Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Salat wajib dilakukan sebab waria juga butuh Tuhan

Salat wajib dilakukan sebab waria juga butuh Tuhan Pesantren waria. ©2014 Merdeka.com/kresna

Merdeka.com - Pesantren selama ini identik dengan sekumpulan orang-orang mengenakan baju koko dan kopiah di kepala. Tapi pemandangan ini tidak akan terlihat di pesantren waria. Di ruang seukuran 8x4 meter, para santri duduk khusyuk. Beberapa di antaranya menggunakan sarung, lainnya menggunakan mukenah. Semuanya waria.

Pilihan hidup mereka tidak membuat mereka kehilangan kesempatan untuk menyembah Tuhan, sang penciptanya. Seperti pemeluk Islam lainnya, mereka bersujud di atas sajadah, sembari merapal doa.

"Mereka ini juga manusia, manusia butuh Tuhannya, penciptanya, sama seperti yang lain," kata Siti Khumaida salah satu relawan yang turut membantu di pesantren waria, Minggu (27/04).

Menurut pemilik nama panggilan Ida itu, di hadapan Tuhan semua manusia sama. Sama-sama memiliki kebutuhan dengan Tuhannya dan juga memiliki kewajiban beribadah yang sama.

"Saya di sini hanya membantu, mereka ingin mendekatkan diri dengan sang pencipta, mendalami agama mereka, kenapa tidak kita bantu? kita semua punya kesempatan yang sama," tambah Ida.

Hal serupa juga dituturkan oleh Agus Widartono sahabat Shinta dan almarhum Maryani pendiri pesantren waria. Menurut Agus, niat utama Shinta dan almarhum Maryani mendirikan pesantren ini adalah niat beribadah.

"Niat Bu Mar dan Bu Shinta, sing penting ibadah. Siapa saja bisa mendapatkan religiusitas," kata Agus yang juga datang dalam pengajian perdana pesantren waria.

Keinginan untuk beribadah ini jugalah yang membuat Nur Kamboja santri baru untuk bergabung di pesantren waria. "Niatnya kan bisa ibadah, itu saja, biar kita juga tau ajaran agama, kita juga belajar menaatinya," kata Nur.

Hal serupa juga yang diungkapkan oleh santri senior, Bunda Yeti. Mulanya dia bergabung dengan pesantren waria karena keinginan untuk beribadah seperti orang kebanyakan.

"Dulunya bergabung itu karena ingin ibadah, ada pengajian kita datang, semakin mematangkan iman," ujar Bunda Yeti yang menjadi santri generasi pertama.

Dia berharap pesantren ini tetap ada dan langgeng. Dan yang paling penting baginya adalah kesempatan untuk belajar agama dan ngaji bersama teman-temannya.

"Kami tidak mengharapkan apa-apa, biar tidak ada bantuan dari pemerintah, kami tetap ibadah, karena itu kewajiban kita," ujarnya.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Komandan Brimob Blak-blakan Ibadah Itu Harus Dipaksa, Kematian Tidak Bisa Ditunda
Komandan Brimob Blak-blakan Ibadah Itu Harus Dipaksa, Kematian Tidak Bisa Ditunda

Momen saat komandan Brimob berikan pesan untuk para anggotanya untuk tidak pernah tinggalkan sholat.

Baca Selengkapnya