RSUP Dr Sardjito Sempat Kehabisan Stok Oksigen Akibat Pasien Covid-19 Melonjak
Merdeka.com - Kabar memilukan terjadi di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, dimana pada Sabtu (3/7) stok oksigen di rumah sakit itu habis. Kondisi habisnya oksigen ini membuat pasien yang dirawat pun terdampak. Kabar yang beredar, kondisi kehabisan oksigen ini berdampak pada meninggalnya sejumlah pasien di RSUP Dr Sardjito.
Terkait kekosongan oksigen ini, Direktur RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto sempat mengirimkan surat permohonan bantuan pengiriman oksigen ke sejumlah pihak baik itu Menteri Kesehatan, Kepala BNPB hingga Gubernur DIY.
Surat permintaan pengiriman oksigen ini beredar di grup-grup WhatsSpp. Surat ini memiliki nomor SR.04.01/XI.4/26715/2021 dengan tanggal 3 Juli 2021.
-
Siapa yang menulis surat itu? Surat itu sebenarnya ditulis oleh fisikawan Hungaria, Leo Szilard dengan bantuan ilmuwan lain, namun ditandatangani Einstein untuk menarik perhatian presiden karena statusnya sebagai salah satu ilmuwan terbesar sepanjang masa.
-
Di mana tempat dan tanggal surat ditulis? Tempat dan tanggal surat biasanya ditulis di sudut kanan atas surat. Ini menunjukkan di mana dan kapan surat tersebut dibuat. Contohnya:Jakarta, 12 Oktober 2024
-
Siapa yang menulis surat? Dari siswi baru, Dewi Cahya
-
Siapa yang membuat surat pernyataan? Yang bertanda tangan di bawah ini :Nama : Anton SyahputraNISN : 88765463544578Kelas : XI IPS – 3Sekolah : SMA Negeri 1 MedanAlamat : Jl. Amal No. 123, Medan Dengan ini menyatakan mengakui kesalahan yang sudah saya lakukan berupa absen sekolah selama 5 hari berturut – turut tanpa pemberitahuan, terhitung dari tanggal 15 Februari 2020 s/d 19 Februari 2020.
-
Kenapa pesan itu ditulis? “Tampaknya itu cara dia berbicara,“ kata Price kepada The Times of Israel, dikutip Senin (3/7).
-
Dokumen apa saja yang diperlukan? Berikut berkas persyaratan yang perlu diperhatikan; 1) Fotokopi rekening tabungan haji ukuran 100% sebanyak 2 lembar. 2) Fotokopi KTP ukuran 100% sebanyak 5 lembar. 5) Fotokopi surat kesehatan ukuran 100% yang mencantumkan tinggi badan, berat badan, dan golongan darah sebanyak 2 lembar.
Dalam surat itu, Rukmono mengatakan bahwa meningkatnya kasus Covid-19 mengakibatkan kenaikan kebutuhan oksigen sehingga terjadi kelangkaan penyediaan oksigen.
Rukmono melaporkan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pasokan oksigen dari penyedia maupun tempat lain tetapi sampai saat ini masih mengalami kendala dan pasokan oksigen diperkirakan datang paling cepat akan datang ke RSUP Dr Sardjito pada Minggu 4 Juli 2021 pukul 12.00 WIB.
"Persediaan oksigen sentral di RSUP Dr Sardjito akan mengalami penurunan pada hari ini Sabtu tanggal 3 Juli 2021 pukul 16.00 WIB sampai dengan kehabisan persediaan oksigen pukul 18.00 WIB sehingga beresiko pada keselamatan pasien yang dirawat baik pasien Covid-19 maupun Non Covid-19," kata Rukmono dalam surat itu.
"Kami sudah melakukan upaya antisipasi maksimal dan penghematan seoptimal mungkin. Untuk itu, kami mengajukan permohonan dukungan agar kebutuhan oksigen dapat dipenuhi, mengingat RSUP Dr Sardjito termasuk RS Rujukan dalam penanganan pasien Covid-19 sampai tingkat critical,"sambung Rukmono.
