Ruwatan dari warga Yogyakarta untuk Ahok
Merdeka.com - Puluhan warga Yogyakarta yang tergabung dalam komunitas lintas agama dan budaya Rejo Semut Ireng menggelar ritual ruwatan untuk menjaga kebhinekaan dan keselamatan Indonesia dari perpecahan, Minggu (9/3). Dalam aksi ruwatan tersebut, puluhan warga ini memulainya dari Tugu Pal Putih Yogyakarta kemudian berjalan kaki menuju Sungai Code yang berjarak lebih kurang 500 meter.
Dengan beriringan dan sembari melantunkan kidung-kidung doa, puluhan ini pun berjalan kaki ke Sungai Code. Sesampainya di Sungai Code, puluhan anggota Rejo Semut Ireng inipun turun ke Sungai Code dan melarung sebuah kotak suara sebagai penanda berakhirnya ritual ruwatan.
Menurut Koordinator Rejo Semut Ireng, Santosa, ruwatan ini digelar sebagai wujud keprihatinan para pegiat seni dan budaya di Yogyakarta terhadap kebhinekaan yang mulai terusik. Padahal sudah sejak awal ketika negara ini berdiri, lanjut Santosa, Bhineka Tunggal Ika sudah disepakati bersama oleh para pendiri bangsa.
-
Bagaimana doa Pemilu dilakukan? Berikut bacaan doa pemilu, dilansir dari berbagai sumber.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Siapa yang ikut dalam kirab tedhak loji? Selain itu, acara kirab juga diikuti oleh para bangsawan dan prajurit beserta abdi dalem keraton.
-
Apa yang dilakukan warga saat Jokowi berkunjung? Padahal korban tersebut hanya membentangkan spanduk berisikan 'Selamat Datang Pak Jokowi, Kami Sudah Pindah, Kami Pilih Ganjar' pada saat Jokowi berada di pasar Agrosari, Wonosari.
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
"Kami merasa prihatin karena kebhinekaan telah tercoreng oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab. Untuk itu kami memberikan dukungan Ahok sebagai simbol minoritas dan keberagaman yang terzalimi. Walaupun kami secara politis tidak bisa mendukung Ahok, tetapi kami jelas mendukung keberagaman dan kebhinekaan di Indonesia," terang Santosa.
Santosa menjelaskan, ruwatan yang dinamai Mantram Pangkruwat Bangsa. Tujuannya untuk membuang sangkal atau sial supaya bangsa Indonesia terhindar dari perpecahan.
"Kami larung atau hanyutkan kotak suara sebagai simbol untuk membuang sial. Supaya perpecahan karena dorongan kelompok tertentu yang memiliki tujuan untuk mencoreng kebhinekaan di Indonesia bisa dihindari," terang Santosa.
Santosa menambahkan, aroma perpecahan bangsa ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini membuat kelompok lintas agama, budaya dan kesenian di Yogyakarta menjadi prihatin. Keprihatinan itu pun dituangkan kedalam acara ruwatan Mantram Pangkruwat Bangsa.
"Memiliki sikap dan keyakinan yang berbeda dengan kelompok lainnya itu harus dihargai. Jangan ada pemaksaan kehendak di Indonesia. Nilai kebhinekaan dan keberagaman harus terus disuarakan dan dijaga. Dari Yogyakarta kami berdoa untuk keselamatan Indonesia dan Ahok," pungkas Santosa.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka melakukan long march sejak dari Taman Parkir ABA Yogyakarta hingga Kawasan Titik Nol Kilometer.
Baca SelengkapnyaAksi ini diikuti oleh lebih kurang 2.000 orang yang terdiri dari mahasiswa hingga elemen masyarakat lainnya.
Baca SelengkapnyaDalam aksinya, demonstran menggantung boneka yang mengenakan topeng mirip Jokowi.
Baca SelengkapnyaMereka yang tergabung dalam Barisan Relawan Bhineka Jaya melakukan dukungan kepada Ahok untuk menjadi Calon Gubernur DKI yang diusung PDIP.
Baca SelengkapnyaRektor Universitas Islam Indonesia (UII) Fathul Wahid sempat membacakan puisi berjudul 'Sak Karepmu' di depan ribuan massa aksi Jogja Memangg
Baca SelengkapnyaBanyak makna filosofis yang terkandung dalam tradisi ini
Baca SelengkapnyaAksi bertajuk "Jogja Memanggil" ini membawa sejumlah tuntutan di antaranya penolakan pada revisi RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaMengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Baca SelengkapnyaTercatat ada 43 Bhiksu Thudong yang hadir. Mereka berasal dari sejumlah negara seperti Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Korea Selatan.
Baca SelengkapnyaGerak jalan yang dilangsungkan di lokasi sakral Alun-Alun Yogyakarta
Baca SelengkapnyaBertindak sebagai inspektur upacara, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.
Baca SelengkapnyaGibran yang dianggap telah meninggalkan PDI Perjuangan sehingga harus ditinggalkan saja.
Baca Selengkapnya