Saat Pandemi Covid-19, Waspadai Juga Gigitan Nyamuk DBD Pagi dan Sore
Merdeka.com - Ahli infeksi dan pediatri tropik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Mulya Rahma Karyanti mengatakan nyamuk Aedes Aegypti yang mengakibatkan demam berdarah dengue (DBD) memiliki perilaku menggigit pada pagi dan sore hari. Khusus pagi hari, nyamuk dengan ciri khas kaki berwarna hitam dan putih itu mencari sasaran mulai pukul 10.00 sampai 12.00.
"Sama sebelum magrib ya, jam 4 sampai jam 5 sore," ucap Mulya dalam Talk Show Ancaman Demam Berdarah di Masa Pandemi yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Senin (22/6).
Menurut Mulya, nyamuk DBD menyukai tempat lembap dan genangan air, seperti bak mandi atau pot bunga. Guna mencegah nyamuk tersebut berkembang biak, masyarakat dianjurkan untuk rajin menerapkan 3 M, yakni menutup, menguras dan mendaur ulang.
-
Bagaimana mencegah gigitan nyamuk demam berdarah? Agar terhindar dari gigitan nyamuk, Leonard mengingatkan agar menguras tempat penampungan air, menutup wadah-wadah penampungan air, mengubur barang-barang bekas, menjaga kebersihan rumah. Serta yang terpenting adalah penggunaan losion atau obat nyamuk.
-
Kenapa penting untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes? Praktisi kesehatan masyarakat dr. Octoviana Carolina M KM mengingatkan pentingnya mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti, yang membawa perantara penularan penyakit DBD.
-
Bagaimana cara mencegah gigitan nyamuk? Gigitan nyamuk tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga dapat menularkan penyakit berbahaya seperti demam berdarah, malaria, dan Zika. Berikut cara efektif untuk mencegah gigitan nyamuk:
-
Bagaimana cara mencegah penularan demam berdarah? 3M Plus: Praktikkan ‘Menguras, Menutup, Mengubur, dan Memantau’ (3M Plus) untuk mengontrol tempat berkembang biak nyamuk Aedes.Menggunakan Repelen Nyamuk: Sama seperti pencegahan malaria, menggunakan repelen nyamuk juga efektif untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes.Memasang Kawat Nyamuk: Pasang kawat nyamuk pada jendela dan ventilasi untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
-
Bagaimana cara menghentikan berkembang biak nyamuk Aedes? Dokter Octoviana menyampaikan bahwa pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M Plus merupakan cara yang efektif untuk mencegah penularan virus dengue.
Dia menjelaskan, pada dasarnya gejala DBD berbeda dengan Covid-19, meskipun keduanya sama-sama disebabkan terinfeksi virus. Pada kasus Covid-19, gejala yang muncul cenderung terjadi pada bagian pernapasan.
Sedangkan gejala DBD, lebih kepada demam dan pendarahan kulit, seperti mimisan, gusi berdarah atau memar.
Selain itu, gejala penderita DBD biasanya mengalami panas mendadak, kadang disertai muka merah, nyeri kepala, nyeri di belakang mata, muntah-muntah dan bisa disertai pendarahan.
"Itu yang tidak ada pada covid, pendarahan spontan, mimisan, gusi berdarah, atau timbul bintik-bintik merah di kulit, itu bisa terjadi," terangnya.
Dia menjelaskan, pada kasus DBD, apabila demam tak kunjung membaik selama tiga hari, penderita diminta minum air putih yang banyak. Jika tidak dilakukan, maka penderita bisa mengalami dehidrasi sehingga kondisi kesehatannya memburuk.
"Nah, kalau demam 2 sampai 3 hari tidak membaik, segera ke rumah sakit," katanya.
Bahaya lain DBD yang dapat diamati melalui gejala berupa sakit perut, letargi atau lemas, pendarahan spontan, pembesaran perut, hati dan ada penumpukan cairan. Penderita yang mengalami kondisi tersebut bisa dengan mudah memasuki fase kritis.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nyamuk, meskipun kecil, dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Sarang nyamuk yang mudah terbentuk di sekitar rumah bisa menjadi sumber penyakit menular.
Baca SelengkapnyaBeberapa ciri nyamuk aedes aegypti yang menjadi penyebab dari penyakit DBD.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Temukan Penyebaran DBD Meningkat, Kasus Paling Banyak di Jakarta Selatan
Baca SelengkapnyaBeberapa tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk Aedes aegypti di lingkungan rumah
Baca SelengkapnyaGigitan nyamuk sering kali menjadi masalah yang mengganggu saat bepergian, terutama ke daerah-daerah dengan iklim tropis atau subtropis.
Baca SelengkapnyaPer 1 Maret 2024, tercatat kasus DBD mencapai 16.000 kasus
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data RSUD Taman Sari tidak ada korban jika dalam kasus DBD tahun ini.
Baca Selengkapnya