam, orang tua dari Rudi-Rosidi.
Dalam kunjungan itu, Risma juga membawa serta terapis, ahli gizi dan dokter untuk memeriksa kondisi kakak beradik pengidap Mikrosefalus ini.
“Jadi sang kakak ini ada hiperaktif, makanya nanti kita akan siapkan obat untuk mengurangi kadar hiperaktifnya,” ujar Risma.
Mikrosefalus adalah kondisi kelainan perkembangan tubuh manusia dengan kepala berukuran lebih kecil dan pertumbuhan otak yang terganggu sejak usia dini.
Pasangan Saiful Sayidi dan Maryam sebenarnya memiliki 5 orang anak, yang semuanya memiliki kondisi kesehatan yang sama. Namun 3 diantaranya telah meninggal dunia.
©2021 Merdeka.com/muhammad permanaJika Rudi memiliki gejala hiperaktif, kondisi sang adik lebih memprihatinkan lagi. Ia tidak bisa berjalan dan melihat. Sehingga sehari-hari hanya terbaring di kursi.
Karenanya, sang ibu harus senantiasa menjaganya dan tidak bisa keluar rumah untuk bekerja. Adapun sang ayah, kerap bepergian jauh untuk bekerja sebagai buruh tani.
“Dua anak ini harus dapat alat bantu khusus, agar orang tuanya tidak terbelenggu di rumah dan bisa beraktivitas normal,” tutur Risma.Saat ini, Kemensos sedang menyiapkan alat bantu khusus berupa kursi yang nyaman untuk mereka. “Alatnya masih diukur dan segera siap,” tutur Risma.
Bawa Benih Lele dan Ayam Petelur
Kondisi mikrosefalus ini juga diduga terkait dengan masalah asupan gizi sang anak. Karena itu, Kementerian Sosial juga akan memberikan bantuan nutrisi secara berkala.
Namun diakui Risma, bantuan nutrisi itu tidak bisa diberikan selamanya. Karena itu, Mensos Risma dalam kunjungan tersebut juga membawa bantuan modal. Yakni berupa ayam petelur dan benih lele, lengkap dengan kandang dan kolam terpalnya.
“Ayam petelur ini, bertelur setiap hari. Kalau 18 ekor, kira-kira bisa menghasilkan 2 kg setiap hari. Karena itu kita bawa 20 ekor, juga lele. Kalau ada lebihnya, bisa dijual,” kata Risma.
Dalam pertemuan tertutup tersebut, Risma sebenarnya menawarkan agar dua anak itu dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan medis segera. Namun, tawaran itu ditolak orang tua si anak.
“Karena itu, untuk sementara kita kasih terapi khusus. Mungkin kalau nanti terlihat ada hasilnya, orang tuanya akan berubah pikiran,” tutur Risma.Tiga hari sebelumnya, tawaran serupa juga datang dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jember. Yakni untuk mendapat penanganan medis di rumah sakit. Namun ditolak orang tua.
“Tadi sudah ditawarkan berkali-kali, tapi orang tuanya tetap menolak. Ya nanti kita akan pendekatan secara perlahan, semoga bisa,” tutur Wakil Bupati Jember, MB Firjaun Barlaman usai mendampingi Risma.
Terpisah Saiful Sayidi menjelaskan, alasan mengapa menolak tawaran membawa anaknya untuk berobat ke rumah sakit. “Anak saya tidak sakit. Dulu juga sudah pernah dibawa ke rumah sakit, sampai menginap 2 hari, tidak ada perubahan apa-apa kok,” ujar pria yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani ini.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Risma menangis saat mendengar cerita dari anggota Komisi VIII Fraksi Partai Golkar Ali Ridho.
Baca SelengkapnyaMensos Risma menjemput Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Kabupaten Barito Kuala
Baca SelengkapnyaRisma menangis bahkan sampai menundukan kepalanya, wajahnya pun memerah. Dia terlihap mengucap air matanya dengan tisu.
Baca SelengkapnyaKisah tiga wanita kembar ini tengah mencuri perhatian warganet.
Baca SelengkapnyaSang ibunda meninggal dunia saat ketiganya masih balita.
Baca SelengkapnyaSebelumnya ia berkeliling dari Sukabumi, Cianjur dan beberapa daerah lainnya. Diketahui namanya Rosmini (55)
Baca SelengkapnyaViral karena Jadi Pemulung Cilik, Begini Kondisi Rumah Risna yang Jauh dari Kata Layak
Baca SelengkapnyaRisma mendapat gaji Rp 250 ribu/bulan dari pekerjaannya mengajar ngaji.
Baca SelengkapnyaRisma mengatakan Kementerian Sosial telah menyiapkan bantuan permakanan yang bisa diberikan kepada panti asuhan.
Baca SelengkapnyaPihak sekolah dan Dinas Pendidikan Muara Enim mestinya memberikan skorsing
Baca SelengkapnyaVideo yang diunggah @helmy.f.r ini pun viral dan membuat warganet prihatin.
Baca SelengkapnyaTanggung jawab itu dipikul Iki setelah ibunya sakit lalu meninggal dan ayahnya minggat dua tahun lalu.
Baca Selengkapnya