Saat Duterte seberani Soekarno tantang PBB
Merdeka.com - Kecaman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menanggapi kebijakannya memerangi peredaran narkoba secara brutal membuat Presiden Rodrigo Duterte meradang. Dia sudah berulang kali mengingatkan agar PBB tidak ikut campur dalam cara yang dia terapkan.
Sejak Duterte menduduki kursi kepresidenan Filipina, 1.500 nyawa telah melayang atas perintahnya untuk menghentikan peredaran narkoba. Hal itu membuat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon bersuara, dan mengkritik caranya yang disebut kelompok pegiat HAM sebagai aksi brutal.
Namun Duterte tak peduli. Dia merasa peperangan melawan bandar narkoba adalah urusan dalam negeri Filipina. Duterte malah mengancam bakal keluar dari keanggotaan PBB.
-
Apa peran Soedjatmoko di PBB? Tugas mereka adalah menyampaikan posisi Indonesia di pemuka Dewan Keamanan PBB.
-
Siapa Presiden pertama Filipina? Manuel Roxas mengambil kembali sumpahnya sebagai Presiden pertama Republik Filipina, setelah menyepakati perjanjian dengan Amerika Serikat.
-
Kenapa PBB di Jakarta dikorting? Kebijakan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menciptakan keadilan dan pemerataan dalam pemungutan pajak.
-
Siapa yang menjadi juru bicara Indonesia di PBB? Untuk memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia melalui jalur diplomasi, Presiden Soekarno meminta LN Palar untuk menjadi juru bicara Indonesia di pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
-
Apa yang membuat Sekjen PBB terkejut? 'Sekretaris Jenderal Antonio Guterres sangat terkejut dengan tingginya angka kematian, cedera, dan kerusakan yang terjadi di Gaza utara. Banyak warga sipil terjebak di bawah reruntuhan, sementara mereka yang sakit dan terluka tidak mendapatkan akses ke perawatan kesehatan yang memadai. Selain itu, banyak keluarga yang menghadapi kekurangan makanan dan kesulitan dalam mencari tempat tinggal.'
-
Mengapa Presiden Soekarno mendirikan PDRI? Dalam situasi darurat ini, Presiden Soekarno memberikan mandat kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara untuk mendirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi, Sumatera Barat. Tindakan tersebut memastikan keberlangsungan pemerintahan Indonesia serta menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah.
Ketegasan Duterte ini mengingatkan kembali keberanian Presiden Pertama RI, Ir Soekarno yang menantang PBB. Bung Karno juga menyatakan keluar dari keanggotaannya karena lembaga tersebut tak lagi dianggap netral.
Perseteruan Bung Karno dengan PBB dimulai ketika tiga negara, yakni Indonesia, Melayu dan Filipina menginisiasi pembentukan organisasi nonpolitik bernama Maphilindo, sekitar bulan Juli 1963. Organisasi itu dibentuk untuk mempersatukan negara-negara bekas koloni Eropa.
Di samping itu, tujuan utama organisasi itu adalah untuk mencegah terbentuknya negara Malaysia bentukan Inggris. Baik Presiden Filipina Diosdado Macapagal dan Soekarno memiliki pendapat sama, negara Malaysia bisa menjadi neo-kolonialisme gaya baru dan mengancam stabilitas kawasan.
Penolakan keduanya tak menghalangi terbentuknya Federasi Malaysia, berdasarkan perjanjian Malaysia pada 16 September 1963. PBB resmi telah memasukkan Malaysia sebagai anggotanya, yang kala itu masih bernama Federasi Malaya pada pada 17 September 1957.
Penerimaan PBB tersebut membuat Bung Karno meradang. Bersama TNI, Sang Putra Fajar segera menyiapkan Operasi Dwikora, sedangkan Filipina memilih untuk tidak terlibat dalam opsi militer.
Selain itu, Bung Karno juga mengirimkan surat keberatannya, dan disampaikan langsung di hadapan Majelis Umum PBB pada 30 September 1960. Dia beralasan, PBB tak punya visi untuk mengentaskan persoalan antara Indonesia dan Malaysia.
"Oleh karenanya, jikalau PBB sekarang, PBB yang belum diubah, yang tidak lagi mencerminkan keadaan sekarang, jikalau PBB menerima Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan, kita, Indonesia, akan keluar. Kita akan meninggalkan PBB sekarang!" teriak Soekarno, demikian dikutip dari buku 'Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Jepang dan Zaman Republik Indonesia'.
Berbagai upaya tetap dilakukan Indonesia demi mengadang niat Malaysia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Apalagi, Bung Karno sendiri telah meluncurkan Operasi Dwikora, sekaligus Konfrontasi bersenjata dengan negeri Jiran tersebut.
Setelah merasa berbagai upaya pendekatan tak menemukan hasil, sementara Malaysia tetap masuk menjadi anggota DK PBB, akhirnya Soekarno menyatakan sikap. "Sekarang, karena ternyata bahwa Malaysia diterima menjadi anggota Dewan Keamanan, saya menyatakan bahwa Indonesia keluar dari PBB!" ujar Soekarno pada 7 Januari 1965.
13 Hari kemudian, Indonesia resmi keluar, seiring diterimanya surat resmi yang diberikan Menteri Luar Negeri Dr Soebandrio tertanggal 20 Januari 1965 kepada Sekjen PBB U Thant. Selain kepada PBB, Soekarno juga menuliskan surat kepada negara-negara sahabat untuk menjelaskan sikap Indonesia yang keluar dari PBB.
Sebagai balasannya, Bung Karno secara resmi mendirikan Conference of the New Emerging Forces (Conefo) yang diumumkan pada 7 Januari 1965. Organisasi ini dibangun untuk menandingi PBB yang dianggapnya terlalu pro-Barat.
Namun mundurnya Indonesia tidak berlangsung lama. Di penghujung tahun, tepatnya September 1965 terjadi perubahan peta politik, di mana pemerintahan Soekarno berganti menjadi Orde Baru di bawah Soeharto. Atas dorongan Pak Harto, sapaan Soeharto, Indonesia kembali menjadi anggota PBB, yang diresmikan pada 28 September 1966.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pakar berpendapat bahwa meskipun pernyataan Sara Duterte sangat tegas, dukungan politiknya tidak akan berkurang.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Filipina.
Baca SelengkapnyaPeople Power adalah gerakan rakyat menggulingkan kekuasaan otoriter.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo tiba di Villamor Air Base, Manila pada hari Kamis (19/9) sekitar pukul 19.00 waktu setempat.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo menyampaikan Indonesia menganggap Filipina sebagai mitra strategis Indonesia, khususnya di bidang pertahanan.
Baca SelengkapnyaSejumlah pengamat menanggapi kunjungan Presiden Prabowo ke luar negeri.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, diplomasi yang dilakukan Indonesia sangat terampil dengan keteguhan pada prinsip termasuk pada piagam PBB.
Baca SelengkapnyaPrabowo dengan tegas mengatakan Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina yang berdaulat.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo tiba di Villamor Air Base, Manila pada hari Kamis (19/9) sekitar pukul 19.00 waktu setempat
Baca SelengkapnyaDemi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia
Baca SelengkapnyaTengah Air Base jadi markas pesawat jet tempur Inggris. Dijaga kuat dengan rudal antipesawat udara.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto melakukan pertemuan dengan Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) António Guterres. Sejumlah isu strategis dibahas.
Baca Selengkapnya