Sadisnya pembantaian orangutan diberondong 130 pelor
Merdeka.com - Orangutan usia remaja, ditemukan warga terdesak dan terlihat merintih kesakitan di areal Taman Nasional Kutai (TNK) kawasan Desa Teluk Pandan, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, Sabtu (3/2).
Kondisinya yang memburuk, mengakibatkan Orangutan itu mati pada Selasa (6/2) dini hari sekira pukul 01.55 Wita, saat berada di Balai TNK di kota Bontang. Ditemukan banyak luka di badannya.
Hasil autopsi ditemukan 130 peluru senapan angin, 19 luka menganga, 2 mata buta karena peluru yang bersarang serta telapak kaki kiri hilang diduga akibat sabetan senjata tajam.
-
Apa yang terjadi pada anak orangutan? 'Tim di lapangan berhasil evakuasi induknya hari Sabtu sekitar jam 9 pagi. Tapi anaknya, saat tim mengevakuasi, memisahkan diri dari induknya dan masuk cepat ke dalam hutan,' kata Kepala BKSDA Kalimantan Timur, Ari Wibawanto, dikonfirmasi merdeka.com, Senin (25/9).
-
Kenapa Orangutan terancam punah? Orangutan, spesies kera besar Asia yang unik, kini menghadapi ancaman kepunahan karena kehilangan habitat secara dramatis, pembunuhan ilegal, dan kebakaran hutan.
-
Mengapa Orangutan Tapanuli terancam punah? Hal ini disebabkan hanya terdapat 800 individu Orang utan Tapanuli yang masih hidup di Hutan Batang Toru. Selain itu, ancaman kehilangan habitat akibat perburuan juga menjadi faktor lainnya.
-
Apa yang membuat kondisi korban gigitan ular sangat parah? 'Tiga korban gigitan ular berbisa itu warga Kampung Cibogo dan Kampung Pamoean. Tetapi mereka menolak untuk dirujuk ke RSUD Banten,' kata Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat di Lebak. Demikian dikutip dari Antara, Selasa (6/2). Rencananya, tim medis relawan dan dokter akan mengunjungi tiga korban gigitan ular yang kini kondisinya cukup parah.
-
Siapa yang melakukan penusukan? Informasi yang dihimpun menyebutkan, korban yang berusia 8 tahun itu mengalami kebutaan pernanen pada mata sebelah kanannya. Kejadian itu sendiri, terjadi pada 7 Agustus lalu.
-
Apa yang terjadi pada korban? Korban pun akan terpanggang di dalamnya. Sebagai bagian dari desain hukuman yang kejam, saat perunggu yang panas membakar korban dan membuatnya berteriak.
"Kami akan jelaskan segera, bersama Balai TNK, Balai Gakkum Kalimantan. Tim yang bekerja ini, memang banyak unsur, diantaranya juga kepolisian," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur Sunandar Trigunajasa.
Manajer Perlindungan Habitat Center for Orangutan Protection (COP) Ramadhani menjelaskan, tim kepolisian melakukan olah TKP di lokasi awal penemuan satwa Orangutan malang itu.
"Orangutan itu sebenarnya ditemukan beberapa hari sebelumnya oleh warga setempat, dan dilaporkan hari Sabtu (3/2), karena warga kenal dengan petugas Balai TNK," sebut Ramadhani.
Dari lokasi awal, Orangutan dengan penuh luka itu, ditemukan terdesak di tengah embung. "Oleh petugas Balai, dipancing masuk kandang. Nah, dari pantauan kami, di sekitar embung itu, adalah kebun sawit warga dan kebun buah-buahan. Ada juga beberapa rumah tinggal," ungkap Ramadhani.
Ramadhani menerangkan, kasus ini mencuri perhatian media internasional. Apalagi, peristiwa ini kembali terjadi dengan rentang waktu kurang dari 3 pekan, pascakasus serupa Orangutan mati dengan 17 peluru di Kalahien, Kalimantan Tengah.
Bangkai Orangutan itu pun urung dikubur. Jasadnya masih diawetkan dalam lemari pendingin dan hari ini ditempatkan di Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, di Jalan Teuku Umar, Samarinda.
Sebelumnya, bangkai Orangutan itu diautopsi di RS Pupuk Kalimantan Timur, di Kota Bontang, selama 4 jam hingga Rabu (7/2) dini hari kemarin. Usai autopsi, bangkai Orangutan malang itu urung buru-buru dikubur.
