Saat Soeharto marah tak dijadikan pimpinan TNI AD oleh Soekarno
Merdeka.com - Peristiwa Gerakan 30 September melambungkan nama Soeharto hingga menjadi presiden. Momen-momen perdebatan mewarnai hubungan Soeharto dengan Bung Karno pada saat-saat kritis.
Tampuk pimpinan AD mengalami kekosongan setelah Letjen Ahmad Yani dan lima perwira tinggi AD lainnya diculik dalam G30S. Setelah RRI berhasil dikuasai pasukan Kol Sarwo Edhie, Mayjen Soeharto langsung mengumumkan mengambil alih komando pimpinan AD untuk sementara waktu. Hal itu diakui Soeharto guna mengisi kekosongan komando di AD karena enam petingginya tewas dalam G30S.
Namun, Presiden Soekarno ternyata memiliki pandangan lain. Bung Karno berniat menjadikan Mayjen Pranoto Reksosamodra sebagai pelaksana harian, sementara tongkat pimpinan AD langsung berada di bawah kendali Bung Karno. Hal ini diutarakan Bung Karno saat bertemu dengan Soeharto di Istana Bogor, 2 Oktober 1965.
-
Kenapa Soeharto diangkat jadi Jenderal Besar? Mabes ABRI tahun 1997 menyebutkan setidaknya ada tiga prestasi Soeharto yang membuatnya dinilai layak untuk mendapatkan gelar Jenderal Besar.
-
Siapa yang menggantikan Soeharto? Dia kemudian digantikan BJ Habibie sebagai Presiden ketiga RI.
-
Siapa yang Sukarno tunjuk sebagai pelaksana tugas harian? Sukarno, yang memiliki penilaiannya sendiri terhadap setiap calon panglima, akhirnya memutuskan untuk menunjuk Pronoto sebagai pelaksana tugas harian atau caretaker.
-
Kenapa Sukarno tunjuk Soeharto untuk pidato radio? Menganggapi Soeharto yang sakit hati, akhirnya Bung Karno berusaha menengahi dan menanyakan bagaimana solusinya. Kendati uring-uringan, Soeharto tetap menawarkan solusi.'Satu-satunya cara, ialah dengan pidato radio kepada rakyat bahwa saya diberi tugas bertanggungjawab mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban oleh Bapak Presiden,' ujar Soeharto.
-
Kapan Soeharto berangkat kerja? Pak Harto Terbiasa Berangkat ke Kantor Jam 09.00 Atau Jam 10.00 WIB Pagi harinya dia akan bekerja di Jl Cendana, seperti memanggil menteri atau memeriksa laporan dari para pejabat.
-
Kenapa Soekarno pilih mantan pegawai Jepang? Sedangkan mantan pegawai administrasi pemerintahan Jepang dipilih karena situasi Indonesia saat itu masih berada dalam masa sulit, di mana masih ada peralihan dari pihak Jepang ke pihak Sekutu.
Mendengar pernyataan Bung Karno itu, Mayjen Soeharto langsung berkomentar halus. Biasanya dia yang selalu menjadi pelaksana harian jika Jenderal Yani berhalangan.
Belum sempat Presiden Soekarno menjawab, Soeharto langsung menyambung ucapannya. "Tetapi, saat ini karena Bapak Presiden telah mengangkat Jenderal Pranoto sebagai pelaksana harian, dan supaya jangan menimbulkan dualisme pimpinan dalam Angkatan Darat, saya serahkan tanggung jawab keamanan ini dan ketertiban umum pada pejabat baru."
Mendengar ucapan Mayjen Soeharo, Bung Karno langsung beraksi. "Jangan, bukan maksud saya begitu. Harto tetap bertanggung jawab mengenai keamanan dan ketertiban," kata Bung Karno.
Mayjen Soeharto kemudian mempertanyakan ucapan Bung Karno. Dengan emosi Soeharto mempertanyakan dasar yang dimilikinya sebagai penanggung jawab.
"Lantas dasar saya apa? Dengan tertulis Bapak telah mengangkat Mayor Jenderal Pranoto dan harus ditaati. Orang bisa mengira, saya ini tidak tahu diri, ambisius dan tidak patuh. Kan repot Pak," kata Mayjen Soeharto dalam Otobiografi Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya terbitan PT Citra Lamtoro Gung Persada 1989.
"Lantas bagaimana caranya?" tanya Bung Karno.
Soeharto kemudian menjawab, satu-satunya cara adalah Presiden Soekarno berpidato kepada rakyat melalui radio soal mandat yang diberikan kepadanya mengenai pemulihan keamanan dan ketertiban pasca-G30S.
Bung Karno lantas memanggil Komandan Tjakrabirawa Brigjen Sabur. Dia memerintahkan agar Sabur melakukan apa yang diminta Soeharto.
Meski menerima, Soeharto mengaku kurang sreg atas pengangkatan Mayjen Pranoto sebagai pelaksana harian. Soeharto bahkan mengaku tidak percaya kepadanya. Namun demikian, dia hanya diam saja, tidak mengungkapkannya ke Bung Karno.
Tanggal 16 Februari 1966, Soeharto memberikan perintah penangkapan untuk Jenderal Pranoto. Soeharto menuding Pranoto terlibat G30S. Bahkan Pranoto masuk salah satu gembong gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Pranoto mencoba menyanggah tudingan yang dialamatkan padanya. Namun percuma, tak ada keadilan atau pengadilan bagi tahanan politik yang sudah dicap PKI.
Tanggal 16 Februari 1981, Pranoto dibebaskan dari tahanan. Dia berjalan kaki ke rumah anak-anaknya di Kramatjati, Jakarta Timur.
Jenderal pilihan Soekarno ini meninggal 9 Juni 1992. Cap tahanan politik belum lepas bahkan saat kematiannya. Nasib Pranoto sama buruknya dengan Soekarno yang meninggal dengan status tahanan rumah.
Simak juga:
Ini pengakuan CIA atas tragedi 30 September di Indonesia
CIA akhirnya membuka arsip G30S 1965, siapa gulingkan Soekarno?
Ditemukan, makam 24 korban pembantaian 1965 di Semarang
Arsip korupsi bisa dibuka, tapi gestok 1965 masih terlarang
Jenderal Gatot: Sekarang neokomunis dianggap paham demokrasi
Peringati G30S, TNI gelar tahlil & doa bersama di Lubang Buaya (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Presiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaJenderal sepuh Try Sutrisno menjadi perbincangan publik saat Puncak acara HUT ke-79 TNI di lapangan Silang Monumen Nasional (Monas) Jakarta Pusat.
Baca SelengkapnyaDikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaMemakai seragam militer saja nyaris sudah tidak pernah. Tapi kenapa Jenderal ini yang dipilih?
Baca SelengkapnyaPerjalanan karir militer seorang perwira tak bisa ditebak. Begitu juga dengan Kolonel Angkatan Darat ini.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaDua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHanya ada tiga jenderal besar dalam sejarah Indonesia. Apa yang membuat Soeharto menjadi salah satu penerimanya?
Baca SelengkapnyaTimnas AMIN mengingatkan soal pemberhentian Prabowo dari dinas TNI dan Pelanggaran HAM.
Baca SelengkapnyaMegawati sempat membahas tentang TAP MPR Nomor XXXIII/MPRS/1967.
Baca Selengkapnya