Robohnya Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Kita
Merdeka.com - Hampir lewat tengah malam, Hana masih sibuk mencari Rumah Sakit (RS) penanganan Covid-19 untuk sang paman. Kerabatnya itu dinyatakan sebagai pasien suspect di salah satu RS swasta di Tangerang, Banten. Namun RS tersebut tidak memiliki fasilitas untuk merawat pasien dengan gejala Covid-19.
Rontgen paru-paru menunjukkan hasil kurang baik. Begitu juga saturasi oksigennya 68 persen. Hasil rapid test reaktif. Karena itu sang paman dinyatakan sebagai pasien suspect lantaran menunjukkan gejala infeksi Covid-19.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa banjir menyebabkan krisis kesehatan? Setelah banjir, air yang tergenang dapat menjadi sarang bagi berbagai penyakit menular seperti diare, leptospirosis, dan malaria.
-
Siapa yang mengalaminya di Indonesia? Riskesdas 2018, menunjukkan lebih dari 19 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami gangguan mental emosional.
-
Mengapa Indonesia masih perlu meningkatkan kualitas layanan kesehatan? Posisi Indonesia yang berada di peringkat 39 masih menunjukkan adanya ruang untuk perbaikan, terutama dibandingkan dengan negara-negara Asia yang lebih maju seperti Taiwan dan Korea Selatan.
-
Kenapa perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi sistem kesehatan Indonesia? 'Kita mengetahui resiko perubahan iklim berdampak kepada kesehatan dan sistem kesehatan,' sebutnya. 'Di satu sisi juga kita menyadari perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kombinasi di berbagai kerentanan dan juga berbagai bahaya.' 'Meningkatnya suhu global meningkatkan panas dan kematian yang terkait dengan penyakit-penyakit seperti kardiovaskular, gagal pernapasan, dan ginjal khususnya di kelompok orang rentan seperti lanjut usia, anak-anak. Juga berdampak pada kesehatan ibu.'
"Om saya reaktif, tapi belum di-swab. Dilihat dari gejalanya, sesak napas. Sudah dirontgen juga paru-parunya, hasilnya tidak bagus. Dokternya curiga omku Covid," kata Hana kepada merdeka.com, Selasa malam (5/1).
Pelajar berusia 18 tahun itu sudah menghubungi 10 rumah sakit di Tangerang. Namun sudah tidak ada lagi tempat bagi pamannya. "10 RS itu bilang sudah penuh bed-nya," kata Hana.
Harap-harap cemas. Gambaran perasaan Hana saat ini. Di tangannya masih ada daftar beberapa rumah sakit yang sudah coba dihubungi. Namun belum memberi kabar. Harapan hampir pupus.
"Saya sebenarnya masih menunggu kabar dari RS lain, tapi sepertinya akan dirujuk ke RS luar Tangerang. Soalnya setahu saya semua RS sudah penuh," pinta Hana.
Pasien Non Covid-19 yang Terlantar
Kisah serupa dialami Arin. Kakak perempuannya didiagnosa mengidap diabetes oleh salah satu RS setelah melakukan tes gula. Namun RS tersebut tidak sanggup lagi merawat pasien.
Arin membawa kakaknya ke RS swasta. Saat diperiksa kembali, kakaknya didiagnosa mengidap penyakit paru-paru dan langsung dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Karena kondisinya cukup buruk. Namun tiba-tiba pihak RS merujuk kakak Arin ke rumah sakit lain.
"Saat tiba di RS yang dirujuk, malah ditolak. Alasannya tidak ada dokternya. Akhirnya kita ke RS lain. Nah di RS ketiga juga ditolak karena ruangannya penuh sama pasien Covid-19," kata Arin kepada merdeka.com, Selasa (5/1).
Arin bersabar menemani kakaknya ke RS lain. Namun lagi-lagi, RS keempat yang didatangi menolaknya. Alasan yang sama. Kamar perawatan penuh dengan pasien Covid-19. Kepedihan Arin tak terbendung. Melihat sang kakak 'terlantar'.
"Sedih banget, empat jam lebih tidak ditangani sama RS yang ketiga itu. katanya, dokternya tidak ada. Semua menangani pasien Covid-19," ujarnya.
Malam semakin larut. Arin dan kakaknya memutuskan mendatangi klinik dekat rumahnya. Setidaknya, kakaknya bisa ditangani oleh dokter.
Keesokan harinya, perempuan 23 tahun itu melanjutkan pencarian. Mengetuk satu per satu rumah sakit demi mendapat kamar perawatan bagi kakaknya. Bagaimanapun juga, sang kakak tetap memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun tidak terinfeksi Covid-19.
"Sekarang kakak ada di rumah, belum mendapat perawatan sama sekali karena pas di IGD itu belum sempat ditangani dokter. Semoga diterima dan bisa dirawat soalnya kondisi kakak memprihatinkan," ujar Arin.
