Saat pasukan TNI menangis haru melihat Jenderal Soedirman
Merdeka.com - Suatu malam di belantara Jawa tahun 1949. Soedirman terbatuk-batuk sepanjang malam dalam sebuah pondok reot di tengah hutan. Mantel lusuhnya tidak mampu menahan udara dingin malam itu. Paru-parunya terus digerus penyakit TBC yang makin parah.
Di luar pondok, berjaga belasan pengawal Soedirman. Mereka tahu saat ini sang panglima menjadi buruan nomor satu pasukan baret merah Belanda, Korps Speciale Troepen (KST). Nyawa Soedirman dalam bahaya besar.
Tak ada pengawal Soedirman yang tidak meneteskan air mata. Betapa teguh hati jenderal bermantel lusuh yang sakit-sakitan itu.
-
Siapa yang menjadi Panglima TNI? Saat Indonesia merdeka, Surono dan kawan-kawannya bergabung dengan Barisan Keamanan Raktay (BKR) di Banyumas. Di sinilah Surono selalu mendampingi Soedirman yang kelak menjadi Panglima TNI.
-
Apa penghargaan yang diterima Panglima TNI? Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dianugerahi penghargaan Meritorious Service Medal dari Pemerintah Singapura.
-
Kenapa Panglima TNI dapat penghargaan? Penghargaan ini diberikan ketika sang jenderal melakukan kunjungan kerja (Kunker) di Singapura dalam rangka melindungi kepentingan nasional melalui diplomasi militer.
-
Apa tugas dari Panglima TNI? Dengan mempertimbangkan banyak aspek dan kepentingan nasional.
-
Apa prestasi Anak TNI tersebut? Dia baru saja 'memborong' dua medali atas kemenangannya pada Kejuaraan Nasional Arung Jeram Jakarta Tahun 2024.
-
Siapa pemimpin Gerakan Hijrah Pasukan Siliwangi? Gerakan Hijrah ini dipimpin oleh Letkol Mokoginta dan diketuai oleh Arudji Kartawinata selaku Menteri Muda Pertahanan.
Soedirman lahir tahun 1916 di Desa Bantarbarang, Purbalingga, Jawa Tengah. Awalnya Soedirman adalah guru di sekolah Muhammadiyah. Dia kemudian mengikuti pendidikan Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor. Soedirman menjadi Daidancho atau Komandan Batalyon di Kroya. Setelah kemerdekaan, Soedirman mendapat pangkat kolonel dan memimpin Divisi Y. Dia membawahi enam resimen di Jatiwangi, Cirebon, Tegal, Purwokerto, Purworedjo dan Cilacap.
Nama Soedirman bersinar saat pertempuran di Ambarawa. Dalam pertempuran yang terjadi tahun 1945 itu, Soedirman dan pasukannya berhasil memukul pasukan Inggris. Dalam sidang tentara, Soedirman kemudian terpilih menjadi panglima TNI. Soedirman memikul tanggung jawab besar. Mempertahankan kemerdekaan RI dari kemungkinan ancaman agresi militer Belanda.
Agresi Militer Belanda II tanggal 19 Desember 1948 sukses menduduki Yogyakarta yang saat itu menjadi ibukota Republik Indonesia. Gabungan pasukan baret hijau dan baret merah Belanda merebut Yogya hanya dalam hitungan jam. Mereka pun menangkap para pimpinan republik. Soekarno, Hatta, Sjahrir dan hampir seluruh pejabat negara saat itu.
Tapi Soedirman tidak mau menyerah. Dia menolak permintaan Soekarno untuk tetap tinggal di Yogyakarta. Saat itu ada perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan pemimpin militer. Soedirman memilih masuk hutan. Memimpin pasukannya dari belantara hutan dan mengorbankan perlawanan semesta sesuai perintah siasat nomor satu.
Soedirman memerintahkan seluruh prajurit TNI untuk membentuk kantong-kantong gerilya. Mundur dari daerah perkotaan yang dikuasai Belanda dan bersiap untuk bergerilya dalam waktu yang panjang.
