Said Aqil: Kita Akan Didikte oleh Negara yang Punya Vaksin
Merdeka.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj berbicara mengenai perang vaksin atau perang biologi. Menurutnya, negara produsen vaksin akan menjadi pemenang dalam perang tersebut.
"Kemudian, nah ini dengan adanya Covid-19 ini ada perang baru, perang vaksin. Negara yang mampu memproduksi vaksin akan menjadi pemenang dalam perang ini," katanya dalam acara Haul Emas KH Wahab Chasbullah ke 50 secara virtual, Rabu (23/6).
Dia menyatakan, bahwa negara yang cuma bisa impor vaksin akan kalah dalam perang. Parahnya, saat ini sudah ada varian delta Covid-19 yang lebih cepat penularannya.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Dimana Pertempuran Wuhan terjadi? Pertempuran Wuhan yang dikenal oleh orang Tiongkok sebagai Pertahanan Wuhan dan oleh orang Jepang sebagai Perebutan Wuhan, adalah sebuah pertempuran berskala besar dalam Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Pertempuran ini berlangsung pada 11 Juni 1938, mencakup serangkaian operasi militer yang terjadi antara pasukan Kekaisaran Jepang dan pasukan Republik Tiongkok di wilayah Wuhan, yang merupakan pusat politik, militer, dan ekonomi yang penting bagi Tiongkok pada masa itu.
"Negara yang tidak mampu hanya impor saja itulah negara yang kalah, padahal pandemi Covid-19 ini sudah bervarian, sudah muncul lebih ganas, yang namanya delta itu lebih ganas, lebih cepat menular dan lebih ganas dari Covid-19 yang semula," ucapnya.
Dengan adanya varian delta tersebut, lanjut dia, maka harus ada vaksin yang lebih ampuh. Sementara, Indonesia masih dalam tahap vaksin level pertama.
"Ini membutuhkan vaksin yang canggih lagi, lebih canggih lagi, kita belum mampu beli vaksin tahap pertama, penyakitnya atau pandeminya sudah meningkat ke level ketiga, ini akan ada terjadi perang vaksin," ujarnya.
"Amerika, Jerman, RRC Tiongkok ini terjadi perang vaksin, kita ini hanya penonton cuma importir entah itu uangnya dapat utang atau dari mana enggak tahu saya, atau motong-motong anggaran barang kali," tambahnya.
Menurutnya, saat ini sedang terjadi perang biologi. Dimana penguasa industri kesehatan menjadi panglima yang dapat menguasai kebijakan suatu negara. Sementara, Indonesia akan didikte oleh negara yang memproduksi vaksin.
"Mudah-mudahan kita berdoa tidak separah atau tidak sebahaya yang kita bayangkan, tapi yang jelas kita akan didikte oleh negara yang punya vaksin, itu jelas itu sejauh mana pengaruhnya nanti kita lihat nanti," ujarnya. (mdk/rhm)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan BMN ini digunakan untuk usaha yang lebih produktif.
Baca SelengkapnyaLebih baik negara meminjam uang untuk membeli alat-alat pertanian.
Baca SelengkapnyaKedua ancaman terbesar tersebut adalah kemungkinan terjadinya perang besar akibat ketidakstabilan global saat ini dan kemungkinan pandemi berikutnya.
Baca Selengkapnya