Fasilitas dan pelayanan kesehatan di Indonesia berada di ujung tanduk. September 2020, pasca libur panjang Hari Kemerdekaan RI, jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia melonjak. Kondisi ini membuat masyarakat yang membutuhkan akses pelayanan kesehatan menjadi kesulitan.
Semalam, seorang warga Kuningan, Jawa Barat, Angie juga bersedia berbagi cerita. Pada akhir November 2020, ayahnya mengalami kecelakaan. Tulangnya patah dan cedera organ dalam. Tindakan kesehatan perlu segera diambil. Dia memerlukan dokter spesialis seperti ortopedi, urologi dan gastroenterology.
"Terlantar di ICU RS dekat rumah selama 2 hari. Di RS itu tidak ada dokter spesialis urologi buat angkat ginjal dan thoraxnya, ada masalah di digestive system-nya juga, karena separah itu," kata Angie.
Saat ini, kondisi ayahnya sudah membaik. Dia bersyukur kesehatan ayahnya kembali pulih. Meskipun masih ada beberapa luka luar.
"Saat itu, aku sudah cari-cari RS tapi tidak dapat. RS penuh semua. Ini yang bikin nyawa bapak hampir lewat. Gara-gara Covid, jadi susah cari ICU yang kosong dan spesialis yang dituju. Setelah 2 hari, bapak baru dirujuk ke RSHS Bandung," kenang Angie.
Fasilitas Kesehatan Hampir Roboh
Tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/ BOR) di RS memang meningkat. Bukan hanya di Jakarta saja, delapan provinsi lainnya juga mengalami peningkatan BOR di atas 70 persen. Data hingga 2 Januari 2021. Fasilitas kesehatan di Indonesia hampir roboh diterjang badai Pandemi Covid-19.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan peningkatan BOR tertinggi, yaitu 84,74 persen. Disusul Banten, 84,52 persen, Daerah Istimewa Yogyakarta 83,36 persen, Jawa Barat 79,77 persen, Sulawesi Barat 79,31 persen, Jawa Timur 78,41 persen, Jawa Tengah 76,27 persen, Sulawesi Selatan 72,40 persen, dan Sulawesi Tengah 70,59 persen.
"Jika dilihat pada tren perkembangannya, keterisian ruang ICU dan isolasi secara nasional ini semakin meningkat dan mengkhawatirkan. Hal ini dapat jadi alarm bagi kita bahwa kita sedang dalam keadaan darurat," kata Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito saat konferensi pers, Selasa (5/1).
Persentase BOR tersebut sudah melebihi standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO). Artinya, pemerintah harus menambah jumlah tempat tidur atau memperluas jumlah RS rujukan Covid-19. Kenyataannya, meskipun RS sudah ditambah tapi masih belum cukup menampung pasien Covid-19.
"WHO menyarankan BOR ideal sekitar 50 persen, kalau sudah sampai 70 persen berarti peringatan, harus menambah lagi tempat tidur pasien. Nah padahal akhir Desember lalu, kami sudah menambah jumlah rumah sakit rujukan Covid-19. Dari 127 menjadi 145 RS," ujar Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur, Herlin Ferliana.
Hingga 30 Desember 2020, Indonesia memiliki 940 RS rujukan yang melayani pasien Covid-19. Selain itu, setiap bulannya Kementerian Kesehatan juga menambah jumlah tempat tidur secara berkala.
Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, Rita Rogayah mengatakan, pada November-Desember 2020, pemerintah telah menambah 10.000 tempat tidur. Namun BOR masih 70 persen.
Pemerintah akan kembali menambah kapasitas tempat tidur seluruh RS di Indonesia sebesar 30 persen. Bukan hanya di RS rujukan Covid-19 saja. Mengingat seluruh RS di Indonesia diimbau untuk ikut melayani pasien Covid-19, sekalipun RS tersebut bukanlah RS rujukan Covid-19.
"Kita sudah punya 940 RS rujukan tapi kami imbau semua RS, baik RS milik TNI, Polri, dan swasta yang mampu memberikan pelayanan untuk Covid-19, maka mereka juga bisa memberikan layanan," kata Rita.
Tak hanya kapasitas RS, jumlah tenaga kesehatan juga harus ditambah. Target Kemenkes, menambah 10.000 tenaga Kesehatan. Penambahan perawat 7.900 orang dari 1.141 fasilitas Kesehatan.
Penambahan tenaga kesehatan harus dilakukan mengingat banyaknya yang gugur dalam tugas di tengah pandemi Covid-19. Mereka gugur karena tertular ataupun karena kelelahan.