Kepala Bagian Hukum, Organisasi dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Banu Hermawan membenarkan adanya stok oksigen yang menipis. Banu menceritakan sudah sejak tiga atau empat hari lalu pihaknya telah mewarning ke beberapa pihak tentang kondisi oksigen di RSUP Dr Sardjito.
Kondisi menipisnya oksigen ini coba diantisipasi RSUP Dr Sardjito dengan mencari sejumlah penyuplai oksigen lainnya. Lonjakan kebutuhan oksigen ini disebut Banu tak bisa dipenuhi penyuplai yang selama ini bekerjasama dengan RSUP Dr Sardjito.
"Lonjakan pasien terjadi pada Jumat kemarin. Pasien banyak sekali yang masuk sehingga kondisi oksigen semakin menipis. Dari pihak penyuplai mengatakan akan datang oksigen pada Sabtu malam,"kata Banu, Sabtu (3/7) malam.
"Jadi bukan kok habis-bis. Itu dalam artian oksigen yang keluar tidak maksimal. Sehingga suplai ke masing-masing rawat inap itu jadu berkurang. Ini oksigen central yang liquid itu. Jadi gini kita bisa nyatakan setengah 10 tadi oksigen sudah tidak mampu memberikan oksigen sudah menurun fungsinya betul. Sampai sekarang keluar tapi tidak cukup berarti," terang Banu.
Banu menceritakan untuk antisipasi pihaknya pun menggunakan penanganan dengan oksigen tabung. Oksigen tabung ini dipakai untuk mengurangi oksigen pasien-pasien yang sudah agak membaik.
"Kita hentikan oksigennya dulu. Sementara untuk mensuplai yang kondisi tidak baik Ya memang mensiasati pasien yang tak butuh oksigen kita hentikan. Menipisnya stok oksigen central beresiko ke keselamatan pasien. Kita tidak bisa memungkiri itu. Pasti terjadi seperti itu. Itu pada pasien kondisi kritis. Jadi pasien berbahaya ini pasien dalam kondisi kritis. Dia tidak tersuplai oksigen ya akhirnya ya beresiko terhadap mereka," urai Banu.
"Jadi kalau sebelum Isya (Sabtu 3 Juli) itu memang kondisi klinis. Setelah isya kita belum bisa data apakah kondisi klinis atau bukan. Kita tidak bisa menggeneralisirasi mereka meninggal karena oksigen. Masih koordinasi dengan pihak-pihak terkait," pungkas Banu.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengacara menduga ada kelalaian yang dilakukan petugas jaga saat itu.
Baca SelengkapnyaRSUD Pirngadi Medan tak menampik dalam proses distribusi obat mengalami keterlambatan. Namun kini obat-obatan itu telah tiba di RSUD Dr.Pirngadi Medan.
Baca SelengkapnyaSeorang dokter bernama M Ramadhani Soeroso viral di media sosial usai mengkritik manajemen RSUD Dr. Pirngadi Medan lantaran ketiadaan stok obat di RS itu.
Baca SelengkapnyaSeorang dokter bernama M Ramadhani Soeroso viral di media sosial usai mengkritik manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Pirngadi Medan.
Baca SelengkapnyaBelakangan, terungkap sosok sang sopir ambulans. Dia muncul sembari memberi klarifikasi.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaRatusan orang itu terpaksa dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan gas hidrogen sulfida.
Baca SelengkapnyaSuardi berdalih ingin mengganti dengan ambulans yang sesuai Pergub.
Baca SelengkapnyaAkibat perbuatan si sopir, pihak rumah sakit bereaksi. Rumah sakit meminta maaf dan berjanji memperbaiki.
Baca SelengkapnyaSebanyak 101 warga Mandailing Natal menjadi korban keracunan gas hidrogen sulfida sehingga harus dilarikan ke rumah sakit, Kamis (22/2) malam.
Baca SelengkapnyaPadahal menurut keterangan keluarga jenazah, pihaknya sudah membayar uang untuk biaya ambulans tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca Selengkapnya