Dimulailah perjalanan legenda itu. Panglima tertinggi TNI dengan paru-paru sebelah, dan tubuh sempoyongan bergerilya keluar masuk hutan. Mengorganisir anak buahnya dan membuktikan TNI masih ada.
Ibukota negara boleh jatuh, presiden boleh ditawan, tapi TNI tidak pernah menyerah. Benteng terakhir republik ada dalam hati para prajurit.
Kondisi kesehatan Soedirman terus memburuk. Akhirnya dia terpaksa ditandu. Konon, setiap prajurit berebutan mengangkut tandu sang jenderal itu. Mereka semua merasa haru melihat sosok Pak Dirman.
Pasukan baret merah Belanda selalu gagal menangkap Soedirman. Berkali-kali pasukan kebanggaan Jenderal Spoor ini harus pulang dengan tangan hampa saat memburu Soedirman.
Perjuangan Soedirman tidak sia-sia. Berbagai serangan yang dilakukan TNI mampu mendesak Belanda duduk ke meja perundingan. Hingga akhirnya Belanda setuju untuk meninggalkan Yogyakarta.
Maka Soedirman kembali ke Yogyakarta. Resimen-resimen TNI berbaris menyambutnya. Mereka tidak kuasa menahan haru melihat tubuh kurus yang berbalut mantel seperti milik petani itu. Para prajurit tahu hanya semangat yang membuat Pak Dirman tahan bergerilya berbulan-bulan.
Mata para prajurit yang berbaris rapi itu basah oleh air mata. Dada mereka sesak saat memberikan penghormatan bersenjata pada Soedirman.
Semua tahu, gerilya yang dilakukan Soedirman besar artinya untuk Republik Indonesia. Jika Soedirman tidak bergerilya dan melakukan serangan pada Belanda, maka dunia internasional akan percaya propaganda Belanda bahwa republik sudah hancur. Tanpa gerilya, Indonesia tidak akan mungkin punya suara dalam perundingan Internasional.
Di depan istana Presiden Yogyakarta, Soekarno merangkul Soedirman. Soekarno sempat mengulangi pelukannya karena saat pelukan pertama tidak ada yang memotret momen itu. Momen ini penting artinya, pertemuan keduanya seakan menghapus perbedaan pendapat antara pemimpin sipil dan militer.
Soedirman meninggal 29 Januari 1950. Saat merah putih sudah berkibar di seluruh pelosok nusantara, Soedirman tidak hidup cukup lama untuk melihat hasil perjuangannya. (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia pernah memiliki seorang Panglima TNI termuda yang menjabat saat masih berusia 19 tahun, ia adalah Jenderal besar TNI (Anumerta) Raden Soedirman.
Baca SelengkapnyaJenderal TNI bongkar cerita saat dirinya sakit di hutan yang bikin merinding.
Baca SelengkapnyaReaksi prajurit TNI yang berusaha tegar melihat sang ayah meninggal dunia di rumah duka.
Baca SelengkapnyaTangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tak terduga dialami oleh Komandan Pasukan Pembawa Bendera Panji TNI-Polri yang pingsan dalam Upacara Pelantikan Perwira di Istana Negara, Rabu (26/7).
Baca SelengkapnyaMaruli mengaku bahwa sosok mertuanya sejak aktif menjadi tentara memiliki cita-cita menjadi Kasad.
Baca SelengkapnyaMomen haru upacara persemayaman Kopda Hendrianto. Isak tangis keluarga kehilangan Kopda Hendrianto.
Baca SelengkapnyaSetibanya di rumah, seorang anggota TNI ini terlihat memeluk sambil menenangkan ibunya yang sedang menangis histeris.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaPerjuangan para prajurit TNI yang harus bersiaga menjaga perbatasan
Baca SelengkapnyaBegini foto lawas jenderal marinir saat tugas di dalam hutan. Gayanya bikin pangling bak rambo.
Baca Selengkapnya