504 Tenaga Kesehatan Meninggal Dunia
Tak hanya fasilitas kesehatan. Tenaga kesehatan kita juga berada di titik nadir. Tengok saja catatan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Per 31 Desember 2020, sebanyak 504 tenaga kesehatan meninggal dunia. Terdiri dari 237 dokter, 15 dokter gigi, 171 perawat, 67 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik. 237 dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum, 131 dokter spesialis, serta lima residen. Sebelas di antaranya adalah guru besar.
Tenaga kesehatan bisa tertular karena daya tahan tubuhnya menurun akibat kelelahan. Meskipun sudah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level tertinggi, para tenaga kesehatan sangat rentan tertular Covid-19.
Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Adib Kumaidi mengatakan, jumlah kematian dokter di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia. Bahkan masuk lima besar di seluruh dunia. Tingginya angka kematian tenaga kesehatan ini disebabkan peningkatan aktivitas dan mobilitas masyarakat. Apalagi saat libur panjang.
Satgas Covid-19 mengungkapkan, tiap kali libur panjang, kasus Covid-19 di Indonesia selalu meningkat. Bahkan hingga 118 persen pada bulan Agustus lalu pasca libur Hari Kemerdekaan RI.
Apa yang bisa kita lakukan?
Adib berharap, masyarakat Indonesia tetap patuh pada protokol kesehatan Covid-19. Pandemi Covid-19 ini sudah memasuki bulan kesebelas. Namun kondisi di Indonesia justru semakin memburuk.
Karena itu masyarakat tidak boleh bosan atau merasa lelah menaati protokol kesehatan. Sekalipun pemerintah Indonesia sudah mulai melaksanakan program vaksinasi.
"Risiko penularan berada pada titik tertinggi, di mana positivity rate mencapai 29,4 persen. Situasi bisa semakin tidak terkendali jika masyarakat tidak membantu kami dengan meningkatkan kepatuhan protokol kesehatan 3M," kata Adib dalam keterangan resminya, Selasa (5/1).
Angka positivity rate di Indonesia jauh di atas standar WHO yang hanya 5 persen. Seluruh pakar kesehatan berharap besar pada kesadaran masyarakat. Pandemi Covid-19 bisa dilalui bersama jika adanya kolaborasi yang baik antara masyarakat dan pemerintah.
Selain itu, Adib juga meminta pemerintah dan pengelola fasilitas kesehatan untuk menyediakan APD serta test deteksi Covid-19 bagi para nakes. Dia mendorong pemerintah meningkatkan 3T. Yakni testing, tracing, dan treatment.
Seperti diketahui, per 5 Januari kemarin, pemerintah sudah melakukan test terhadap 5.061.238 orang. Sedangkan jumlah penduduk Indonesia diproyeksikan mencapai 270 juta pada tahun 2020. Sehingga, baru 1,8 persen warga Indonesia yang dites Covid-19.
Dari 5 juta orang yang dites, 772.103 orang terkonfirmasi positif. Sementara angka kematian sudah mencapai 23.109 kasus dan kasus sembuh 645.746. Sehingga, masih ada 103.248 kasus aktif di Indonesia yang harus dirawat hingga sembuh.
Mereka yang menanti kesembuhan untuk bisa kembali berkumpul bersama keluarga.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaRS Indonesia, fasilitas medis terbesar dan terakhir di Jalur Gaza utara, hancur setelah penyerbuan dan pengepungan berhari-hari oleh pasukan zionis Israel.
Baca SelengkapnyaBerbagai penyakit itu timbul setelah warga tidur di luar rumah selama beberapa hari terakhir.
Baca SelengkapnyaHal ini dilakukan sebab banjir yang ikut melanda rumah sakit tersebut menenggelamkan seluruh areal beserta alat medis yang terdapat di dalamnya
Baca SelengkapnyaSaat kejadian, ada sejumlah pasien yang sedang berada di ruang operasi, bahkan ada yang sedang menjalani tindakan operasi.
Baca SelengkapnyaRatusan warga yang terdampak kebakaran diamankan ke posko pengungsian di halaman RSUD Kebayoran Lama.
Baca SelengkapnyaRumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta resmi ditutup pada Jumat, 31 Maret 2023
Baca SelengkapnyaPuluhan jenazah terpaksa ditempatkan di trotoar dan selasar rumah sakit karena kamar mayat tak mampu lagi menampung.
Baca SelengkapnyaSebanyak 400 hangus terbakar dan 1.000 orang dilaporkan mengungsi imbas kebakaran di Penjaringan.
Baca Selengkapnya6.333 Puskesmas yang belum memiliki jumlah tenaga kesehatan yang sesuai standar.
Baca SelengkapnyaKebanyakan pasien berusia lanjut. Baik pria maupun wanita. Mereka sementara menempati area halaman depan.
Baca Selengkapnyaian juga menyoroti persoalan pendistribusian tenaga kesehatan.
Baca Selengkapnya