Tim gabungan masih merasa perlu untuk menunda penguburan. Mengingat, tim masih bekerja melakukan penyelidikan, mengusut kasus kematian satwa primata itu.
"Jadi, jasad orangutan dari hasil autopsi kita bawa ke Samarinda, untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan bersama dengan Balai Gakkum LHK Kalimantan," kata Kasi Pengendali Ekosistem Hutan Balai Taman Nasional Kutai (TNK) Dede Nur Hidayat di kantor BKSDA Kalimantan Timur, Jalan Teuku Umar, Samarinda.
Direktur Centre of Orangutan Protection, Hardi Baktiantoro, juga terjun langsung ke Kalimantan Timur, memantau sekaligus mengikuti langsung penyelidikan kematian satwa primata itu.
Dalam kesempatan itu, Hardi menerangkan, banyak pertanyaan dialamatkan kepada COP mengenai kepastian jumlah peluru senapan angin yang bersarang pada Orangutan itu. "Yang terdeteksi dari hasil rontgen, tidak kurang 130 butir peluru," tegasnya.
Hanya saja, dalam perjalanan proses autopsi, tidak memungkinkan bagi dokter hewan COP dan juga medis lainnya yang bertugas mengangkat 130 butir peluru. Di mana 74 di antaranya bersarang di kepala dan menembus tulang.
"Jadi kami cuma bisa mengangkat 48 butir peluru. Tidak mungkin semua, 130 peluru kami ambil. Karena begitu banyak bagian tubuh yang mesti kami cincang-cincang dalam tubuh Orangutan itu," ungkap Hardi.
Yang mengejutkan, dari autopsi ditemukan 3 biji sawit di pencernaan Orangutan itu. "Itu mematahkan teori Orangutan tidak makan biji sawit. Itu artinya, Orangutan ini sangat kelaparan," kata Hardi.
Pembunuhan satwa langka itu tergolong pelanggaran berat, sebagaimana diatur pasal 21 ayat 1 Undang-undang No 05/1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem. Bagi kepolisian, tidak berani menarget tuntas penyelidikan hingga menangkap pelaku penembakan dan penganiayaan sadis orangutan. Hanya saja, Polri menjamin, kasus diusut tuntas.
"Tim masih di lapangan. Kapolres (Kapolres Kutai Timur AKBP Teddy Ristiawan) turun langsung melakukan penyelidikan, dari Rabu (6/2) kemarin," kata Kabag Operasional Polres Kutai Timur Kompol Budi Heriawan, dalam kesempatan yang sama, saat menjawab pertanyaan merdeka.com.
Pertanyaan itu mengacu pada kasus serupa di Kalahien, Kalimantan Tengah. Pada 15 Januari 2018, ditemukan bangkai orangutan tanpa kepala dan ada 17 peluru senapan angin di kepalanya. Kurang dua pekan, pelaku penembak dan penebas kepala, ditangkap 28 Januari 2018 lalu, oleh tim gabungan, termasuk Bareskrim Mabes Polri.
Budi menerangkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan komitmen kepolisian. "Ini jadi perhatian internasional. Kami tidak berani menarget, karena ini nama baik negara. Jangan sampai dikira kita tidak mampu (mengusut)," ujar Budi.
Sementara, dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) sampai Rabu (7/2) kemarin, 8 orang saksi telah dimintai keterangan.
"Sementara, para saksi ini adalah saksi setelah kejadian. Terus, kepolisian bergerak menyelidiki," demikian Budi.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang warga Kecamatan Mersam, Kabupaten Batanghari, Jambi, diserang beruang. Korban sempat bertarung dengan binatang buas itu hingga terluka parah.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi saat korban berada di kebun bersama ayahnya di Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Ogan Komering Ulu (OKU).
Baca SelengkapnyaHasilnya, semua korban tewas akibat benda tumpul, bukan senjata tajam. Luka bekas pukulan itu utamanya paling dominan berada di kepala.
Baca SelengkapnyaMelihat korban terkapar dengan kondisi luka, pelaku RS kemudian melarikan diri.
Baca SelengkapnyaAlmarhum akan diterbangkan ke Padang hari ini pada pukul 12.45 WIT dan diperkirakan tiba di BIM Padang Pariaman pada pukul 19.15 WIB.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu terjadi di kebun kemiri, Desa Sada Ate, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara.
Baca SelengkapnyaKorban kini masih menjalani perawatan medis di RSUD Indrasari.
Baca SelengkapnyaTersangka ditembak karena melawan ketika diminta menunjukkan lokasi pelaku lain.
Baca Selengkapnya