RSUD Tarakan tak ungkap penyebab kematian bocah antre Sembako di Monas
Merdeka.com - Muhammad Fayyad, kuasa Hukum Komariyah (49) ibu dari MRS (10), bocah yang tewas di Monas saat pembagian sembako sangat menyesalkan pihak RSUD Tarakan. Sebab, RS tersebut tak memberikan secara jelas penyebab kematian korban.
MRS meninggal usai pembagian sembako di kawasan Monas pada Sabtu (28/4) kemarin yang diadakan oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI).
"Tidak disampaikan (penyebab kematian). Hanya surat pengantar kematian berisi identitas korban. Tapi penyebab kematian tidak disebutkan," kata Fayyad di Kantor Bareskrim Polri di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (2/5).
-
Siapa korban MR? 'MR ini mau mengambil tiga celana dalam yang belum dicuci sama korban di kamar kosnya,' kata Kanit Reskrim Polsek Sukolilo, Ipda Aan Dwi Satrio Yudha, Senin (1/7).
-
Apa yang menyebabkan kematian MR? 'Hasil uji labfor ini bersesuaian dengan hasil penyelidikan bukti-bukti petunjuk yang kami lakukan dan keterangan pelaku AFA,' kata Kepala Polres Pacitan, AKBP Agung Nugroho. Demikian dikutip dari Antara, Sabtu (3/2).
-
Mengapa mumi remaja meninggal? Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa gadis tersebut, yang diperkirakan berusia antara 14 dan 17 tahun, meninggal karena komplikasi saat melahirkan, dengan tengkorak janin yang ditemukan di jalan lahir.
-
Kenapa bayi nya meninggal? Salah satu penyebab bayi laki-laki itu meninggal dunia karena lokasi melahirkan tidak memadai.
-
Di mana mumi bocah disimpan? Menurut beberapa ilmuwan, sosok mayat mengedipkan mata ini disebabkan oleh kelembaban alamiah pada ruangan di mana mumi disimpan.
-
Bagaimana cara anak itu meninggal? Antropologi fisik di lokasi menyatakan bocah itu berusia 10 tahun saat meninggal dengan gigi terkikis dan tanda-tanda infeksi didalam mulutnya.
Oleh karena itu, pihaknya akan menemui Direktur RSUD Tarakan untuk meminta penjelasan secara lengkap dan pasti penyebab kematian anak bontot dari Komariah tersebut.
"Saya habis (laporan) ini mau ke RSUD Tarakan untuk menemui Direktur RSUD terkait surat kematian yang dikeluarkan tidak mencantumkan penyebab kematiannya," ujarnya.
Karena belum adanya penjelasan yang pasti dari RSUD Tarakan, pihak keluarga pun sementara menduga MRS meninggal karena berdesakan dan terinjak oleh ratusan ribuan massa dalam acara tersebut.
Lebih lanjut, dirinya pun mengungkapkan pada saat pembagian sembako juga adanya aparat kepolisian, TNI maupun Satpol PP. Namun, jumlah aparat tak sebanding dengan jumlah massa pada saat itu, dan itulah yang diduga menjadi penyebab ricuhnya pembagian sembako tersebut.
"Polisi, Satpol PP, dan TNI ada, hanya jumlahnya tidak sebanding dengan peserta. Jadi panitia kewalahan," ungkapnya.
Lalu, alasan Komariah mengajak putra ketiganya itu dalam acara FUI karena memang MRS tak lepas dari Komariah selama kegiatan sehari-harinya. Komariah juga diimingi oleh salah seorang yang memberikan kupon kalau acara tersebut banyak hadiah dan makanan.
"Karena keseharian anak tidak bisa lepas ibu. Karena anak itu mempunyai kekurangan jadi tidak bisa jauh dan orang yang memberikan kupon memberitahu bahwa 'anaknya ajak saja bu, biar disana senang-senang, makan, sembako dan ada hadiah. Jangan dirumah saja'," ucapnya.
Sementara untuk korban atas nama inisial MJ (12), dirinya mengaku masih akan membicarakan lagi terhadap keluarga korban. Apakah akan melaporkan hal serupa yang dialami oleh anak Komariah atau tidak.
Dengan adanya laporan ini, dirinya optimis dan menyakini bahwa pihak kepolisian dapat mengusut tuntas kasus ini. Dan dirinya ingin agar tak ada kasus atau hal serupa lagi seperti yang dialami kliennya tersebut.
"Optimis sekali karena sudah jelas acara ini mengakibatkan matinya orang lain dan itu harus diusut tuntas tanpa harus ada laporan korban. Oleh karena itu, dengan adanya laporan ini kami memohon kepada pihak polri untuk bersikap profesional dan mengedepankan promoter," tandasnya.
Sebelumnya, Forum Untukmu Indonesia melakukan acara bagi-bagi sembako di Monas pada Sabtu (28/4) lalu. Informasi diterima Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, dua orang meninggal diduga dalam acara bagi-bagi sembako tersebut atas nama MJ (12) dan MRS (10).
Hal ini diungkapkan usai dirinya mendapat laporan hasil dari pertemuan secara tertutup dengan pihak FUI dan Dinas Pariwisata dan Budaya DKI.
"Kami sangat prihatin ada dua korban yang mesti kehilangan nyawanya. Dua-duanya warga Pademangan," ucap Sandiaga di kantornya, Jakarta, Senin (30/4).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono menyampaikan isu yang menyatakan dua anak ini meninggal karena mengantre sembako keliru. "Tidak benar," ujarnya di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (1/5)
Ia menambahkan, anak ini ditemukan di luar pagar atau area Monas dan tidak dalam keadaan sedang mengantre sembako. "Kita temukan di luar pagar tergeletak," kata Argo. "Kita temukan tidak mengantre," tambahnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bayi tersebut diantar berobat ke IGD RS Sumber Waras oleh orang tuanya. BPJS yang dipakai untuk menangani anaknya ternyata ditolak.
Baca SelengkapnyaKejadian bermula saat istri MR sedang hamil tua mengalami konstraksi pada 14 September 2024. MR membawa istri ke sebuah klinik di kawasan Cilincing, Jakarta
Baca SelengkapnyaPolisi baru mendapatkan laporan peristiwa itu pada 25 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaPolisi mulai mengusut dugaan malapraktik yang dilakukan RS Kartika Husada Bekasi terhadap pasien anak A.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal, A didiagnosis mengalami mati batang otak.
Baca SelengkapnyaTujuh saksi lainnya merupakan orang-orang yang berada di sekitar korban, mengingat korban berstatus anak di bawah umur.
Baca SelengkapnyaSeorang bocah berusia 5 tahun, RS ditemukan tewas tenggelam di kolam renang salah satu hotel di Pagaralam, Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaTernyata kemaluan korban terpotong cukup dalam sehingga langsung dilarikan ke RSUD.
Baca SelengkapnyaAutopsi jenazah dilakukan RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Baca SelengkapnyaKejadian ini terungkap, setelah seorang pria berinisial MR (27) menduga bayinya tertukar di rumah sakit tersebut dan dalam kondisi meninggal dunia
Baca SelengkapnyaKompol Andika menuturkan bahwa penyidik sudah meminta keterangan dua orang saksi.
Baca SelengkapnyaJamal tidak pernah melihat bocah tersebut dianiaya atau mendapat kekerasan fisik. Dia hanya melihat kalau bocah berperawakan kurus itu kurang mendapat perhatian
Baca Selengkapnya