Rokok telah membunuh anak-anak Indonesia
Merdeka.com - Indonesia tercatat sebagai negara yang penduduknya mengonsumsi rokok tertinggi ke-4 di dunia. Tiga negara lainnya yang tertinggi adalah China, Rusia, dan Amerika.
Hal ini juga mendorong jumlah perokok remaja di usia 15-19 tahun. Pada 1995 hanya 7% remaja yang merokok, sementara kini jumlahnya meningkat menjadi 20%. Kemudian, penduduk Indonesia juga telah tercatat mengonsumsi 260 miliar batang pada 2012.
Sebanyak 42% anak usia 0-14 tahun terpapar asap rokok, atau 39 juta anak dari 92 juta orang adalah perokok pasif.
-
Apa dampak asap rokok ke anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok berisiko tinggi mengalami infeksi pernapasan, seperti bronkitis dan pneumonia.
-
Kenapa anak rentan terkena bahaya asap rokok? Bagi anak-anak dan individu dengan masalah pernapasan, paparan terhadap asap rokok yang menempel pada pakaian bisa menjadi risiko kesehatan yang serius.
-
Kenapa asap rokok bahaya untuk anak? Anak-anak yang terpapar asap rokok, entah aktif atau pasif, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami ISPA. Asap rokok mengandung zat-zat berbahaya yang dapat merusak saluran pernapasan dan melemahkan sistem kekebalan tubuh anak.
-
Kenapa asap rokok berbahaya untuk paru-paru anak? Asap rokok mengandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat merusak sel-sel paru-paru dan menyebabkan perkembangan sel-sel kanker.
-
Kenapa anak terpengaruh rokok? Jika orang tua merokok, anak mungkin akan meniru kebiasaan tersebut.
-
Bagaimana cara mencegah paparan asap rokok pada anak? Jadi yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat lingkungan bebas dari asap rokok. Larang merokok di dalam rumah atau mobil, dan hindari juga mengizinkan anak menghirup asap rokok pasif.
Hal ini membuat organisasi Lentera Anak beranggapan bahwa jika tidak adanya pengendalian merokok akan menimbulkan jumlah perokok yang meningkat.
"Artinya, semakin banyak anak-anak usia muda merokok. Hal ini menjamin bahwa bila tidak dilakukan langkah nyata pengendalian, maka konsumsi rokok akan meningkat terus dan jumlah perokok pasti meningkat," tulis Lentera Anak lewat rilisnya, Selasa (26/8).
Kemudian, industri rokok telah mengubah target pasarnya kepada orang berusia muda. Di antaranya anak-anak yang masih menempuh pendidikan di tingkat SD dan SMP. "Apa yang sejak awal ditargetkan oleh industri, kini telah terjadi di Indonesia dan akan terus mendera anak-anak Indonesia."
Dalam lembar fakta yang dibuat Lentera Anak, Indonesia dikenal sebagai surga bagi perokok. Pasalnya, sebanyak 92.068.357 jumlah populasi yang terkena asap rokok orang lain di dalam rumah (perokok pasif).
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Paparan asap rokok dapat memberikan dampak yang lebih serius bagi anak-anak penyandang disabilitas, terutama pada anak dengan disabilitas.
Baca SelengkapnyaAnak-anak yang memiliki orangtua perokok berisiko lebih besar mengalami stunting.
Baca SelengkapnyaDi Indonesia kasus kanker paru-paru banyak ditemukan pada usia produktif sekitar 40 tahun.
Baca SelengkapnyaIndonesia dapat mengurangi dampak negatif dari masalah merokok sambil tetap memberikan pilihan kepada perokok dewasa.
Baca SelengkapnyaRokok menjadi salah satu penyebab atau biang kerok kemiskinan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda kecenderungan anak-anak beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaUpaya menekan kemunculan pelajar perokok bisa dilakukan dengan kampanye antirokok yang efektif.
Baca SelengkapnyaBNN Jakarta menyebut sebanyak 63,1 persen perokok laki-laki berpotensi memakai narkoba jenis ganja.
Baca SelengkapnyaAda 70 juta orang perokok aktif di Indonesia. 7,8 Persen di antaranya berusia muda
Baca SelengkapnyaBila di luar negeri rata-rata di usia 60-an terkena kanker paru, di Indonesia banyak pasien kanker tersebut terdiagnosis di 50-an tahun
Baca SelengkapnyaSemakin muda usia seseorang mulai merokok, risiko masalah pernapasan di usia muda bisa semakin meningkat.
Baca SelengkapnyaPandangan bagi pria yang tidak merokok di Indonesia menyebabkan semakin meningkatnya jumlah perokok.
Baca Selengkapnya